Chapter 20

302 61 6
                                    

Maaf banget, ya. Mungkin ini chapter terakhir yang bisa aku update buat Charael. Entah dalam waktu dekat bisa update fantasi atau belum.
Soalnya aku keteteran yang di Fizzo. Ngusahain retensinya setengah mati 😭😭
Doain aku guys biar bisa imbang antara Wattpad dan Fizzo.
Padahal maunya Easter series update 1 tahun 2 cerita. Biar cepet kelar. Tapi tampaknya aku terlalu meremehkan 😭😭
Maaf. Mohon bersabar yaa.

Oh iya. Buat yang mau donasi bakal kuota Kak Ris juga boleh. Ntar dicantumkan di paling bawah. Atau kalo malu ngasih receh, bisa ke KaryaKarsa aja donasi di ROSENANTE.

***

Kareena menatap Cicilia yang sedang mempraktikkan tata cara berdansa yang biasa dilakukan oleh orang-orang Easter. Mungkin karena Cicilia seorang bangsawan dan tata krama Faiore tidak terlalu berbeda, Kareena merasa tidak ada lagi yang harus diajarkannya. Berbeda sekali dengan Raeliana yang sering malas-malasan ketika menerima pendidikan tata krama.

"Itu bagus, Nona," komentar Kareena sambil tersenyum kecil. "Kau menguasai semua pelajaran yang kuberikan dalam waktu singkat."

Cicilia tersenyum dan membungkuk sebelum menyusul untuk duduk di meja bulat, bergabung dengan Kareena. Ia agak menolak panggilan formal yang diberikan oleh seorang duchess. Pangkat wanita itu jauh lebih tinggi ketimbang dirinya. Pada kesepakatan akhir, Cicil setuju di panggil 'Nona' dengan catatan Kareena harus bicara santai padanya.

"Terima kasih, Nyonya."

Sudah sekitar seminggu pembelajaran terus berlangsung. Interaksi antara Cicil dan Charael tidak mengalami perkembangan. Lagi pula hubungan mereka tidak dikadar yang harus membuat keduanya saling perhatian. Cukup bertemu saat makan. Belakangan pun Charael jadi lebih sibuk di istana untuk membantu kaisar. Katanya lebih banyak pekerjaan belakangan ini. Charael yang sedang cuti pun harus ikut membantu sedikit.

"Apa ... ada perkembangan soal kondisi Yang Mulia Permaisuri?" tanya Cicil dengan hati-hati. Tidak ingin menyentil sisi nurani duchess yang mungkin saja sedang rentan. Namun, dengan tegas Kareena menggeleng dan raut wajahnya luar biasa tegas dan sedikit pun tak menunjukkan kegoyahan.

"Belum secara signifikan," jawab Kareena dengan tenang sambil menuangkan teh dari poci ke gelas Cicil. "Tetapi Dame Charlotte bilang kalau napas dan denyut nadinya mulai stabil."

"Syukurlah. Anda pasti khawatir."

Kareena melihat ke cangkir tehnya. "Tidak ada ibu yang tak mengkhawatirkan putrinya."

Ada, jawab Cicil dalam hati. Ibunya tidak peduli sama sekali meski ia mati di suatu tempat.

"Baginda jauh lebih khawatir," lanjut Kareena. "Walau bukan yang pertama kali, tetap saja semuanya tegang."

"Apa sudah sering terjadi?"

"Beberapa kali. Tapi semenjak hamil, jauh lebih sering terjadi."

Cicil diam, keningnya berkerut bingung. Apa hal semacam ini memang normal dana lumrah terjadi pada wanita hamil? Setahunya tidak ada kasus yang seperti ini pernah Cicil dengar terjadi.

"Permaisuri agak istimewa. Hal-hal yang mustahil terjadi pada orang-orang, bisa terjadi pada beliau."

"Nyonya, jika Yang Mulia bangun, apa boleh jika Anda membawa saya?" Cicil terdiam sebentar, bergerak gelisah karena takut bahwa ucapannya sedikit lancang bagi duchess. "Maksudnya saya ingin memberikan salam."

"Kita bisa datang ke istana sore ini jika kau mau, Nona," kata Kareena. "Kebetulan pasangan Sillabent berkunjung ke istana karena mendengar Yang Mulia sakit."

"Silabent?"

Kareena mengangguk. "Jika kau berencana menjadi istri dari Sir Merville, setidaknya kau harus kenal dengan para wanita yang akan duduk satu meja denganmu suatu hari nanti. Sir Ercher Sillabent adalah partner kesatrianya Sir Merville."

The Knight's ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang