You say Li
I say O
LiO!.
.
.
.
.Priit!?
Bugh!!
"Straight!"
Dia tersenyum bangga melihat bagaimana permainan yang kini di depannya berlangsung. Hanya latihan, tapi ada rasa kebanggaan tersendiri dalam dirinya, apalagi melihat sosok muda yang sangat dikenalnya berlarian mengelilingi lapangan luas itu. Banyak sekali yang terlintas dalam pikirannya. Bangga dan salut, merasa seperti sudah menjadi orang tua yang sangat beruntung melihat tumbuh kembang anaknya yang begitu pesat.
"Ari, ya?"
Masih asik menatapi lapangan, seseorang tiba-tiba menghampirinya, membuyarkan konsentrasinya pada lapangan dan menatap siapa yang datang.
"Kalin Azri, bukan?" tanyanya memastikan.
"Eh, iya. Pak Ishak ya? Duduk, Pak," ujar Kalin melihat siapa yang menyapanya. "Wah, Bapak masih jadi pelatih di sini?"
"Masih, tapi hanya tahun ini saja, tahun depan Bapak akan pensiun,"
"Oalah, keren banget, dari bang Dana di sini, sampe sekarang, Bapak masih setia ya sama SD ini," puji Kalin.
"Kamu sedang apa di sini? Melatih sepak bola?"
"Iya, Pak, sekalian antar adik-adik latihan,"
"Uh, siapa? Adikmu ada yang masih SD?" Pak Ishak terkejut menatap Kalin.
"Ada, Pak, mereka kembar tiga," jawab Kalin, kemudian menunjuk ke arah lapangan, "Yang jadi Pitcher itu, adik bungsu saya yang kedua, namanya Damian," jelasnya, "Ini yang di samping saya Aprilio,"
"Oalah April sama Damian itu adik kamu, satu lagi siapa?"
"Ada, lagi di rumah. Namanya Alleo Keisha, kalau di sekolah panggilannya-"
"Keisha?" tebak Pak Ishak.
Kalin menatap terkejut, namun kemudian bersahabat lagi. "Iya, Bapak pasti kenal soalnya Keisha ikut Softball,"
"Bapak baru tau, kalau dari dulu kamu bilang pasti tidak akan susah ya,"
"Susah kenapa, Pak?"
"Bapak ingin sekali memasukkan Keisha ke dalam tim inti, sayangnya Keisha selalu bilang kalau Mama kalian tidak menyetujuinya,"
"Mama?" Kalin terlihat tidak percaya dengan ucapan mantan pelatih SD nya itu.
"Bapak permisi ya, tim Softball sebentar lagi latihan di lapangan samping," pamit Pak Ishak.
Kalin mengangguk saja, kemudian menatap ke arah Lio yang sibuk memakan es potongnya yang tinggal setengah.
"Pelatihnya Leo itu," ujar Lio tanpa menatap Kalin.
"Apa yang terjadi? Kenapa Leo ga pernah ikut tim inti?" tanya Kalin dengan wajah serius.
"Pelatih selalu ngasih Leo surat undangan seleksi, tapi selalu berakhir hanya di tangan bang Dana, dan entah bang Dana kasih ke Mama atau Papih atau tidak. Kalau Lio dan Dami, sampai di tangan Mama dan Papih, mangkannya Mama datang ke sekolah untuk mengambil formulir seleksi tim," jelas Lio.
Hati Kalin bergetar mendengar penjelasan Lio. Sama seperti dirinya dulu, Dana pasti tidak percaya juga pada Leo.
"Lio kadang sedih, lihat teman tim Leo berlatih keras saat musim olimpiade begini, tapi Leo cuma duduk di kursi penonton, yang kadang Lio bingung apa yang Leo pikirin,"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ARDINATA
AcakIni kisah tentang keseharian 13 saudara di mana 12 anak laki-laki dan 1 anak perempuan ada dalam satu keluarga THE BOYZ X HYUNJOON X OC AU Lokal Myeonie 2020 Present ©