Next ....
Jangan lupa selalu baca catatan di akhir chapter yaaa bestie 🤗🤗***
Cicilia harus sedikit bersyukur bahwa yang menjadi sponsor dan pendampingnya adalah keluarga Servant. Selain terpandang dan mereka keluarga dari permaisuri, Duchess Servant pun sangat dipandang dengan namanya sendiri. Kalau saja Cicilia tidak menerima bantuan dan tawaran dari permaisuri, entah apa jadinya sekarang.
Memang berat bertahan di dalam sosial, tetapi lebih berat lagi jika mereka punya pandangan sinis dan tidak mau menerima. Itulah yang saat ini Cicilia rasakan setelah duchess berbalik. Ia dikenalkan pada beberapa bangsawan yang mungkin bisa membantunya di pesta-pesta tertentu. Hanya saja mereka tersenyum dan mengangguk di depan duchess. Setelah duchess berbalik, mereka akan menatap sinis dan tidak senang pada Cicilia.
Cicilia hampir pengalaman dengan pandangan seperti itu. Di mana orang-orang tersebut merasa marah dan tidak suka. Kenapa bukan mereka yang mendapatkan sponsor dari keluarga terkemuka seperti Servant dan malah orang luar tidak jelas seperti Cicilia?
Cicilia menoleh dan memberikan senyum kebanggan semata agar mereka jauh lebih panas. Memangnya mereka pikir ia akan makan hati dengan hal itu? Tentu saja tidak. Ia sudah memutuskan untuk bersandiwara menjadi tunangan dari pria yang tidak tahu malu, memangnya di mana lagi Cicilia harus menyisakan rasa malunya?
"Sepertinya kau menikmati ini, Cicilia." Duchess Servant tersenyum manis tanpa melirik pada Cicilia sambil berjalan bersama. "Ini lebih baik ketimbang aku mendampingi putriku sendiri."
Cicilia membalas senyum dengan sama manisnya sambil berjalan menuju gerombolan lain. "Apakah saya harus menyisakan malu di saat tunangan saya orang yang seperti itu, Nyonya?"
"Aku senang kau tidak harus merasa kecil di tengah orang-orang seperti ini. Sebagai bangsawan, kau harus kuat dalam kondisi apa pun bahkan saat terpojok. Semakin terlihat kelemahanmu, mereka akan semakin memakanmu."
Benar. Bahkan hal itu terjadi pada mendiang Sellene. Setelah debut menggunakan nama Farion, dia menjadi bahan gunjingan dalam pesta-pesta season dan membuatnya terpojok sampai selalu pulang dalam keadaan menangis. Itu bisa lebih buruk jika ada yang memperlakukannya dengan sembarangan.
"Dibandingkan pesta sosial, hal buruk yang harus kau lewati adalah kedua calon mertuamu."
Cicilia melihat ke depan di mana kedua orang yang dimaksud oleh duchess berada. Kedua orang itu sedang bicara dengan permaisuri. Mereka juga tidak bisa dibilang sebagai calon mertua karena hubungannya dan Charael akan selesai begitu tujuan Cicilia tercapai. Hanya saja untuk saat ini mereka memang calon mertua Cicilia.
"Apa sulit menghadapi mereka?"
"Gustov dan Levita?" Duchess tertawa. "Ya, mereka orang tua pada umumnya yang menilai seseorang dari reputasi dulu. Tapi kurasa tidak sesulit itu."
"Anda berteman dengan Countess?" tanya Cicilia. Karena kalau dilihat-lihat, duchess dan countess hanya sebatas orang yang bertemu karena keluarga mereka terpandang dan selalu tercatat dalam sejarah kekaisaran sebagai keluarga paling setia pada Easter.
"Entahlah," jawab Duchess Karenna. "Jika hanya minum teh saat bertemu dan tidak membicarakan kesukaan masing-masing atau bersantai, apa itu terhitung berteman?"
"Tidak. Itu ... kenalan."
Duchess mengangguk. "Suamiku bekerja dekat dengan Count Hurtvillia. Sebagai seorang jaksa umum, Countess memang cenderung sulit dilawan. Namun, bukan berarti dia tidak punya kelemahan. Itu tugasmu untuk melemahkannya, Cicilia. Jika memang kau akan menikah dengan Sir Merville."
Kontrak antara Cicilia dan Charael tidak termasuk pernikahan di dalamnya.
***
"Datanglah ke town house untuk makan malam. Sepertinya banyak hal yang harus kita bicarakan."
Itu adalah kalimat terakhir yang diucapkan oleh Gustov sebelum meninggalkan pesta Milliet. Pria itu mengatakan kalimatnya pada Charel bukan sebagai undangan keluarga, melainkan sebuah perintah keharusan di mana dalam kalimat pria itu terdapat suruhan kalau Charael wajib membawa Cicilia untuk datang.
Charael memang pusing memikirkan tentang apa yang akan dikatakan oleh Gustov nantinya. Walau memang ia sangat ahli bersilat lidah, melawan gurunya sendiri itu mungkin hampir mustahil. Namun, ketimbang Charael yang pusing, ada yang jauh lebih pusing.
Cicilia sepanjang perjalanan kembali ke town house, mungkin sudah hampir lima kali memijat keningnya saat Charael perhatikan. Tampaknya wanita itu kehabisan ide untuk nantinya melawan Gustov. Wanita itu saja belum berhasil melawan ucapan Levita dan ini ditambah lagi dengan Gustov.
"Tidak akan berhasil," kata Charael. Ia tidak bermasuk mundur karena hal ini. Justru baginya ini termasuk tantangan yang harus ditaklukkan. Karena bagaimanapun Charael belum pernah mengalami kesulitan semacam ini dalam hidupnya.
"Apanya?" balas Cicilia sedikit tidak peduli.
"Orang tuaku. Bagaimana jika kita akhiri saja semua ini dan bilang kalau kita hanya bersandiwara."
Cicilia menghela napas. "Berapa lagi sisa rasa malu Anda yang ada?"
"Mungkin sudah nihil." Charael bersedekap sambil bersandar pada jok tempat duduknya. Menarik senyum tipis di sudut bibir dan menatap Cicilia seakan mempermainkannya.
"Itulah sebabnya Anda mau mengumumkan bahwa hubungan kita adalah lelucon setelah aku melakukan debut, bertemu orang tua Anda dan proposal telah masuk ke istana? Berapa banyak orang yang mengakui Anda gila?"
Charael tertawa. "Kau sangat serius kalau sedang tertekan."
Memang, batin Cicilia. Ia sudah menghabiskan banyak waktu di tempat ini hanya untuk mengukuhkan hubungannya dengan Charael yang cuma sandiwara. Cicilia ingin membuktikan kalau Charael memang tidak bersalah atas kematian Sellene sebelum ayahnya datang untuk menyeret Cicilia pulang dan menikah.
"Waktuku tidak banyak," gumam Cicilia dengan bisikan yang ditujukan untuk dirinya sendiri.
"Kau mau memastikan bahwa aku bukan salah satu orang yang harus bertanggung jawab pada kematian Sellene 'kan?" tanya Charael. Wajah bercanda pria itu sepenuhnya sudah menghilang. Mata kehijauan Charael tajam pada Cicilia.
"Ya," dengan tegas Cicilia menjawab. Meski Charael mungkin bisa mengelak, tetap saja Cicilia ingin menuding dan memvonis pria itu bersalah. Toh, Charael tidak memberikan alibi apa pun. "Mungkin secara tidak sadar Anda malah menyebabkan Sellene mati. Aakkhh!"
Spontan saja tubuh Cicilia tertarik ke arah Charael saat pria itu mencekal pergelangannya. Wajah Charael sudah marah dan seakan siap melakukan apa pun pada Cicilia.
"Aku adalah orang yang juga kehilangan Sellene," Charael menggeram di depan wajah Cicilia.
Cicilia mencoba menguatkan dirinya. Menantang pada Charael. "Semua orang bisa bersandiwara kehilangan layaknya orang gila. Benar 'kan?"
"Jika kau mencurigaiku dan aku memang bagian dari kejadian itu, sekarang pun aku bisa melakukan hal yang sama padamu tanpa harus membuat kontrak pertunangan."
Cicilia mendengkus halus. "Kalau begitu, kenapa Anda tidak memberikan penjelasan padaku tentang hari itu? Tentang hari di mana Sellene tidak pulang setelah bilang mau bertemu Anda."
Charael terdiam. Sampai hari ini pun Charael masih tidak mau membuka mulut tentang kejadian itu. Benar kata Cicilia kalau Charael secara tidak langsung juga orang yang menyebabkan kematian Sellene. Perlahan tangan Charael melepaskan Cicilia.
"Kenapa Anda tidak menjelaskannya padaku?" tanya Cicilia dengan suara halus penuh duka. "Apa yang terjadi hari itu sampai Cicilia dilecehkan dan dibunuh? Kenapa Anda tidak menjawab?" tuntut Cicilia.
"Sebenarnya apa yang terjadi!" Cicilia berteriak tepat ketika kereta kuda berhenti tepat depan pelataran town house. "Apa Anda tidak datang? Atau Anda meninggalkan Sellene di sana setelah berdebat kecil? Atau ... atau justru Anda ...."
"Kau benar," kata Charael tepat saat pintu kereta dibuka oleh Obanet. "Aku adalah orang yang menyebabkan Sellene mengalami itu semua dan mati."
.
.
Story by Viellaris Morgen
Selasa (22 Oktober 2024)Sejujurnya, cerita ini udah punya plot kompleks sampai akhir. Bahkan tentang konflik utamanya. Hanya aja aku tuh kebingungan, mau memulai adegannya dari mana. Maka dari itu kesannya agak memaksa masuk ke cerita ini dan berputar-putar. Aku minta maaf untuk itu 🥲🥲
Semoga kalian senantiasa sabar yaa.Ris
KAMU SEDANG MEMBACA
The Knight's Scandal
Fantasy(Series 4 Easter) Charael Hurt Merville. Setelah menyelesaikan perang dan beberapa temannya mulai hidup serius, ia tetap memilih untuk tidak menikah karena masa lalu. Menikah dan jadi Count Hurtvillia bukanlah prioritas utamanya. Aturan negara dan b...