Bab 13. Jarak

353 49 4
                                    






*****




Setelah Chika benar benar dinyatakan sembuh oleh sang mama, akhirnya ia mampu kembali bersekolah dengan riang. Kata kata dari Ara beberapa hari yg lalu, tak menyurutkan niat Chika sedikitpun untuk berhenti menggapai sosok Ara yg terlalu jauh.

Ia tak peduli jika hatinya akan berakhir dengan kekalahan, ia tak peduli jika hatinya patah untuk kesekian kalinya, ia tak peduli jika nanti Ara kembali mengatakan hal yg sama padanya dan membuatnya jatuh sakit lagi.

Selama Ara tak benar benar merasa keberadaan Chika adalah hama maka pantang mundur baginya jika dia berhenti memperjuangkan seseorang yg telah merenggut seluruh hatinya.

Ia takkan menyerah.

Bahkan setelah mendengar rumor kalau Ara dan kak Shani memiliki hubungan khusus ?

Masih belum menyerah sebelum Ara sendiri yg mengatakannya langsung. Lagian itu cuma rumor, kan ?

Rumor rumor rumor...

Gosip gosip gosip...

Rumor rum...

Udahlah, abaikan aja.

" Rumor rumor rumor... "

" Udahlah Li... Capek aku dengernya. " Ucap Chika setelah mendengar nada yg sama berkali kali hari ini semenjak tadi pagi.

" Ye... Gue kan cuma nyanyi doang Chik. Sewot amat... " Sindir Eli dengan muka sewotnya.

" Dih... Siapa yg sewot sekarang coba ! "

" Iyadeh iya... Gue ngalah sama yg lagi GALO ! " Ucap Eli dengan nada ejekannya.

" Aku nggak galau ya ! Cuma lagi nggak mood aja, titik. " Elak Chika,

" Lah ? Emang gue ada bilang Lo galau ? " Tuhkan... Si Chika masuk perangkap nya Eli.

" Ha ? Masa sih ? AHH ! Serahlah ! Aku kekantin duluan. Bye. "

Chika pun meninggalkan Eli yg terpelongo dengan tingkah sahabat nya itu.

" Eh ??? Chikuy Tamara ?! How dare you meninggalkan daku ?! " Nah kan, jiwa drama nya keluar. Mana ekspresinya menjiwai lagi.




*****




Berjalan dengan langkah riang menuju kantin. Disertai sapaan ramah yg tertuju padanya, membuat mood seorang Chika menjadi lebih baik. Sampai semua itu harus berakhir karena teriakan lantang dari temannya itu.

" CHIKA TEMAN KESAYANGANKU, ATM BERJALANKU, BUCINNYA AKU, EH NGGAK DENG... BUCINNYA ARA... WAIT DAKU TRESNO... "

Nggak punya malu emang.

Chika pun hanya bisa tersenyum malu pada mereka yg menatapnya dengan pandangan geli. Sebelum beralih menatap Eli yg kini berada dihadapannya dengan tatapan gahar.

" Nggak usah teriak gitu juga kali Li ?! Kamu nggak malu apa ?! "

" Ha ? Malu ?? Jenis makanan apa itu ??? "

" Serah deh Li, serah... Capek aku. "

Ucap Chika lalu kembali berjalan menuju arah kantin yg tak jauh dari tempatnya berdiri. Tapi tiba tiba saja dia berhenti saat sudah mencapai pintu masuk kantin.

" Lo sendiri capek Chik. Apalagi gue... " Kata Eli sembari menunjuk dirinya sendiri. Tapi beberapa detik kemudian Eli menyadari sesuatu yg janggal dari temannya itu.

" Chik ? Lo ngapain berdiri dipintu masuk ? Pamali loh. " Heran Eli, tapi sesaat kemudian dia mengerti setelah mengikuti arah pandang sang teman.

Disana. Dipojok kantin dekat jendela yg menghadap kearah lapangan, terdapat dua orang yg saling menatap dengan tersenyum. Tapi yg membuat Chika maupun Eli terdiam adalah, genggaman tangan mereka yg ada diatas meja diperlihatkan begitu saja. Membuat Chika semakin dibuat marah seketika.

Ara nggak pernah senyum kayak gitu ke aku...    Batin Chika disaat amarah mulai menguasainya.

" Jangan gegabah Chik. Inget, Ara bukan siapa siapanya lo. " Pengingat Eli ketika melihat kilatan amarah dalam mata coklat milik Chika.

Ingin segera bergegas kesana, tapi apa yg dikatakan Eli ada benarnya.

Dirinya bukan siapa siapanya Ara. Heck... Bahkan sekadar dianggap teman pun kini Chika mulai ragu.

" Eli... " Panggil Chika lemah disaat ia sudah menunduk.

" Iya Chika ? " Tanya Eli khawatir saat melihat sahabatnya seperti itu.

" Balik kelas yuk. Nafsu makanku hilang udah. " Pinta Chika lemah disaat tubuhnya mulai gemetar pelan dan tanpa aba aba Eli langsung menarik Chika menjauh dari kantin. Membawanya kembali kekelas, dimana ia tak perlu khawatir akan melihat pemandangan laknat itu lagi.




*****




























Pendek ya ? Ntah...

Tapi 580 kata sih buat author itu pendek.

Udah syukur bisa ngetik sebanyak ini dijam ini.

Ngomong ngomong, ini bab selesainya jam 01.07 Lo. Cuma satu jam sesudah author mulai mengetik kata pertama. Padahal author harus istirahat buat kerja lagi ntar pagi.

Emang gitu ya, kalau lagi punya ide apapun harus diterobos. Kalau nggak bisa bisa langsung hilang keesokan harinya.

Biasalah, sindrom begadang ku kembali kepermukaan setelah minum segelas kopi dengan 5 sendok teh gula😂😂😂

Udahlah... Author mau nyoba tidur dulu. Kalau nggak bisa tidur berarti udah nasib🤣

TBC...

Dialog SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang