Enjoy reading********
Bening bingung, kemana lagi ia harus mencari Salju. Melepas penatnya sekejab gadis itu memilih duduk di kursi taman. Sedangkan Salju tidak kunjung mengangkat telpon darinya.
"sampe kapan kamu hidup pura-pura gini?"
Kemunculan Berlian di belakangnya cukup mengejutkan Bening. Tanpa berniat meladeni Berlian ia beranjak secepat mungkin dari kursi taman.
"Aku masih ragu, kamu berubah atau enggak."
Bening berusaha untuk tidak tersulut emosi. Gadis itu berbalik, memamerkan wajah datarnya.
"jangan apa-apain Salju, dia gadis baik." peringatnya.
Cukup baik, pikir Berlian. Tapi ia masih saja belum bisa percaya pada seorang Bening, yang notabennya susah untuk di tebak.
"Mari kita liat, sejauh apa kamu bisa bertahan."
"Terserah, udah jaya masih aja nyampurin urusan orang lain."
Seusai mengatakan itu Bening segera meninggalkan taman. Ia tak ingin terlibat cekcok dengan Berlian. Bukannya takut,hanya saja sedang tak ingin cari masalah.
"Munafik," monolog Berlian, meski begitu Bening adalah rival lamanya.
********
Bukannya menangis, Salju malah menendang kesal tong-tong besar di tempat pembuangan sampah. Mengeluarkan unek-unek yang sedari tadi ia tahan.
BUKKK
BUKKK
"Aku benci mereka! seenaknya banget sih jadi orang! emangnya buyut mereka yang bangun sekolah ini! sok-sok an banget sih! Aishhh... sumpah, nyebelin tau!"
Mungkin dengan mengoceh tidak karuan seperti ini Ia menjadi lebih baik. Salju kembali menendang tong sampah tak bersalah itu.
BUKKK....BUKKK
"Apalagi yang pake jaket! dasar,kok ada sih cowok sekasar dia! berani sama perempuan doang! cemen tingkat dewa banget! brengsek kayak dia kenapa ada sih di dunia ini! aku benci sama dia! Moga ketabrak truk sawit atau jatoh ke kandang singa!"
"AAAAAA!!! AKU MUAKK!!!"
Nafas gadis itu terdengar sesak. Perasaannya menjadi jauh lebih lega setelah puas mengumpat sambil berteriak.
Tepat setelah itu, Jingga beserta ke empat pasukannya datang. Sungguh, Salju kaget bukan main. Apa mereka mendengar teriakannya barusan?
"Nggak kaget sih, sampah emang larinya kepembuangan sampah. Kamu cepat juga ya sadar posisi."Ucapan jingga terdengar sedang menceme'eh.
"Mau apa kalian? konser?"
Jingga berjalan mendekati Salju. Ia mencekram kuat pipi gadis itu.
"Tampang wajah kamu emang bikin emosi ya, pantesan jadi target utama."
Menepis tangan Jingga cukup kuat, Salju tidak akan terima diperlakukan dengan buruk.
"Mau kalian apa ha? mau aku target utama atau apalah itu, emang aku peduli? aku nggak nyangka sekolah ini busuk banget, percuma isinya berprestasi kalo kelakuan muridnya sama sekali nggak ada moral!"
Jingga mendorong bahu Salju,ia kembali terjerembab dan jatuh keatas tanah.
"Terus? kamu bakal ngapain? mau ngadu sama pihak sekolah? atau laporin polisi?" Jingga mengambil tong sampah kecil yang terlihat sudah berlumut di tepi dinding pembakaran sampah. Kemudian menumpahkan semua isinya ke atas kepala Salju, air di dalamnya membasahi seragam Salju dengan bau yang tidak sedap.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTY INSIDE
Teen Fiction[END] niat awal pindah sekolah hanya ingin menghindari bulyan dari para siswa akibat menyatakan perasaan secara terang-terangan dengan sang ketua osis. berkat penolakan sadis dari ketua osis dia pun mendadak viral dan tenar dalam sekejab namun,siap...