Bab 10. Sakit

433 68 5
                                    



*****



Hari ini tanggal 2 Februari.

Beberapa hari menuju hari kasih sayang, dan satu bulan dari sekarang akan menjadi hari ujian.

Kelas XII akan menjalani ujian kelulusan, dan beberapa bulan kemudian mereka semua akan dilepas oleh masa putih abu abu.

" Cepet banget rasanya ya Ra... " Ucap Olla pelan. Duduk disamping lapangan, sembari menatap kearah lapangan basket dimana kelas Chika sedang bermain. Lebih tepatnya sih, Chika yg sedang bermain.

Ara tak menjawab, dia menunggu akan apa yg dikatakan oleh Olla selanjutnya.

" Bentar lagi kita kelas XII. Setahun dari sekarang kita bakalan pisah. Hahhh..... " Hembusan nafas pelan mengakhiri perkataan Olla, seakan akan itu adalah hal terberat dalam hidupnya.

" Cuma pisah fakultas aja bego ! Drama bet idup Lo. " Celetuk Eve. Ia kini juga ikut nimbrung diantara Olla dan Ara. Membuat Olla mendelik kesal karena kelakuan Eve.

" Dari sekian banyak tempat kosong dipinggir lapangan ini... Kenapa harus disini ogeb ! " Ketusnya. Ia harus menggeser pantatnya beberapa senti kesamping, dan itu menyebalkan baginya.

" Dih... Serah gue lah. Lagian nih... Itu bulu mata kenapa rata sebelah anjir ?!!😂😂 " Tawa lepas Eve setelah melihat sebelah bulu mata Olla yg terlihat rata, sama lurus dari samping kiri ke samping kanan.

" Lo orang keseratus yg nanya ini ke gue. GUE SENGAJA MOTONG RAMBUT PONI GUE. EH TERNYATA BULU MATA GUE IKUT KEPOTONG. LAKNAT NGGAK TUH ?!!! " Kesalnya semakin menjadi jadi. Tingkah absurdnya kemarin sore berakibat fatal untuk kesehatan mentalnya. Niat ingin merapikan poninya dengan usaha sendiri nyatanya berimbas pada bulu matanya yg ikut ikutan ingin rapi juga.

( Terinspirasi dari temen hyperactive author,, pis kan✌️ )

" WKWKWK... " Eve tertawa lantang mendengarnya, ia heran... Kenapa punya temen yg modelan kayak gini coba ? Nggak ada yg normal rasanya punya temen.

" Araaa... " Panggilan manja dari seseorang membuat ketiganya menatap kearah si pemanggil.

Keduanya sih. Soalnya sejak awal mata Ara terus terpaku ke Chika. Yg tentu membuat Chika nya beberapa kali salah fokus.

" Kenapa Chik ? " Tanya Eve.

" Yg dipanggil si Ara bukannya elo ! " Tukas Olla membuat atensi Chika tertuju padanya.

" Lah... Itu bulu mata kenapa ? "

" ENYAH ?!! " Teriaknya kesal lalu pergi begitu saja meninggalkan Eve yg kembali tertawa.

" Dia yg bilang dia yg pergi wkwkwk... Udahlah. Gue juga duluan. Males gue kalau jadi obat nyamuk. Bye ! " Kepergian Eve semakin membuat Chika kebingungan.

" Aku salah apa Ra ? " Tanya Chika pada Ara. Yg dibalas dengan gelengan kepala pelan, lalu menepuk tempat kosong yg diduduki Eve sebelumnya.

" Duduk. " Ucapnya pelan yg masih mampu didengar oleh Chika.

" Yeayy... Duduk disamping Ara ! " Pekiknya girang dan langsung tanpa sungkan menggenggam jari jemari milik Ara. Tentu yg membuatnya semakin kegirangan, ialah Ara tak menarik tangannya sama sekali. Malah semakin mengeratkan genggamannya. Gimana Chika nggak seneng coba.

" Ra.. "

" Chik.. "

Keduanya memanggil secara bersamaan membuat keduanya saling menatap.

Chika dengan pandangan terkejutnya, dan Ara dengan pandangan sendu andalannya.

" Ara duluan... " Saking senangnya karena Ara memanggilnya terlebih dahulu, dia sampai tak menyadari kalau suasana tiba tiba menjadi melankolis seiring dengan tatapan Ara yg mulai menunjukan rasa bersalah.

" Berhenti. "

" Maksudnya ??? " Chika kebingungan.

" Berhenti. Berhentilah mengejarku. "

Deg...

Chika mematung dengan degup jantung yg mulai melaju. Ada apa yg sebenarnya terjadi saat ini ?

Chika paham, tapi tak ingin paham.

" Semua yg kau lakukan. Terima kasih untuk semuanya. Tapi mulai sekarang, berhentilah. Jangan buang buang waktumu untukku. Kau orang yg baik. Kau pantas bahagia. " Setelah mengatakannya, Ara lalu berjalan pergi, melepas genggaman Chika, juga rasa tak karuannya.

Meninggalkan sebuah hati yg terluka, dengan air mata didalamnya.

Chika menangis. Walau tanpa suara, itu sudah cukup menunjukan betapa terlukanya dia.

Mendengar kata kata itu langsung dari pemilik hatinya, entah kenapa jauh lebih sakit daripada mendengarnya dari orang lain.

Sakit.




*****
































Apa nih ?!!

Kok gitu ?!!

TBC...

Dialog SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang