*****
Aku yg bodoh melepasmu...
Hal terbaik yg pernah ada...
Dihidupku kini aku tak tahu, bagaimana cara...
Melangkah tanpamu...
Suara lagu acak dari playlist yg ada di ponselnya itu bergema ditempatnya kini berdiam diri.
Rooftop dengan pemandangan yg sama selalu menjadi tempat Ara menghibur diri. Dengan kesendirian, hanya ditemani oleh kesepian. Dan sedikit lagu pastinya.
Ara selalu merasa, kapanpun dia merasa lelah akan kehidupan dunia. Cukup pandang langit. Dan bayangkan seberapa banyak rahasia didalamnya. Maka fokusnya akan teralihkan dan dia akan merasa jauh lebih baik.
Sedikit terdengar aneh, tapi itulah Ara. Si gadis dingin dengan seribu misterinya.
Perasaan aneh yg dirasakannya saat menjatuhkan mental Chika barusan membuatnya gelisah sendiri. Dia sendiri bingung, apa yg sedang diinginkan hatinya. Sehingga dia menjadi tak karuan akan apa yg harus dilakukannya selanjutnya.
Tapi, ketika mengingat apa yg selama ini menarik perhatiannya hadir dipikiran. Ara kembali berpegang teguh pada sesuatu hal itu.
Nggak ada kata mundur sekarang. Itulah yg ada dipikirannya. Bahkan mundur juga dia sekarang nggak bisa, jadi ya keep going. Ara adalah seseorang dengan ego yg tinggi, jadi dia pasti tak ingin menarik kembali kata katanya pada Chika. Maybe ? Kan ?
" Ra ? " Panggil seseorang, membuyarkan lamunan Ara.
Menoleh kearah belakang dan mendapati kakak ketua OSIS itu kini telah ada dihadapannya dengan tatapan sayu yg tertuju padanya.
" Jangan maksain diri sendiri. " Ucap Shani, seakan memberi nasehat pada kebatuan yg dimiliki kepala Ara itu. Tapi hanya dengan kata kata saja tak akan membuatnya berubah, Ara bahkan mengeraskan tatapannya walau Shani tak mampu melihatnya.
" Nggak maksain diri. Cuma ini jalan yg kupilih kak. " Jelas Ara dengan pandangan teguhnya, walau rasa ganjal itu masih tertanam dengan jelas dihatinya.
" ... " Shani mengurungkan niatnya untuk membujuk Ara. Sepertinya apapun yg akan dikatakannya tak akan membuat keputusan seorang Zahra Nur Khaulah berubah.
Akibat kecerobohannya beberapa hari yg lalu mampu membuat Ara harus ikut menanggung semuanya. Kecerobohan fatal dimana jalan kehidupan mereka terhubung satu sama lain, menuju sebuah akhir yg tak dapat diketahui keduanya.
*****
Flash singkat...
Alunan denting piano itu terdengar menggema diruang musik, membuat dua sejoli yg kini berada disana terdiam dengan pikiran masing-masing.
Dentingan tuts piano terakhir yg ditekan oleh Shani itu mampu membuatnya menghela nafas dengan lega. Sedikit musik dari piano yg dimainkannya mampu membuat perasaanya yg lama goyah kini kembali tenang, walau tak bertahan lama.
Shani memandang Ara yg duduk disamping kirinya dengan sebuah buku yg dianggurin nya. Padahal dia lagi baca buku tapi malah asik nge zoom out.
Tak lama kemudian sebuah ide melintas dipikirannya, membuat Shani tersenyum kecil dan kemudian merealisasikannya karena merasa Ara tak akan menyadarinya.
" Luka ini adalah milikku. Dan aku menyayanginya. "
Gumaman itu mampu terdengar dengan jelas didalam ruang musik yg sunyi itu. Tapi sepertinya Shani tak menyadari kalau Ara mampu mendengarnya dengan jelas. Ara sebenarnya hanya diam saja mendengar alunan piano milik Shani, tapi karena Shani sepertinya ingin memulai sesuatu yg manis dengannya jadi tak ada salahnya kalau dia mengikuti alur kan ?

KAMU SEDANG MEMBACA
Dialog Semesta
FanfictionRagu akan keputusan, dan sering membohongi diri. Terjebak dalam kesendirian, dan memendam rasa sakit. ~ Kepada Luka Lama Yg Berharga, Bolehkah Aku Bahagia ? ~ ***** Banyak hal yg kupertimbangkan, dan kau salah satunya. ~Ara Semesta, kuingin dia. Bis...