Chapter 2

435 89 14
                                    

Ada yang masih nungguin Charael update nggak sih? 🥲🥲 Atau ada yang masih nunggu gue balik ke Wattpad nggak sih? Hey. Ada yang kangen gue nggak sih? 😭😭

Maaf nulisnya cuma dikit. Aku masih berjuang di Fizzo. Bersabarlah.

Selamat membaca semuanya.
Jangn lupa komen-komen walau penghuni sini sedikit.

***

“Terima kasih, Nyonya Roberto.”

Nyonya Roberto tertawa saat mengantar Charael tepat ke depan pintu rumahnya. Charael mendongak sekali lagi untuk melihat rumah, kemudian mengambil langkah lebar agar lebih leluasa melihat rumah itu sampai atap.

“Kau yakin tetap akan tinggal di sini, Nyonya?” tanya Charael. Charael sedikit meringis melihat rumah itu. Mungkin toko roti Raeliana yang lama saja jauh lebih besar.

“Saya kan memang tinggal di sini.”

“Kalau aku bilang pada Yang Mulia, dia pasti bisa memberikanmu tempat tinggal yang lebih layak.”

“Anda harus mengubah panggilannya,” kata Nyonya Roberto. “Beliau sudah jadi Kaisar.”

“Akh.” Charael tertawa. “Benar juga. Aku tidak akan terbiasa dengan itu.”

“Jadi, kapan Anda akan melakukannya?”

Charael menoleh. “Apanya?”

“Yah, menikah.”

Charael tertawa keras, sampai-sampai membuat orang yang berlalu lalang di sekitar mereka—karena memang kawasan perbelanjaan—jadi menoleh dengan pandangan aneh. “Ya ampun.”

“Saya pikir Anda datang minta dipotongkan rambut untuk mencari calon istri,” Nyonya Roberto melambaikan tangan pada orang yang menatap mereka sebagai isyarat kalau tidak ada hal aneh yang terjadi.

“Aku belum memikirkan itu. Apakah menikah itu penting, Nyonya?”

Nyonya Roberto menuruni tangga pendek dari depan rumahnya untuk menghampiri Charael. Kemudian mengulurkan tangan. “Mau jalan-jalan sebentar, Sir?”

Charael menyambut uluran tangan Nyonya Roberto dan menggandengnya. Mulai menyesuaikan langkah dengan wanita paruh baya yang bisa dibilang jauh lebih sehat dibanding wanita seumurannya.

“Bagaimana kabar Dame Charlotte? Saya sudah lama tidak melihatnya.”

Charael mengedikkan bahu. “Yah, dia sudah jadi kepala divisi utama menara medis istana. Dia juga bertanggung jawab atas kesehatan Permaisuri Raeliana.” Tiba-tiba saja Charael berdecak. “Aku benar-benar akan dicekik oleh Ein jika lupa memanggil istrinya permaisuri.”

“Anda akan dicekik para perdana menteri kalau menyebut Baginda Kaisar dengan namanya. Tapi omong-omong, Anda serius dengan pertanyaan itu?”

“Yang mana?” Charael memiringkan kepalanya.

“Tentang kenapa seseorang harus menikah.”

“Hmm, tidak juga. Karena menikah bukan tujuan hidupku. Jadi ... definisinya tidak penting. Tapi aku penasaran. Kalau kau punya definisi yang bagus tentang menikah, kenapa kau tidak melakukannya lagi setelah Sir Roberto gugur dalam perang dulu?”

Nyonya Roberto tersenyum. “Menikah itu bukan hanya tentang ikatan. Tapi dengan siapa kita menjalaninya. Apakah orang itu bisa membuat kita nyaman dan merasa dicintai? Atau apakah orang itu membuat kita merasa mencintai? Perasaan seperti itu, Sir.”

Charael mengerutkan kening.

“Alasan kenapa saya tidak menikah lagi setelah suami saya meninggal, itu karena saya merasa tidak ada orang yang akan membuat saya nyaman untuk mencintai dan dicintai.”

The Knight's ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang