BI 14

109 14 0
                                    

Mengubur rasa takutnya dalam-dalam. Salju memamerkan wajah beraninya.

"Kenapa? emangnya takut sama kamu itu wajib? lagiankan kita nggak lagi di sekolah. kan kamu cuma bisa jadi penguasa kalo di sekolah, bukan berarti kamu bisa seenaknya juga kalo diluar." Benar sekali, jawaban yang sangat tepat.

"Terserah, karna udah telat, lo harus nemenin gua main sepuasnya. Nggak boleh pulang sebelum keputusan dari gua."

Salju mengalah. Ia sedang tak berselera untuk memperpanjang debat dengan Sagara.

"Iya-iya. Tapi kalo kabur nggak papa kan?"

"Apa? kabur lo bilang? Siap-siap aja rambut lo gua botakin besok."

"Beraninya botakin rambut cewek, cemen tau!"

"Kebiasaan lo ya, ngelawan terus. maksud lo ngatain cemen apa ha? sok tau banget jadi orang!"

Tawa Salju meledak, tak di sangka-sangka bahwa seorang Sagara mudah sekali terpancing emosi dan ternyata dia tidak seperti dugaan awal saat mereka bertemu yaitu lelaki pendiam yang kasar dan dingin. Begitu berbeda ketika ia melihat betapa lincah Sagara membantah setiap omongannya.

"Apa lo ketawa gitu?"

Salju mencoba menghentikan tawanya." Ternyata mudah ya bikin kamu marah."

"Liat muka lo aja gua udah pengen marah!" kesal Sagara. Kenapa ia malah ditertawakan.

"Maaf deh."

Sagara meraih pergelangan tangan Salju, jika terus berdiri di sini maka akan buang-buang waktu saja.

"Buruan, gua ngajak lo kesini bukan buat berdiri doang. Tapi main."ajaknya.

Pertama-tama mereka memainkan permainan lempar kaleng. Saat giliran Salju, dengan mudah gadis itu melempar semua kalengnya hingga terjatuh dan berhasil memenangkan permainan, sebuah boneka panda berurukan sedang dapat ia peroleh.

Meski kesal karna ia kalah dalam permainan lempar kaleng. Sagara menarik Salju untuk bermain pukulan maut.

Dengan gayanya yang sok-sok an lelaki itu memukul objek berbentuk telapak tangan dengan begitu kuat. Poin 100 pun diraihnya dengan mudah, membuat orang yang melihat aksinya tersebut bertepuk tangan. Hingga tingkat kesombongan Sagara naik berkali-kali lipat.

Tak sudi pada kesongongan Sagara, Salju berencana akan menciptakan skor yang lebih tinggi. Ancang-ancang sudah disiapkan begitu epik. Salju menatap penuh keyakinan pada telapak tangan dihadapannya kini.

"Pukulan pertama buat yang bakar pabrik ayah!"

BUUGHH

60 point.

"Pukulan kedua buat manajer caffe yang sok bersih!"

BBUUHGGG

40 point.

"Pukulan ketiga buat Galasky yang ketuanya cemen!"

BBUUGHHH

80 point.

Total point 180.

Semua bersorak dan bertepuk tangan. Sedangkan Salju merasa puas dengan pukulan terbaikknya.

Sang pemilik permainan dengan tega merampas boneka lebah dari genggaman Sagara.

"ternyata pacarnya lebih jago."

Salju tersenyum puas. Ia memamerkan wajah bangganya kearah Sagara,yang mana lelaki itu benar-benar naik pitam. Sungguh, tak menerima kekalahannya begitu saja.

Sagara menarik Salju menjauh dari sana. kelihatannya lelaki itu akan mengutarakan protes.

"Boneka lebahnya milik gua! enak aja main rampas gitu!" Ia menarik paksa boneka lebah yang di pegang Salju.

BEAUTY INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang