BI 31

94 10 0
                                    

Pukul menunjukan sudah jam sepuluh malam. Tujuan mereka kali ini adalah tempat rahasia kesukaan Sagara jika ia sedang ingin sendiri dan merenung. Kerutan didahi Salju muncul kenapa Sagara membawanya keperusahaan?

"Sagara, nagapain ke sini? "

"Turutin aja jangan banyak tanya"

Lelaki itu menarik pergelangan tangan Salju supaya tidak lepas, saat memasuki perusahaan semua tersenyum hangat dan memberi hormat padanya. Ada juga yang memberanikan diri untuk menyapa. Salju yakin jika perusahaan ini pasti milik orang tua Sagara.

Mereka memasuki lift, Sagara memencet tombol menuju roftoop. Disitulah ia sering menyendiri. Dan sampai, Salju yang awalnya seperti orang linglung kini terperangah hebat kala pemandangan malam kota jakarta dengan lampu yang menghiasi membuat kesan indah tersendiri. Ia batmru tahu ternyata ada pemandangan indah diatas gedung begini.

"Keren, ternyata indah banget ya kalo diliat dari sini." Salju berjalan mendekati pagar pembatas. Matanya seakan tak ingin beralih.

"Tuh lo liat yang lampunya kelap kelip, disampingnya ada rumah gua."tunjuk Sagara pada banyaknya lampu dibawah sana.

"Tau dari mana? Nggak usah sotoy,"

"Emang benar di sampingnya ada rumah gua, kalo nggak percaya lo bisa buktiin sendiri."

"Iya deh, aku percaya."

Sagara beralih duduk diatas lantai roftoop. Biasanya dia bahkan sampai ketiduran jika berada di sana.

"Sal, sini duduk"

""Bentar, masih mau liatin pemandangannya."

"Gua ngajak lo kesini buat temenin gua bukan liatin pemandangan."

Salju mendengus pelan, disaat yang bersamaan Sagara kembali membuatnya sebal. Ia pun mengambil posisi duduk disebelah Sagara, baru sadar bahwa angin malam diatas roftoop terasa lebih dingin.

"Sal, julurin kaki lo."pintanya pada Salju. Sebab gadis itu duduk dalam posisi bersila.

Mengetahui modus Sagara apa, Salju berencana akan membuatnya kesal. Ia bersikap acuh, seakan tidak mendengar ucapan Sagara barusan.

"Lo budek? Julurin kaki lo!"

Nah kan, ia sudah mulai tensian ketika Salju tak kunjung menuruti keinginannya.

"Salju jangan bikin gua kesal ya, gua gigit lo sampe ancur mau?"

"Heleh, nggak usah songong. Aku juga bisa gigit kamu sampe robek."

"Buruan, julurin kaki lo!"

"Nggak mau!"

Kesal sebab Salju masih saja acuh tak acuh. Sagara meraih kedua belah betis Salju kemudian menariknya paksa. Itulah Sagara, jika perkataannya di abaikan maka pemaksaan akan berlaku saat itu juga.

Hampir saja Salju terjengkang kebelakang, beruntung tangannya sigap menumpa. Ia menatap tak suka ketika Sagara berhasil menjulurkan kakinya dan semakim kesal saat lelaki itu dengan santai berbaring tepat diatas pahanya.

Ia mencubit geram hidung mancung Sagara," dasar tukang maksa!"

"Pinter juga lo modus, pengen kan pegang hidung mancung kayak abang korea gini?"

"Idih, songong banget sih. Idung kamu pasti banyak upilnya."

"Sembarangan aja, idung lo tu udah karatan nggak pernah dibersihin."

Melihat wajah Sagara yang berbaring dipahanya membuat Salju ingin tersenyum. Ternyata ia lumayan tampan, kurang lebih seperti itulah pendatang Salju.

Lama dalam posisi saling lempar tatapan, Sagarapun buka suara.

BEAUTY INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang