Epilog

6 1 0
                                    

Falling In Love

Langit jalanan ibu kota telah menggelap sempurna . Di jam 06.40 matahari tak terlihat dari persinggahannya , awan hitam tengah bergelayut menyelimuti angkasa . Hujan turun begitu deras tepat ketika taxi yang di tumpangi Keisha berhenti di tengah badan jalan persisnya pada persimpangan lampu merah .

Dari arah belakang menyelinap sebuah motor bebek yang di kendarai bapak-bapak . Celana kain yang di gulung sampai lutut lalu bagian dada tertutup mantel kelelawar serta helm hitam yang menampakkan bagian depan wajahnya yang basah karena percikan air .

Pengendara itu tak sendiri karena dibelakang ditemukan seorang gadis berok abu dan sepatu pantofel hitam tangah menyibak sedikit mantel yang menutupi wajahnya demi memperhatikan jalanan sekitar .

Kendaraan beroda dua itu melesat lebih dulu , seperti sedang terburu-buru . Mungkin berusaha menghindari keroyokan air yang membasahi lebih parah .

Pemandangan sederhana seperti itu tanpa sengaja menumpahkan air dari sudut mata Key . Ia teringat Papa yang rela basah-basahan menerjang hujan karena memberikan mantel setelannya agar dikenankan Key . Sampai rumah penampilan Papa berantakan dengan setelan yang basah kuyup . Tahu sendiri bagaimana Papa tak sabaran menjalankan motor besarnya . Meski begitu , ia  masih bisa tersenyum mendapati baju dan rok sekolah Key dalam keadaan kering .

Sungguh Itu adalah kenangan paling indah sekaligus memilukan mengingat betapa besar kasih yang di tuturkan Papa lewat perbuatan sederhannya .

Mungkin tuhan terlalu menyayangi Papa sampai harus terburu-buru mengambilnya dari Keisha . Hanya kadang terasa tidak adil  melihat anak seusianya masih diurus oleh Papanya , di perlakukan seperti tuan putri sementara ia harus memikul segalanya seorang diri .

Melintasi masa dewasa tanpa peran seorang Papa seolah terbang dengan satu sayap . Kamu tidak bisa terbang tapi masih punya kaki kan , mau tak mau harus sabar tertatih , terbiasa dengan rasa lelah dengan perjalanan yang melambat .

Saat airmata masih berjatuhan seperti hujan yang turun deras di pagi ini , mendadak ponsel Key menjerit dengan nada dering khasnya .

Sebuah panggilan video berasal dari Kalandra

Keisha cepat-cepat mengangkat dan mengarahkan wajahnya ke kemera . Panggilan tersambung , menampilkan wajah rapi Kalandra berbalut kemeja hitam tengah duduk disebuah ruangan .

Untuk beberapa saat cowok itu hanya bergeming menatapnya dalam diam .

“ Kenapa ?” , Keisha bertanya dengan suara super pelan .

“ Nangis lagi ?”

Keisha terkekeh , lupa tadi menghapus jejak air mata di kelopaknya , ia mengangguk saja sambil tersenyum kecil .

“ Hobi banget nangis , ntar air mata lo habis mengering . Simpen air matanya buat mikirin gue , kangenin gue . Diluar hal yang tidak berkepentingan menyangkut nama Kalandra tidak diizinkan”

“ Ada orang nangis musti minta izin dulu” , cibir Key sambil memutar matanya .

“ Muter mata sekali lagi gue cium lo” , Kalandra mengingatkan sambil menunjuk wajahnya .

Bukannya takut gadis itu malah mesem , tahu kalau Kalandra tak mungkin menyusulnya . Setidaknya tidak untuk hari ini karena siang nanti Kalandra akan menghadiri sidang mama tirinya .

Sebab itulah Key memilih untuk pulang ke kampung halamannya menggunakan taxi alih-alih diantar cowok itu . Walau persidangan masih siang Key meminta Kalandra untuk tinggal dirumahnya . Sky pasti shock dan bingung dengan semua yang terjadi .

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Boo , Kalandra ( after Hiraeth ) ✔✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang