Sagara bangkit dari posisi rebahannya, ia berdiri kemudian mengulurkan tangan kanannya pada Salju.
"Gua bakal anterin lo pulang, ntar dikira gua nyulik anak gadis orang."
Salju tersenyum menanggapinya, ia meraih uluran tangan Sagara. Tunggu, kenapa kakinya jadi mati rasa begini? Bahkan untuk sekedar menggerakannya saja Salju tak bisa.
"Ya Nabi! Kaki aku nggak kerasa, kayak lumpuh"paniknya.
Tak disangka Sagara malah berjongkok, kemudian memijik pelan batis Salju." Ini namanya keram, bukan lumpuh. Lo belum tua-tuaan amat Sal, udah lumpuh segala"
"Ssstt, rasanya aneh. Jangan di sentuh Sagara, malah sakit,"
"Tahan dikit, kurangin tu lebay."
"Ehhh surabi, rasanya tu sakit trus aneh gitu. Kalo di sentuh makin parah."
Akhirnya Sagara menggendong tubuh kecil Salju dipunggungnya. Tidak ada cara lain, ia harus mengantar Salju pulang sebagai lelaki yang bertanggung jawab karna sudah bawa anak gadis orang keluar sampai tengah malam.
"Udah jangan protes, lo cewek pertama yang gua gendong jadi harusnya lo bangga,"
"Iya-iya aku bangga banget malahan,"
Semua orang sudah pulang kerumah mereka, hanya tersisa beberapa karyawan lembur dan pak satpam. Pantas saja karna sudah pukul dua belas malam.
********
Walau sudah berkali-kali Salju tolak. Keras kepala Sagara tidak bisa ia lawan. Bahkan ia tetap digendong sampai depan rumah sekalipun. Sagara menurunkan Salju tepat di depan pintu.
"Badan lo kok bisa ringan banget sih? Lo makan kapas ya?"
"Iya aku makan kapas, trus nggak minum-minum makanya jadi ringan."terkadang Salju sudah kebal akan mulut pedas Sagara.
"Sal sini deh, gua peluk dikit."
"Nggak, emang kamu kurang pelukan ya sampe minta banget meluk aku?" Dan entah sejak kapan kesongongan Sagara menular padanya.
"Sini cepat, nggak usah sok-sokan nolak,"
"Nggak mau" Salju membentuk pose menyilang dengan tangannya.
"Serah deh, gua pulang." Respon Sagara kali ini beda. Tumben sekali ia tidak menggunakan paksaan.
Baiklah, Sagara mencoba untuk tidak egois pada Salju. Benar kata gadis itu tadi, dia harus bersikap dewasa. Meskipun ia geram serta kesal sekali ketika Salju menolak dipeluk olehnya. Jiwa kekanakan Sagara terus beronta.
"Sagara!"panggil Salju.
Panggilan Salju bagaikan magnet. Ia langsung menoleh saat namanya disebut.
Gadis itu berlari kecil guna menghampiri Sagara, atau lebih tepatnya menghambur kedalam pelukan lelaki itu. Sagara senang, ia menerima dengan baik tubuh Salju yang terasa pas didekapannya.
"Makasih, aku harap kamu bisa jadi lebih baik lagi Sagara. Aku yakin, kamu itu bisa jadi orang paling baik sedunia kalo kamu ada niat buat berubah."
Sagara menangkup pipi Salju, tersenyum hangat pada gadis yang telah berhasil memutar kehidupannya 360 derajat. Ia mengecup lembut kening lebar Salju yang sudah dulu ia singkirkan poninya dari sana. Terdiam membeku serta wajah yang blushing itulah yang salju alami sekarang.
"Sal, kening lo kok asin ya?"godanya.
Tampolan gemaspun Sagara dapatkan pada mulutnya. "Trus kenapa dicium?"
"Sini deh, gua cium lagi, pasti rasanya asem."
"Nggak mau! Udah sana pulang, "Salju mendorong dada Sagara agar menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTY INSIDE
Teen Fiction[END] niat awal pindah sekolah hanya ingin menghindari bulyan dari para siswa akibat menyatakan perasaan secara terang-terangan dengan sang ketua osis. berkat penolakan sadis dari ketua osis dia pun mendadak viral dan tenar dalam sekejab namun,siap...