Bab 7. Ketempelan

369 67 3
                                    



Dikantin...

" Ara... "

Dikoridor...

" Araa.... "

Dirooftop...

" Araaa..... "

Ditoilet...

" Araaaaaa... "

Dimanapun hari ini Ara pergi, pasti disana ada Chika. Yg benar benar membuat Olla jengah, tapi tak terlalu dengan Ara.


Sejak tadi pagi...

Bangun bangun, ruang chat mereka berdua sudah dipenuhi oleh spam tak berguna.

Sampai sekolah, Chika langsung saja menggandeng lengannya. Membiarkannya tak sedetik pun lepas.

Saat istirahat, Chika datang kekelasnya dan tanpa basa basi menyeretnya kekantin. Ikut menemani Chika makan.

Saat dirooftop, dia juga ada disana, seakan akan dia tahu kalau Ara akan ada disana saat itu.

Bahkan sampai ketoilet pun Chika mengikuti Ara, yg benar benar membuat batas kesabarannya hari ini diuji.

Hanya karena sebungkus roti dan sekotak coklat, apakah Chika harus menempelinya seharian ?
Kalau begitu dimasa depan nanti, Ara tak akan pernah memberinya kedua hal itu lagi. Pasti itu.

Tapi yg aneh adalah...

Ara tak membencinya. Dia sama sekali tak membencinya. Dia bahkan menanggapi dengan halus panggilan bernada dari Chika, yg membuatnya sendiri kebingungan. Ada apa dengannya ?

" Ara... " Dan panggilan itu kembali terdengar.

" Iya Chika ? " Tanya Ara kesekian kalinya hari itu.

" Nggak ada. Cuma pingin panggil Ara aja. " Jawab Chika dengan senyum yg tak pernah luntur hari ini. Dia benar benar sangat bahagia, karena Aranya tak mempermasalahkan sikap Chika hari ini.

Dan Ara juga tak seperti biasa hari ini, tak mengacuhkan Chika. Yg benar benar membuat Olla heran.

Ara pun hanya mengangguk dan melanjutkan tugas menulis rangkumannya kembali. Saat ini, kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPS 1 sedang tak ada pelajaran alias sedang jamkos. Maka dari itu, Chika mampu datang kekelas sang pujaan hati, tanpa harus bermasalah dengan guru dan perangkat kelasnya. Dia bahkan sudah membawa tasnya sendiri, jaga jaga jika bel pulang sekolah telah berbunyi. Mereka jamkos saat pelajaran terakhir.

Duduk dibangku depan Ara, Chika menumpu wajahnya dengan kedua tangan, asik memandang sosok yg sudah memenuhi pikirannya saat ini.

Sampai sampai Olla yg melihatnya dari bangku samping Ara mengerutkan kening.

" Chika ? Bisa pindah nggak ? Gue mau nulis rangkuman tugas guru nih. Bisa nggak ? " Tanya Olla untuk kesekian kalinya. Olla sebenarnya tak mempermasalahkan Chika untuk duduk di kursinya, hanya saja dia ingin menyontek rangkuman milik Ara. Jadi... Ngerti kan ?

" Nanti. " Jawab Chika tanpa mengalihkan pandangannya sedetik pun dari Ara. Yg benar benar membuat Olla geram.

" Bucin sih bucin. Tapi nggak gue juga yg harus jadi korbannya kan ? Apalah daya gue yg cuma pemeran sampingan. "

Dia mengatakan itu sambil mengambil bukunya dan mulai merangkum, berusaha bekerja sendiri. Walau hasilnya jauh dari kata baik pada akhirnya.....

" ... " Ara mengangkat kepalanya setelah menuntaskan tulisannya. Menatap langsung kemanik coklat milik gadis pemilik gummy smile dihadapannya kini.

Chika semakin melebarkan senyumannya tak kala Ara menatapnya dengan sorot teduh itu, bukan sorot tajam yg sering diberikan kepada orang lain.

" Jangan senyum. " Dua kata itu keluar dengan sendirinya dari bibir Ara. Membuat Chika kebingungan, walau masih dengan senyum lebarnya.

" Kenapa ? " Tanya Chika, mendekatkan wajahnya ke wajah Ara.

" Manis. "

Bukannya berhenti tersenyum, malahan Chika dibuat semakin kegirangan oleh ucapan Ara.

" Ihh... Araaa..... " Panggilan bernada khas milik Chika itu seakan menyampaikan kalau ia sedang dibuat melayang saat ini. Bahkan wajahnya saja sudah memerah, hasil dari ulah Ara.

" Sialan ?! " Olla semakin menggeram. Ketika dia juga mendengar hal itu. Tangannya mengepal dan mukanya sudah kusut, perbuatan dari kedua orang disampingnya saat ini.

" Nasib jadi obat nyamuk ya gini ?! Nggak terlihat !!! " Keluhnya kembali, mengeraskan suaranya supaya mampu didengar oleh kedua orang itu.

" Makanya... Cari pacar sana. Biar nggak jadi obat nyamuk terus ! " Ketus Eve. Seseorang yg duduk dibangku depan Olla, disamping Chika.

" Dih ! Napa Lo yg sewot sih ? " Hancur sudah mood Olla dibuatnya siang ini. Antara senang karena temennya yg dingin menyerupai kulkas itu mampu mendapatkan seseorang yg tulus menyukainya, dan sedih karena dia yg harus menjadi obat nyamuk keduanya disetiap saat.

Eve pun tak membalasnya, dia hanya sibuk melakukan apa yg dikerjakan oleh Olla saat ini.

Tugas itu harus dikumpulkan hari ini, entah selesai atau tidak. Yg penting kumpul ! Maka dari itu satu kelas sedang dibuat sibuk siang ini.

Mengabaikan kedua orang disamping. Chika dan Ara masih saja terjebak dengan sorot mata masing masing. Chika dengan sorot penuh cintanya dan Ara dengan sorot teduh nan menenangkannya. Saling menatap seakan akan diruang kelas ini hanya ada mereka berdua. Sedangkan yg lain, entah pergi kemana semua suara laknat itu pergi. Keduanya tak peduli.

Sampai sampai...

" Ipi ! Lu dicari kak Shani tuh didepan !! " Sang ketua kelas berteriak, menyadarkan Ara dari kegiatannya saat ini.

Ia segera menoleh kearah suara dan mendapati kalau si ketua OSIS tengah menatapnya dengan tatapan yg tak dapat dimengerti oleh nya.

" Ci Shani ? Oh iya ?! Sekarang kan ada rapat OSIS ?! Maaf ci... Gue lupa ! " Eve mengatakan itu sambil membanting mejanya membuat beberapa anak menatapnya dengan pandangan kesal. Suara cempreng milik Eve sudah membuat pendengaran mereka terganggu, ditambah bantingan meja harus terdengar pula. Gimana nggak kesel coba ?!

Chika tak memperhatikan semua itu. Ia hanya fokus menatap Ara yg saat ini tengah menatap kearah Shani, begitu juga sebaliknya. Tak menyadari tatapan sedih milik Chika.


" Saingannya ci Shani guys... Berat. "























TBC...

Dialog SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang