BI 44

92 11 0
                                    

SATU TAHUN KEMUDIAN...

LIMA HARI SEBELUM WISUDA KELULUSAN.












"masyaallah! Ya Allah bro! Lo mau wisuda bukan berangkat umroh, ngapain beberes?" Arga sudah dibuat tercengang-cengang setelah memasuki kamar Sagara.

"Gua mau singkirin semua barang yang berhubungan sewaktu gua masih SMA,"

"Lo masih resmi anak sma woi, belum sah lulusnya " sanggah erik.

"Gala sama Algantara nggak banyak bacot kek lo berdua! Jadi, diem aja."

"Senyaman lo deh," pasrah Arga.

"Btw kak Risa udah balik ngampus lagi?" Pertanyaan itu berasal dari Ray.

"Udah."

"Gua cabut dulu, mau ngapelin kak Risa!"

Sagara menyambar jaket jeans yang tergeletak di atas kasur.

"Kampret lo Gar! Ada tamu lo malah capcus,"umpat Erik.

"Seriusan tu anak dah move on dari es serut?"

"Salju maksud lo?"

"Iya trus siapa lagi?"

"Kasian sih, di tinggal pas sayang-sayangnya."

"Alay lo!"

********

Tepat waktu, baru saja mobilnya sampai di halaman rumah Gala. Seorang gadis baru saja keluar dari rumah, bersiap-siap untuk berangkat ke kampus.

Sagara turun, lalu membukakan pintu mobil untuk Risa." Ya Nabi! Cuakep bener calon makmum gua."

Gadis berpenampilan feminim itu tersenyum lebar, tingkah Sagara tidak pernah gagal menggelitik perutnya.

"Masih pagi lho Gara,  jangan bikin kakak ngakak dulu." Tepukan kecil dilabuhkannya pada bahu Sagara.

"Ketawa itu sehat, jadi nggak masalah dong."

"Kalau udah berlebihan bisa jadi penyakit tau,"

"Iya-iya, maaf deh buk dokter."

"Kamu nggak perlu antar kakak tiap hari Gara. Kakak bisa bawa mobil sendiri, sopir juga ada."

"Udahlah kak, nggak usah nolak, supir ganteng kayak gini jangan di sia-sia in."

"Dih, kepedean kayaknya emang kebiasaan kamu ya."

Risa beranjak memasuki mobil, jika benar ingin terus mengobrol maka kelas pertamanya akan terlewatkan begitu saja.

********

My Salju

Sal, minggu depan aku wisuda. Kamu bisa datang nggak?  Mama sama papa sibuk, mereka pasti nggak bakal sempat datang. Aku nggak punya siapa-siapa Sal, aku harap kamu datang. Aku bakal nungguin kamu:)

Meski tau bahwa pesannya tidak mungkin di baca, tapi itu sudah menjadi kebiasaan Bening. Bahkan sudah ratusan pesan yang ia kirim, tak sekali pun ia mendapat balasan. Jangankan untuk di balas, di baca saja tidak.

Sepi, monoton, gelap dan sendu. Sekira begitulah kehidupan Bening semenjak kepergian sahabat satu-satunya.

Terkadang ia menyalahkan diri sendiri atas menghilangnya Salju, andai waktu itu dia tidak mementingkan rasa ego dan iri. Mungkin Salju masih ada di sisinya sampai saat ini.

BEAUTY INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang