BI 9

108 15 0
                                    


Enjoy reading^_^













Sungguh tak menyaksa, apa yang dilihat Gala sekarang membuatnya naik pitam. Hal yang ia khawatirkan akan terjadi akhirnya terwujud. Bagaimana bisa seseorang dengan keji mengirimkan vidio pembulyan terhadap Salju.

"Dia mata-matain gue."

Sekarang bukan waktunya memikirkan hal lain. Gala harus segera menemui Salju, pasti ia sangat syok setelah mendapat perlakukan tak pantas itu.

Gala terus saja menghubungi nomor Salju tapi tak kunjung ada jawaban. Ia memukul kesal stir mobilnya, kini tujuan Gala adalah tempat dimana Salju biasa menunggu.

********

Seakan membuang semua musibah yang menimpanya di sekolah. Salju kini sedang memakai seragam berwarna hitam, ya dia berhasil mendapatkan pekerjaan di sebuah caffe yang tidak jauh dari halte bus tempat biasa ia sering menunggu.

Selesai mengepel, Salju istitahat sejenak di belakang. Bagaimana ia akan mengetahui kabar Bening jika Handponenya saja sudah remuk tak berbentuk. Ayolah,uang Salju tidak akan cukup untuk membeli sebuah handpone.

Ia mendengus pasrah. "semuanya gara-gara cowok gila itu," ia jadi teringat pada Sagara.

"Salju sana lap meja-meja yang sudah di tempati, pokoknya sampai kinclong." Perintah sang manajer kaffe.

"Baik pak."

Tidak, jangan sampai kinerja Salju buruk hanya gara-gara masalah pribadinya. mau bagaimanapun ia butuh pekerjaan ini guna membantu ekonomi keluarga yang tengah susah.

Asik membersihkan meja ia dikagetkan ketika sebuah sentuhan terasa di bahunya. Cepat-cepat Salju berbalik dan ternyata Gala, lelaki itu menatap tak percaya kearah Salju.

Kini Salju merasa seperti di introgasi," Kamu kerja?"

Mengangguk yakin Salju berusaha menampilkan senyum terbaik.

"He'em. Buat isi waktu kosong," Alibinya.

"Sal, lo yakin nggak papa?"

"udahlah Gala, jangan bilang kamu mau bahas masalah di sekolah. Itu nggak penting." Salju menekankan kalimat terakhirnya.

Meski agak lega melihat Salju baik-baik Saja, Gala tetap belum yakin apa salju akan melupakannya secepat itu.

"Lo mau nememin gua?"

kerutan di dahu Salju menandakan jika ia bingung."Kencan lagi gimana?" tawar Gala.

"Hah? gala, aku lagi kerja."

"biar gua izinin sama manajer lo."

"Nggak! maaf Gala, aku nggak akan ninggalin pekerjaan aku."Sebenarnya Salju tak tega ingin menolak.

"Jemput aku nanti malem di caffe ini, bisa kan?" ya, mungkin dia ada waktu luang di malam hari.

Tersenyun puas, Gala mengelus kepala Salju yang tertutup topi.

"Ini baru Salju yang gua kenal."

********

Meja kaca sepanjang satu meter itu hancur bekeping-keping sebagai sasaran kemarahan Sagara. Lagi-lagi ia mendapatkan kiriman foto-foto dari nomor tak di kenal.

"Brengsek! lo," tunjuknya pada roy, mendadak kaku saat Sagara tiba-tiba menunjuknya.

"... Lacak siapa di balik nomor brengsek ini, cari gara-gara sama gua harus ada akibatnya."

Tanpa buang waktu, Roy bangkit dari duduknya. Ia meraih laptop di dalam tas yang selalu ia bawa kemana-mana. Melupakan sebentar games yang sedang seru ia mainkan. Roy memulai keahliannya dalam meretas informasi. Akan lebih mudah menemukan siapa dalang di balik nomor tak di kenal itu.

BEAUTY INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang