"Assalamualaikum!" Perhatian mereka teralih pada ambang pintu, yang mana Salju masuk dan langsung berjalan kearah mereka.
Mata Salju memicing curiga." Ngapain kalian berduaan di sini?"
"Lah trus berduaan dimana? Di kamar?" Jawaban spontan Bulan lontarkan.
"Udahlah, gue mau masuk kamar. Ni hp wajib di pamerin sama anak-anak itik."
Ia melenggang pergi menuju kamar, meninggalkan Salju yang masih tercengo akibat bingung.
"Darimana tu anak dapet hp? Perasaan dia nggak ada tabungan, atau jangan-jangan dia maling?"
Perhatian Salju tertuju pada sebuah kotak handpone dan kotak seukuran kotak sepatu di atas meja.
"Jangan bilang lo mau protes, gua ngasih ini sebagai tanda terimakasih sekaligus permintaan maaf gua."
Ia menatap tak percaya pada Sagara." Kamu nyuruh aku kredit kan sama kamu? Ini mahal lho, aku nggak yakin kamu ngasihnya gratis."
Berdecak pelan, Sagara meletakkan handponenya menatap serius manik mata Salju.
"Adek sama kakak nggak jauh beda ya, mau seratus kali lo nanya gitu jawaban gua tetap sama. Gua ngasihnya iklas,"
Kini Salju beralih penasaran apakah isi kotak yang lainnya itu?
"Ini apa?"
"Mangkok hadiah rinso," celetuk Sagara geram, kalau mau tau kenapa tidak di buka?
"Ck, aku serius junaedi!"
"Ya lo buka mpok, liat aja langsongg!"
Karna penasaran, Salju membuka kotak silver itu. Sepasang sepatu putih gading tergeletak di dalam sana.
"Ini sepatu buat siapa?"
Pertanyaan Salju berhasil mengubah tensi Sagara jadi lebih tinggi di bandingkan dengan Bulan. Ia beranjak dari duduknya menuju dimana Salju duduk, kemudian mengeluarkan sepatu itu dari dalam kotaknya. Masih pada kesabaran yang hampir meledak.
"Pertanyaan macam apa itu? Buat lo lah, maunya gua kasih ke siapa?"
"Buat aku? Kayaknya nggak usah deh, aku kan enak jadinya."
"Dih, bilang aja lo mau. Gua nggak nerima penolakan."
"Iya-iya aku ambil." Lagipula mau sekeras apa ia menolak pasti Sagara akan melakukan apapun supaya benda yang ia beri bisa diterima.
"Sal, kayaknya gua suka deh sama lo."
Batuk kecil keluar dari mulut Salju, untung dia tidak keselek lidahnya sendiri.
Matanya mengerjab heran, masih kurang yakin apakah benar yang didengar telinganya tadi?
"Kamu cuma mau ngasih ini kan?kalo gitu mending kamu pulang, ini dah malam. Lagian aku juga capek, mau istirahat."
Bukannya pulang, ia beringsut lebih mendekat kearah Salju. Sampai mereka menempel saking dekatnya dan Salju terpojok di ujung sofa, alhasil gadis itu jadi tak bisa mengontrol detak jantungnya.
"Kurang kencang ya gua ngomongnya ampe lo nggak denger?" Kini Posisi mereka begitu dekat, di tambah lagi Sagara mencoba mengikir jarak wajah mereka.
"Sal, gua suka sama lo."
Tidak ada kebohongan pada ungkapan Sagara, yang Salju lihat hanya ketulusan di mata lelaki itu. Kenapa harus sekarang? Kenapa Sagara mengatakan hal itu sekarang? Hal yang paling ia takuti akhirnya terjadi.
Sadar ketika respon Salju hanya terdiam mematung Sagara menjadi sedikit was-was. Takut jikalau Salju tidak menerima perasaannya.
"Nggak boleh, kamu nggak boleh kecewain Bening. Aku nggak mau di cap buruk sama dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTY INSIDE
Teen Fiction[END] niat awal pindah sekolah hanya ingin menghindari bulyan dari para siswa akibat menyatakan perasaan secara terang-terangan dengan sang ketua osis. berkat penolakan sadis dari ketua osis dia pun mendadak viral dan tenar dalam sekejab namun,siap...