15. Teteh Cantik

32 5 1
                                    

A day with Fariska ^^



















"Ari?" suara asing memanggil nama panggilan Kalin di sekolah. Kalin otomatis menghentikan langkahnya dan menengok ke kiri melihat siapa yang memanggilnya. "Ari beneran Ari?"



















"Loh Fariska?" sapa Kalin melihat siapa yang memanggilnya. 

"Papa ayo~" lirih Leo tiba-tiba.

Kalin menatap Leo dengan terkejut. "Apa dek?" 

"Katanya mau maam," jawab Leo dengan suara kecil. 

"Eh iya, ayo kita maam," ujar Kalin merasa bersalah karena berhenti mendadak hanya untuk menyapa teman sekolahnya dulu. "Lo kerja di sini, Ris?" 

"Iya, Ri... ini..." 

"Papa ayo!" suara Leo dibuat lantang, membuat Fariska menatap terkejut. 

"Iya, dek... sabar atuh. Ris, sorry nih si adek udah kelaperan, kalo mau ngobrol sih ayo aja, sambil jalan tapi ya nyari resto yang udah buka," 

"Keefce udah buka tuh kayaknya, lagian lo datang ke mall pagi bener, gua kira lo kerja di sini juga," jawab Fariska dengan mengikuti langkah Kalin berjalan pergi menjauhi tokonya. 

"Kaga, adek gua lagi ngambek, dia males sekolah, mangkannya gua ngajak dia jalan-jalan, gua juga lupa kalau ini masih pagi banget, jadi mana ada toko yang buka coba ya, haha," 

Fariska menatap bingung. Sepertinya tadi dia mendengar kalau sosok yang digendong Kalin itu memanggil Kalin Papa, tapi Kalin bicara kalau dia adiknya? Yang benar yang mana? 

"Papa!" panggil Leo dengan manja. 

"Leo, mamas, panggilnya mamas kenapa jadi Papa sih," bisik Kalin. Dia tengsin juga saat dengar panggilan Leo tiba-tiba berubah padanya. 

"Nggak mau! Kalau lagi sama temen Lio bilang harus panggil kakak dengan sebutan Papa," 

"Biar apa?" 

"Biar ga bisa deket lagi," 

Et dah, anak kecil bisaan banget. Sudah mana tubuh Leo yang kecil, ditambah dengan panggilan Papa ke Kalin, apa temannya tidak curiga. 

"Dia adek lo atau anak lo? Lo langsung nikah muda? Kok udah gede aja? Dapet janda lo?" tanya Fariska bingung.

"Lah si kampret, baru ketemu omongannya gitu amat, set! Ya kali Ris, ini adek gua! Dia diajarin sama kembarannya kalo gua lagi sama temen gua panggil aja Papa, sialan ga sih," jelas Kalin jadi keluar logat kasarnya. 

Fariska tertawa mendengar itu, kocak sih, ternyata ada juga yang brother complex jaman sekarang. "Papa mu ganteng, dek, kenapa ga jadi pembantu aja?" ujar Fariska pada Leo. 

Leo menatap bingung Fariska, membuat Kalin memukul pelan lengan atas perempuan cantik itu. 

"Lo ga usah ajarin adek gua yang aneh-aneh, gua sama kakaknya yang lain ngejagain otaknya supaya tetep bersih, lo orang baru pengen ngerusak, rusuh lo!" 

Fariska tertawa lagi mendengar ucapan Kalin. Dia bukan teman sesesat itu sih, tapi asli, Kalin memang temannya yang paling asik untuk dijahili. Otaknya pintar, tapi kalau panik kepintaran dalam otak Kalin sirnah, seperti buntu tidak ada otak lagi. 

"Leo mau apa lagi? Masih laper?" tanya Kalin saat bubur yang dimakan Leo sudah habis, tersisa mainan robot saja. 

Leo menggeleng. Dia ingin eskrim, tapi dia tahu kalau eskrim akan membuatnya batuk, batuk akan memicu asmanya, alhasil Leo menggeleng saja. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE ARDINATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang