Chapter 19

257 64 12
                                    

Update lagi guysss!!
Btw kan di chapter sebelumnya aku nggak serius ya mau matiin Raeli. Tapi kita lihat nanti aja apa kata si jabang bayi itu ya 🥲🥲

Aku sebenernya mau upload kesehariannya Ein-Raeli kan dalam tajuk mini series "After Marriage" gtu kan. Kudu nungguin Charael tamat dulu nih 🤣🤣 sayangnya Kak Ris mentok Charael di chapter 20. Hahahahha

Jadi, gimana nih?

****

“Apa Anda tidak masalah jika saya pergi, Nona?”

Tangan Mareyya yang bergerak untuk mengeratkan ikatan pada jubah Zein terhenti. Dengan pandangan tajam dari mata sayu itu, Mareyya menatap Zein sebentar dan melanjutkan ikatan. Setelahnya baru mundur dan pria itu berdiri tegak.

“Baginda sudah menjamin keselamatanku,” jawab Mareyya dengan pasti. “Lagi pula tempat ini dipenuhi sihir lama Ayahku dan kesatria. Kerjakan saja tugas dengan baik.”

Zein mengangguk.

“Selidiki sampai hal terkecil. Jika Nona Farione pernah terlibat kriminal, cari siapa saja yang bergerak bersamanya. Pastikan informasi yang kau dapat lengkap, Zein.”

“Baiklah, Nona. Anda tahu bahwa informasi yang berasal dari saya tidak pernah terlewat sekecil pun ‘kan?” Zein agak menyeringai pada Mareyya.

Mareyya menghela napas. “Berhati-hatilah. Bagaimanapun, meski Ferbione adalah wilayah perbatasan, Faiore saat ini masih belum punya hukum mutlak, Zein.”

“Saya tahu. Nona jaga diri. Segera hubungi saya jika terjadi sesuatu.”

Mareyya mengangguk berkali-kali, kemudian mengayunkan tangan untuk mengusir Zein agar segera pergi meninggalkan kamar tidurnya. Usai mengatakan hal itu, Zein menuju balkon kamar dan melompat dari pembatas, lalu menghilang tanpa jejak.

Benar-benar murid Rict Horton.

“Akan saya tutup pintunya sekarang, Nona,” kata Rel yang juga menyaksikan adegan di mana Mareyya melepas Zein untuk bertugas.

Di rumah ini hanya Zein dan Rel yang tahu rahasia Mareyya.

“Tutuplah.”

Rel melangkah ke pintu besar yang menghubungkan kamar dan balkon. Menutup pintu dan tirai dengan rapat agar angin malam tidak masuk. Pelayan itu sedikit melirik pada Mareyya yang naik ke tempat tidur, masuk ke selimut dan duduk bersandar di head bed.

“Biasanya Anda tidak suka jika ada yang meminta Sir Zein bertugas.”

“Aku tidak bisa menolak,” jawab Mareyya. “Ini permintaan langsung dari Baginda Kaisar.”

Rel menghela napas, melihat pada bulan separuh melalui pintu yang tirainya belum selesai ditarik. “Hal buruk terjadi pada Yang Mulia Permaisuri?”

“Jiwanya makin lama makin meredup,” gumam Mareyya. Ia tidak tahu harus bagaimana menghadapi situasi ini. Seakan Reid itu senang sekali mempermainkannya yang selalu berpikir bahwa Raeliana adalah orang yang tidak boleh mati sebelum melahirkan.

“Apa kandungan Yang Mulia baik-baik saja? Saya sedikit khawatir.”

Mareyya jauh lebih khawatir dari pada Rel. Dengan kesadaran Raeliana yang makin hari makin redup, ia takut bahwa kembar yang masih di kandungan ibunya itu tidak bisa berkembang sebagaimana mestinya.

“Bagaimana dengan Baginda?”

Mareyya menghela napas. “Pendeta Agung baru kembali ke istana. Opsi yang dia bawa agak mengejutkan.”

“Apa Yang Mulia Agung mengusulkan hal gila?”

“Kapan memangnya setiap usul yang orang tua itu katakan tidak mengandung kegilaan?”

The Knight's ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang