25. SEMESTAKU

461 67 4
                                    

If you are a person sent by God to take care of me, then don't ever leave me.

I don't want you to leave my life, unless death comes to you, I can only accept fate.

🦋🦋🦋🦋🦋

"Kaf, sadar." Ketus Kenzie dengan singkat dan memukul lengan Kafka pelan.

Ardhan menatap ke arah Vallen seperti ingin bertanya sesuatu pada gadis itu. "Val, Kafka pernah cerita ga kalo dia punya penyakit?"

"Nggak, dia selalu ceria, bahkan gue kaget kenapa tiba tiba dia begini."

"Gue goblok banget jadi leader, gatau apa apa soal Kafka dan gatau dia kenapa." Ucap Aksa memarahi dirinya sendiri.

Kenzie mengusap pundak Aksa, "bukan salah lo, Kafka nya aja ga jelas, gini doang gamau cerita."

Azka berdiri dari duduknya, "mending bawa ke rumah sakit aja, gue trauma karna Aksa waktu lalu." Ujarnya.

"Gue? Gue kenapa dah?" Tanya Aksa sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Dulu kan lo nutupin penyakit lo sama kita, gue takut kalo Kafka juga begitu."

"Gue gapapa..." Ucap Kafka sembari membuka matanya perlahan, melihat di sekelilingnya sudah ada inti Axgarez.

"Kaf, jujur ya, lo sakit?"

"Gue gapapa, seriusan."

"Halah, gapapa tapi pingsan maksud lo apaan."

Vallen berjalan mendekat ke arah Kafka, ingin bertanya secara halus apakah pacarnya itu sedang sakit atau tidak. Ia takut Kafka benar benar sakit. "Kalau ga sakit kok bisa pingsan?"

"Pusing doang, terus tiba tiba pingsan."

"Kaf? Ga ada yang kamu sembunyikan dari aku, kan?"

"Gak ada sayang, masa ga percaya sama aku?"

"Percaya, tapi sisi lain aku ngerasa kamu ada sembunyiin sesuatu dari aku."

"Gak ada val, ga ada. Yakin deh,"

"Iya."

(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, Aksa belum kunjung pulang ke rumah dan membuat Ceza berfikiran negatif. Sesibuk-sibuk nya Aksa, dia tidak pernah membiarkan Ceza berada sendirian di rumah di waktu yang larut seperti ini. Biasanya jika pekerjaan di kantor sudah selesai, Aksa pasti langsung pulang ke rumah.

Berbeda dengan hari ini, berulang kali Ceza melihat ponselnya berharap ada sebuah notifikasi dari Aksa, tapi nihil. Tidak ada satupun notifikasi yang ia harapkan itu. Berulang kali pula ia mencoba menghubungi Aksa, tapi tidak ada jawaban dari sang suami.

Ceza berusaha memejamkan matanya dan mencoba berfikir positif, tetapi apalah daya jika fikiran buruk selalu mengitari isi otaknya itu. "Aksa kemana sih, apa dia cari janda ya."

Ia ingin menghubungi kontak Vera, tapi ia tidak ingin ibu mertuanya itu ikut cemas. Ceza tidak takut berada di rumah sendirian, walaupun rumahnya tepat berada di samping kuburan tetapi ia percaya tuhan akan selalu melindunginya.

AKSA XANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang