Chapter 14

232 70 12
                                    

Oh ya. Aku sekali lagi mau bilang.
Buat yang mau baca "ROSENANTE" boleh ke KaryaKarsa dulu dari bab 2 sampai bab 15 yaa.

Happy reading guys!!
***

Rasanya Cicilia benar-benar ingin mengutuk Charael. Pria yang duduk dengan tenang sambil tersenyum di depannya itu benar-benar pria yang sangat menguras emosi. Dengan santainya dia bilang bahwa undangan yang datang tidaklah mendadak. Melainkan sudah datang 2 hari sebelumnya. Hanya saja Charael baru memberitahu.

Lebih parahnya, saat mau meninggalkan ruang kerja Charael barulah pria itu bilang bahwa undangan pestanya berasal dari kediaman Marquess Odile. Poin minus lainnya, Cicilia tidak tahu bahwa Charael juga sudah memesan gaun dengan desain dan warna sama dengan yang pria itu pakai.

Sepertinya Charael sudah mempersiapkan habis-habisan untuk sandiwara ini karena tahu bahwa Countes Levita ingin menjodohkannya dengan putri Marquess Odile.

“Berhentilah menghela napas seolah kau sedang protes padaku, Cicilia,” sindir Charael dengan senyum lebar.

Cicilia membalas senyum Charael dengan tidak kalah lebarnya. “Syukurnya Anda sangat peka ya, aku tidak hanya protes. Tapi juga mengutuk.”

Charael malah tertawa. “Kupikir satu-satunya wanita yang bisa terang-terangan mengutuk pria adalah Permaisuri Raeliana.”

“Ah, apa artinya aku bisa masuk ke lingkaran pergaulan permaisuri?”

“Mungkin.”

Cicilia membuang pandangan lagi ke jendela kereta.

“Sekadar informasi saja, Cicilia,” kata Charael. Cicilia pun menoleh lagi. “Ibuku tidak ada di ibu kota sekarang. Undangannya mungkin juga sampai pada Charlotte, tapi karena kondisi permaisuri sedang buruk, dia bisa saja tidak datang ke pesta.”

“Anda mau bilang kalau sebuah keuntungan untukku karena bisa menghindari Countess yang tidak ada di pesta itu. Sekaligus memberitahu bahwa aku harus bertahan sendiri di tengah tampat yang tak seorang pun aku kenali.”

Charael menjentikkan jarinya. “Aku senang sekali punya partner yang pintar.”

“Bagaimanapun aku ini bangsawan. Aku bisa mengatasi hal seperti ini.”

Walau tinggal di pinggiran Ferbione selama kurang lebih 2 tahun, Cicilia tak melupakan tata krama yang hampir seumur hidup ia pelajari. Ia sudah menjalani perkumpulan sosial di Faiore sejak berusia 8 tahun. Karena para nyonya di Faiore punya kebiasaan membawa anak-anak mereka saat mengadakan pesta kebun dan semacamnya.

Cicilia bisa mengatasi pesta atau bahkan orang-orang yang coba mengucilkannya.

“Jangan khawatir,” kata Cicilia lagi. “Aku tidak akan membalik meja jamuan.”

***


“Anda yakin tidak mau dijodohkan dengan anak Marquess?” tanya Cicilia saat disambut turun dari kereta oleh Charael.

Charael tersenyum. Sejak dari kejauhan begitu melihat mansion Odile, Cicilia bergumam bahwa tempat itu terlihat sangat megah dan besar. Padahal kalau Cicilia bisa melihat Kastel Raven di Knightdale, mansion ini mungkin terlihat setengah lebih kecil dari kastel Tristan.

Charael sendiri pernah datang ke mansion ini begitu pertama kali tiba di ibu kota karena permintaan orang tuanya untuk menyampaikan dokumen kerjasama serikat perdagangan. Tempat ini memang luas. Hanya saja tak bisa menarik perhatian Charael. Mansion Odile tetap tidak terlalu luas untuk kehidupan bebas Charael.

“Anda pernah bertemu putri Marquess?”

Charael mengangguk saat membawa Cicilia di lengannya untuk naik ke bangunan utama ballroom di mana pesta diadakan.  “Dia orang yang cantik.”

“Kenapa Anda tidak tertarik?”

“Entahlah.”

Tatapan Cicilia yang tadinya meledek berubah dingin saat melihat penjaga berdiri di depan pintu ballroom. Itu cukup membuat Charael terheran. “Aku hanya tidak bisa memikirkannya. Anda punya selera yang unik, ya. Anda malah memilih wanita kalangan biasa yang bukan bangsawan.”

Charael melirik dingin karena tahu apa yang dimaksud oleh Cicilia adalah Sellene. Wanita itu tak terlihat menghina sepupunya, tetapi menyindir Charael. Seolah bilang bahwa Charael tidak bisa mencari wanita lain, selain sepupunya.

Charael juga tidak tahu. Saat itu ia berusia 17 tahun ketika pertama kali bertemu Sellene. Ia tahu bahwa wanita itu orang biasa. Hanya saja Charael belum jujur bahwa dirinya adalah seorang Merville. Tanpa sadar Charael jatuh cinta begitu saja dengan Sellene.

“Fokus, Cicilia,” kata Charael begitu mereka makin mendekat dengan pintu ballroom.

“Aku jauh lebih fokus dari yang Anda pikirkan.”

Mereka berdua berhenti di pintu saat penjaga meghalangi dan meminta untuk mengatakan nama. Setelah memberitahu, penjaga itu mendorong pintu dan masuk untuk meninggalkan mereka berdua. Lalu terdengar teriakan.

“Sir Charael Hurt Merville beserta tunangannya Lady Cicilia Farione memasuki aula pesta!”

Jantung Cicilia langsung berdegup kencang saat pintu di depannya itu ditarik terbuka. Beriringan dengan langkah Charael, mereka masuk ke aula dan melihat bahwa semua tamu yang sudah datang lebih dulu semuanya terdiam. Mereka menatap pada Charael dan Cicilia yang baru saja masuk.

Benar, pikir Cicilia. Dirinya adalah orang asing dari negeri yang dikalahkan oleh Easter, tentu saja ia bisa menjadi topik utama bulan-bulanan para lady yang hadir malam ini. Ditambah lagi Cicilia datang bersama Charael dan sebagai tunangannya. Bahkan ada beberapa lady yang terlihat berwajah marah menatap Cicilia.

Mereka adalah lady yang diusir dari town house Charael.

Namun, pandangan itu tidak bertahan lama. Suara pintu yang terbuka mengalihkan pandangan para tamu menuju balkon atas ballroom. Kemudian terdengar lagi teriakan.

“Tuan Muda Benito Odile dan Lady Olivie Odile memasuki aula pesta!”

Charael dan Cicilia pun berbalik untuk melihat ke atas balkon di mana kedua orang yang barusan diteriaki itu masuk. Kedua orang itu berdiri di balkon dan melihat ke bawah.

Pandangan Cicilia beradu dengan wanita pirang terang yang diduganya sebagai Olivie Odile. Wanita itu memejamkan matanya dan tersenyum kecil. Kemudian mengangkat tangan sebagai lambaian.

“Terima kasih karena sudah memenuhi undangan saya,” kata Olivie dengan senyum ramah. “Maaf karena kami datang terlambat. Bukankah pemeran utamanya selalu datang di akhir? Saya harap Anda sekalian bisa menikmati pestanya.”

Plok! Plok! Plok!

Terdengar banyak tepukan setelah Olivie menyelasaikan kalimatnya dan dengan digandeng oleh Benito Odile mulai berjalan menuruni tangga menuju lantai ballroom.

Cicilia tidak melepaskan pegangannya di lengan Charael dan tidak juga melepaskan tatapan dari Olivie Odile. Wanita itu Cicilia akui sangat-sangat cantik. Rambutnya pirang terang, matanya berwarna biru. Hidung mancungnya dan bibirnya yang kecil serta merah alami itu. Belum lagi wajah kecil dengan lesung pipi saat tersenyum.

Wanita itu secara keseluruhan sempurna dalam fisik dan tata krama.

“Dia cantik dan anggun. Aku tidak percaya bahwa Anda tidak tertarik,” bisik Cicilia pada Charael.

Charael mendengkus. “Sebaiknya kau simpan kalimat pujian itu sampai kau bertemu dengan Putri Liliane. Di kekaisaran Easter, dia adalah wanita yang anggun tanpa celah, Cicilia.”

“Putri Liliane?”

“Adik Baginda Kaisar dan calon Marchioness Knightdale. Dia kiblat pergaulan sosialita Easter.”

 Mungkin karena asyik berbicara dengan Charael, tanpa sadar rupanya Olivie dan Benito malah berjalan menghampiri mereka. Cicilia langsung menegakkan tubuhnya saat sadar bahwa bahaya sedang mendekat. Benar-benar bencana yang datang karena ia sendiri yang memulai.

Cicilia rasa apa yang dipikirkannya saat mengajukan tawaran pada Charael tidaklah meliputi kesulitan seperti ini. Bisa dikatakan bahwa Cicilia melewati bagian ini.

“Selamat malam, Sir Charael,” sapa Olivie pada Charael. “Lama tidak bertemu, ya.”
.
.
Original story by Viellaris Morgen
Kamis (18 Mei 2023)

The Knight's ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang