Salju menggeleng tak percaya."kamu sendiri yang bilang betapa tertekannya Sagara karna paksaan dari kedua orang tuanya kan? Apa kamu juga akan jadi pendorong buat kesengsaran dia? Kamu mau nambah penderitaan dia? Kamu mau ubah dia jadi monster lagi?"
"I don't care, selama Sagara akan tetap jadi milik aku, nggak ada yang perlu dipermasalahin Sal. Dengan kamu ngomong kayak gini, udah buktiin kalo kamu suka sama dia. Mending lupain perasaan kamu sama Sagara atau kamu harus terluka dan terjebak bareng aku dalam sakit yang nggak berbeda."
Salju kembali mendekat, ia menggenggam lembut tangan Bening yang terasa basah dan dingin." Aku nggak tau apa Bening yang aku kenal punya sisi lain, tapi sisi yang aku tau dari kamu itu cuma satu, kamu orang baik Ning, cepat atau lambat kamu pasti paham sama apa yang aku omongin tadi, sebab hati kamu nggak sejahat itu Ning."
Dan ia balas dengan senyum terpaksa,"ya semoga aja."
Seolah-olah melupakan perbincangan mereka barusan. Bening beralih merangkul lengan Salju, seperti biasa di kala mereka belum terjebak dalam permasalahan.
"Lama-lama aku laper kalo ngomongin hal yang nggak ada habisnya. Kita makan yuk!"
Niat untuk menolak ajakan Bening tidak terlintas di benak Salju. Meskipun ia masih tak habis fikir dengan ucapan sang sahabat ketika di toilet. Dia sangat berharap agar masalah mereka dapat di selesaikan dengan kepala dingin dan semoga Saja Bening bisa memahami keadaan secepatnya. Salju tak ingin kedua orang yang berarti di dalam hidupnya harus mengalami derita terlalu dalam.
********
Selama bekerja Salju selalu kehilangan fokus dalam mengantar pesanan, untung saja pelanggan tidak berjiwa emak-emak kalo iya pasti sekarang ia sudah di omeli.
"Sekali lagi maaf ya mbak!" Salju membungkuk guna meminta maaf
"Iya dek nggak papa, ekspreso juga enak kok. Makasih ya"
"Iya mbak, sekali lagi saya mohon maaf."
"Iya."
Dengan jalan gontainya Salju kembali menuju bartender. Ia menduduki sofa kariyawan dengan raut wajah masam, sepanjang hari hanya ada Bening dan Sagara di dalam otaknya. Sampai-sampai ia bingung bagaimana mengusir dua manusia itu dari pikirannya.
"Lesu amat wajah lo,"
"Huhh, ya gitulah mbak."
"Diselingkuhin ya?"
"Enggak kok, boro-boro di selingkuhin punya pacar aja enggak."
"Lah siapa tau kan, sekarang mah selingkuh lagi trend soalnya."
"Masa? Selingkuh jadi tren?"
"Anggep aja gitu, saking banyaknya manusia yang berselingkuh"
Kenapa pula rekan kerjanya satu ini bahas selingkuh?
"Apa mbak habis di selingkuhin?"
Pertanyaan Salju berhasil mengalihkan fokus wanita berbehel itu yang mana ia tengah menyiapkan kopi untuk pelanggan.
"Itu sih urusan dia bukan gue, lagian kan hak dia juga mau selingkuh. Lah gue cuma pacarnya ntu selingkuhan bininya."
Mata Salju berkedip-kedip mencoba mencerna ucapan Sang rekan kerja.
"Itu berarti mbaknya dong yang jadi selingkuhan dia?"
"Eh sambel cumi, jangan sekate-kate lu ya, gue pacaran ama dia udah sepuluh taon. Dia sama bininya baru setengah taon, gimana? Lamaan bareng gue kan?"
Benar juga apa yang ia bilang dan Salju hanya mangut-mangut sok mengerti.
"Sabar ya mbak, belum rezki berarti."
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTY INSIDE
Teen Fiction[END] niat awal pindah sekolah hanya ingin menghindari bulyan dari para siswa akibat menyatakan perasaan secara terang-terangan dengan sang ketua osis. berkat penolakan sadis dari ketua osis dia pun mendadak viral dan tenar dalam sekejab namun,siap...