"aku pergi dulu ya, kamu jaga diri baik-baik, jangan terlalu percaya sama betrand." Kata Deven pada Anneth setelah dia menemuinya.
Tidak bisa lama-lama karena takut Deven di lihat oleh orang yang betrand tugaskan untuk menjaga Anneth.
"Aku cinta kamu."
Cup
Deven mengecup pipi Anneth kemudian tersenyum, sebagai penutup dari perjumpaan mereka hari ini.
Anneth diam mematung merasakan semburan di pipinya, bahkan saat ini dia merasa perutnya di penuhi ribuan kupu-kupu yang menggelitik di sana.
Secepat kilat Deven pergi tapi menyisakan dampak yang besar dalam dirinya, rasa yang dia kubur suka rela kini muncul kembali tanpa dia minta.
Anneth tersenyum menyentuh pipinya, detak jantungnya Sudak tidak karuan bahkan nadinya terasa bergetar, perasaan yang pernah dia rasakan dulu saat Deven menyatakan cinta padanya.
Puk
Anneth berjengit kaget, dia melihat ke belakang, itu papihnya datang.
"Malam-malam gini di luar, gak baik sayang."
"Lagi cari angin pih." Jawab Anneth sambil tersenyum kearah papihnya.
Amir ikut duduk di samping Anneth, melihat putrinya seperti sedang berbahagia.
"Kayanya ada yang beda sama putri papih."
"Beda gimana pih?" Tanya Anneth bingung.
"Ini pipi kenapa sampe merah gini? Abis ngapain." Anneth langsung menunduk menyembunyikan semburannya.
"Kenapa nih? Cerita dong sama papih."
"Engga pih." Elak Anneth malu-malu.
Amir menarik putrinya kedalam pelukannya, sudah lama dia tidak duduk bersama bersama putri semata wayangnya ini.
"Anneth kangen kaya gini lagi sama Papih." Ucap Anneth memeluk pinggang papihnya.
"Papih juga sama, dulu saat papih peluk kamu badan kamu masih pendek, sekarang udah tinggi." Kata Amir mengusap kepala Anneth.
"Aduh! Lagi pelukan, kok mamihngak di ajak."
"Sini mih."
"Kita lagi cerita-cerita." Kata papihnya.
Deby duduk di sebelah Anneth, mengapit putrinya,
**
Anneth duduk melamun mengingat beberapa hal yang sedang berkelana dalam hatinya, di satu sisi dia masih mencintai Deven tentu saja dia percaya apa yang dikatakan, tetapi disisi lain dia mulai luluh melihat perlakuan betrand pada orang tuanya.
"Aku mencintai kamu."
Ungkapan cinta dari Deven membuat Anneth diam dalam keraguan, meskipun menyentuh hatinya, dia melihat ada sesuatu di balik matanya.
Tapi Anneth tidak bisa menyangkal ungkapan cinta Deven yang membuat hatinya menaruh harapan, dia berharap apa yang Deven katakan itu benar.
Tok....tok....
Anneth terkejut melihat ada seseorang mengetuk kaca jendela kamarnya.
"Sayang, ini aku."
"Dev..." Panggil Anneth.
"Iya, ini aku." Anneth langsung berdiri, dia berjalan untuk membuka tirai jendela.
Srek
Tirai terbuka, menampakkan seorang pria memakai sweater Hoodie di balik kaca, tidak pikir panjang Anneth membuka kunci jendela.
"Dev."
"Hai." Sapa Deven sambil tersenyum.
"Kamu ngapain malem-malem kesini?" Tanya Anneth pelan takut orang tuanya mendengar.
"Aku kangen sama kamu." Anneth berusaha untuk mengendalikan rasa senang dalam hatinya dengan ungkapan Deven.
Deven tersenyum, dia merogok saku sweater nya, mengeluarkan sesuatu untuk dia berikan pada Anneth.
"Ini."
"Ini apa?" Tanya Anneth menerimanya.
"Besok kamu pakai ya, aku mau lihat apa saja rencana betrand." Anneth diam diambang kebingungan.
Deven menggenggam tangan Anneth meyakinkan, menatap Anneth jika semua yang dia lakukan itu benar.
"Percayalah! Setelah ini kita akan sama-sama lagi." Ucap Deven sungguh.
"Aku pergi dulu ya, kamu jaga diri baik-baik." Anneth mengangguk melihat Deven sudah turun tidak lagi gelantungan di jendelanya.
Anneth melihat Deven berlari begitu kencang sampai tubuhnya tertelan kegelapan, setelah itu Anneth menutup jendela kamarnya.
**
Anneth menyantelkan sesuatu di pinggang celana jeans yang dia kenakan, hari ini dia akan pergi bersama Nayla ke suatu tempat.
Clek
Setelah memasang alat tadi Anneth keluar dari dalam kamar, diluar sudah ada Nayla dan juga mamihnya.
"Mamih kok belum siap-siap?" Tanya Anneth melihat mamihnya masih mengenakan baju rumahan.
"Mamih tidak keluar sayang, gula darah papih kambuh lagi." Anneth mengangguk dia berjalan menghampiri mamihnya.
"Yaudah kalau gitu Anneth pamit mau pergi sama Nayla."
"Iya Tan, kita Deket kok cuman nyampe kelurahan aja." Kata Nayla ikut menyalami Deby.
"Iya kalian hati-hati ya."
"Siap Tan."
**
Setelah berpamitan pada mamihnya, Anneth dan juga Nayla langsung bergegas pergi dari rumah, bersama torch yang menjadi sopir mereka.
"Nay."
"Hmm."
"Emm... Kalau boleh tahu apa rencana Lo sama Alf selanjutnya? Apa nunggu kabar Deven muncul dulu?" Tanya Anneth hati-hati.
Nayla mengalihkan pandangannya kearah Anneth, dia nampak berpikir untuk menjawab pertanyaan dari Anneth.
"Ada sebenarnya rencana gue sama betrand, cuman sementara waktu kita pending dulu." Kata Nayla.
"Apa?"
"Nanti juga Lo tahu neth." Jawab Nayla.
"Tumben Lo nanya gitu, ada apa?" Tanya Nayla menatap Anneth sedikit heran.
"Umm... Engga, cuman mau nanya aja."
"Oh gitu, gue pikir Lo udah gak betah tinggal di sana." Kata Nayla.
"Engga kok, gue suka tempatnya." Kata Anneth sambil tersenyum simpul.
**
Betrand keluar dari kantornya untuk pergi ke markas pertahanan, sambil mengecek apakah ada kabar tentang Deven atau tidak.
Karena dia tidak mau dirinya kecolongan sampai membuat Anneth dan keluarganya dalam bahaya.
"Bagaimana san?" Tanya betrand saat dia masuk ke dalam ruang rahasia.
"Masih belum terdeteksi tuan, anak buahnya juga sulit untuk kita cari." Betrand ikut melihat layar monitor.
"Coba geser kesini san." Ichsan mengangguk dia menggeser kursornya.
"Sepertinya dia sengaja tuan tidak menampakkan diri lebih dulu, mengingat jaringan kita sangat ketat." Betrand mengangguk setuju.
Tapi dia merasa Deven memang tidak sedang berada di mansion ataupun di markasnya, ada pirasat dalam dirinya yang menyatakan jika Deven sedang berada di tempat lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Nona An (Bodyguard Triplek)
RomanceCinta bisa mengubah siapa saja, termasuk misi seorang bodyguard yang memiliki karakter dingin dan datar itu mengubah misi balas dendamnya kepada tuannya menjadi misi baru. Alfonsius Betrand Teguh Putra Onsu Anneth Dellicia Putri Nasution Untuk pemb...