BAB 15

766 100 14
                                    

Nara menatap hamparan laut du hadapannya dengan kosong setelah mendengar kabar Satria membuat ia galau berat.Ia sangat ingin pulang dan menemui Satri tapi di sisi lain bayangan Karin selalu menghantuinya.

"Hai,diam aja gak makan bareng anak-anak?" tanya seorang dari arah belakang membuat Nara menoleh.

"Belom laper,jadi disini dulu cari angin" balas Nara tersenyum.

"Kopi buat lo" lalu pria itu duduk di sebelah Nara dan meyodorkan cangkir berisi kopi.

"Thanks Rei" ujar Nara menerima cangkir itu dan menyesap kopi itu.

"Kayanya dari habis nelpon lo kelitan galau gitu,ada apa?" tanya Rei,Nara hanya menggeleng pelan.

"Dengerin gue,kalo emang ada sesuatu yang bikin lo bimbang coba tanya ke Tuhan lo dia punya jawaban yg tepat" ujar Rei.

"Bener,ya udah gue ke kamar dulu" balas Nara lalu bangkit dan berjalan menuju kamarnya.

Ia menunaikan sholat mahrib dan baru aja selesai ponselnya berbunyi menandakan sebuah pesan masuk.

Mba Nana
Nara,tiga hari lagi mba nikah kamu yakin gak mau dateng?

Nara hanya menghela napas sudah lebih dari sepuluh kali mba nya mengingatkan tentang pernikahannya yang akan dilaksanakan tiga hari lagi.

Ia mungkin merasa sakit hati tapi apa ia tidak terlalu egois jika tidak datang ke pernikahan saudara kandungnya.

Ia juga sangat khawatir dengan Satria,ia sangat ingin tahu keadaan tunanganya,mungkin segera menjadi mantan tunangan.

Setelah berpikir panjang akhirnya ia memutuskan untuk pulang setidaknya untuk menghormati orang tuanya.

....

Pagi ini Nara berpamitan lalu ia diantar Rei menuju bandara karena ia mengambil pernerbangan pagi.

"Hati-hati,jangan galau mulu kalo cowok itu nyakitin lo lagi lo tahu harus cari tukang pukul dimana kan" seloroh Rai membuat Nara terkekeh pelan.

Ia maju dan memeluk Rai sekilas,"Lo yakin kan gak bakal kalah?" tanya Nara saraya menatap Rai.

"Jangan remehin Rai,gue tuh emang kecil tapi titisan samson" Nara tertawa mendengar perkataan Rei yang kelewat percaya diri.

"Iya iya percaya gue,udah ah gue masuk dulu ya mr samson,bye jaga kesehatan lo" ujar Nara menepuk bahu Rei lalu ia mulai masuk ke dalam tempat boarding.

Rai menatap punggung Nara semakin menjauh ia tersenyum lebar,"Singat,manis,dan berharga" gumam Rai.

....

Setelah hampir empat jam perjalanan akhirnya Nara tiba di Jakarta.Ia mendorong troli yang berisi kopernya dan oleh-oleh untuk orang tuanya.

Begitu ia keluar orang tuanya sudah menunggu,ia langsung memeluk mereka dengan erat.

"Jangan kaya gitu lagi Nara,mamah khawatir kamu kenapa-napa" ujar sang mamah membuat Nara terisak.

"Maaf mah,pah" lirih Nara,ia juga tak mau pergi begitu saja tapi hatinya perlu penyembuhan cukup lama.

"Nara,maafin gue maaf,makasih lo udah mau pulang" ujar Nana bergantian memeluk Nara.

Nara menghela napas dan membalas memeluk Karin,"Mana suami lo mba?" tanya Nara yang tak melihat dimana keberadaan calon kakaknya itu.

"Dia masih dinas nanti deh kalo dia vidcall gue kasih tunjuk" balas Nana lalu mengurai pelukannya.

"Gantian doang" pekik seorang Syfa yang berlari memeluk Nara erat.

"Pergi gak bilang-bilang kalo lo ilang gimana,gue kan masih harus cari makan" cerocos Syfa membuat Nara tersenyum.

"Fine sebagai permintaan maaf gue traktir lo tas Dior" balas Nara membuat Syfa memekik bahagia.

"Yess!!,makasih my sistur" pekik Syfa membuat Nara tertawa begitu juga kelurganya.

Namun perhatian mereka teralihkan saat sebuah suara memanggil Nara,"Kinar.." panggil orang itu.

Nara hanya membeku,ia bahkan tak bisa berkata-kata melihat Satria duduk di kursi roda dan di dorong oleh papih-nya.

Nara menghampiri Satria,ia berlutut,air matanya mengalir begitu saja melihat kondisi Satria.Pria yang dulu terlihat gagah kini terlihat lemah.

"Kok—kok bisa gini mas?" tanya Nara dengan suara bergetar.

"Saya kurang hati-hati aja" balas Satria sambil tersenyum.

"Saya minta maaf Kinar,saya gak akan minta kamu kembali ke saya,saya sadar kamu pantes dapet yang lebih baik tapi kamu mau kan maafin saya" tanya Satria ragu.

Kinar menatap Satria dalam lalu memeluk pria itu,"Aku maafin kamu mas,aku maafin" balas Satria sambil terisak.

"Noh udah dimaafin jadi mulai besok harus ikut terapi" sarkas Syfa karena Satria tak mau ikut terapi selama Nara belun memaafkannya ia anggap kelumpuhanya sebagai hukuman untuknya.

"Ayo mulai dari awal mas tanpa kebohongan" bisik Nara.

"Tapi saya udah gak sempurna Nara saya cacat" balas Satria.

Nara mengurai pelukannya dan menatap Satria,"Berjuang bareng ya aku yakin kamu pasti bisa jalan lagi mas" balas Nara.

Satria tersenyum akhirnya penyemangatnya telah kembali lagi,"Terimakasih udah kembali Kinara."

####

Maaf baru uppp,beberapa hari yang lalu aku sibuk banget maaf ya bestii,

Jangan lupa vote dan komen

Luvv alll
Viadoa




I Love You Om Pilot!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang