Ini adalah hari Minggu sore dan disinilah dia, di sebuah bangunan tua bertuliskan Perpustakaan Madya Laksana, perpustakaan sekaligus toko buku. Tempat dengan sejuta kenangan bagi seorang Zahra Nur Khaulah, karena disini dia mendapat banyak sekali ilmu kehidupan yg tak bisa didapatnya dari tempat lainnya. Tentu saja dengan ditemani sang adik, Zee. Dia tak mungkin meninggalkannya seorang diri dirumah.
Bagaimana dengan cafenya ? Tenang saja, Ara sudah punya orang kepercayaan tuk mengurus cafe beserta cabangnya. Panggil saja dia Amira Fatin atau kerap yg dipanggilnya Mira / Opung.
" Kak, Kak Beby nggak ada niatan apa buat mugar ini gedung ? Banyak retakan soalnya ! " tanya sang adik ketika melihat bangunan tua ini sudah memiliki beberapa retakan dibagian pintu depan perpustakaan.
" Sengaja dibiarin Zee, katanya untuk menambah minat orang orang. " Jelas Ara karena dia sudah akrab sekali dengan pemilik tempat ini.
" Oh... Gitu ya, baru tau aku kak ! Kukira nggak diurus sama sekali sih. " Zee memang sudah sering datang ketempat ini, tapi tetap saja dia masih merasa canggung untuk membahas gedung tua ini pada pemiliknya, takut menyinggung.
Kriettt...
Pintu pun terbuka saat mereka masuk kedalam, dan nampak seorang gadis tengah duduk dibelakang meja counter tengah serius dengan bacaannya. Ialah sang pemilik tempat ini, Beby Chaesara.
Gadis berumur 22 tahun yg sedang mengenyam pendidikan di Universitas Tarumanegara itu sontak mendongak ketika mendengar pintu masuk terbuka.
" Oh kalian ! Welcome again ! " Sapa Beby tersenyum manis kala mendapati dua pelanggan setianya datang kembali Minggu ini.
" Sama sama kak Beby ! " Balas ceria Zee yg diangguki Ara. Beby pun hanya tersenyum karena dia sudah terbiasa dengan respon itu.
" Kak Beby, kak Beby... Ada novel barukah ? " tanya Zee semangat, yg tak kalah diangguki dengan semangatnya oleh Beby.
" Ada kok Zee ! Baru sampe tadi siang tuh dibagian novel cari aja ! Ada yg..... " Ara pun langsung meninggalkan mereka dengan dunianya dan mulai kebagian favoritnya diperpustakaan itu, meja dengan sepasang kursi dibelakang rak buku sejarah. Bagian paling ujung perpustakaan, dimana biasanya jarang yg datang ketempat itu, kecuali untuk menyendiri.
Tentu dia kesana dengan buku yg telah diambil sebelumnya, buku novel yg berjudul Tentang Kita... karya seseorang yg tak ingin disebut namanya.
Ia membacanya dengan perlahan ditemani remangnya cahaya lampu berwarna kuning lembut itu sambil meresapi setiap kata yg tertulis diatasnya, merenungkan kata yg diterima, dan tersenyum kala melihat sebuah karakter yg dirasa mirip sekali dengan dirinya. Sampai tak menyadari kalau ada seorang yg duduk dihadapannya menatap dengan rasa penasaran pada sosok yg tengah larut sampai sampai tersenyum dalam bacaannya.
Ara yg merasa dirinya diperhatikan pun mendongak dan mendapati sang ketua OSIS tengah duduk dihadapannya sambil tersenyum lembut, menatap teduh kearah Ara.
Cantik... Batin keduanya saat masih sama sama tersenyum.
Sampai Ara menetralkan senyum dan menatap tajam kearah Shani, Shani yg merasakannya pun hanya terkekeh kecil karena merasa manusia didepannya ini sangatlah lucu.
" Jangan ketawa. " kata Ara.
" Emangnya kenapa ? " tanya Shani sambil mengangkat sebelah alis dan menumpu dagu dengan tangan kanannya ketika sudah menghentikan kekehannya, menatap dalam kesorot mata hitam legam itu.
" Cantik. " gumam Ara yg terdengar jelas ditelinga Shani, membuatnya tentu saja tersenyum lebih dalam.
Ara adalah seseorang yg selalu jujur dengan apa yg dirasakannya, bahkan saat disituasi seperti ini sekalipun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dialog Semesta
FanfictionRagu akan keputusan, dan sering membohongi diri. Terjebak dalam kesendirian, dan memendam rasa sakit. ~ Kepada Luka Lama Yg Berharga, Bolehkah Aku Bahagia ? ~ ***** Banyak hal yg kupertimbangkan, dan kau salah satunya. ~Ara Semesta, kuingin dia. Bis...