Ajakan Pertama Kali

157 35 8
                                    





Hujan adalah seorang General Manager di sebuah hotel besar dekat kawasan pariwisata pantai, posisinya ini ia raih setelah mendapat promosi jabatan tahun lalu. Sebagai seorang General Manager tentu sudah menjadi tanggung jawab Hujan untuk meningkatkan kualitas dan prestasi hotel tempatnya bekerja.

Seperti hari ini, Hujan sudah berada di salah satu meja makan besar dekat dapur utama hotel, agenda hari ini adalah menghadiri demo menu baru yang rencananya akan ditambahkan dalam daftar menu hotel. Kepala koki hotel tersebut yang juga teman karib Hujan datang membawa beberapa sampel makanan. Namanya Doni menjabat sebagai Kepala Food Production "Thank you, Don" ujar Hujan setelah penyajian menu sudah lengkap.

"Rencanya mau ditambah berapa menu, Don?" Tanya Celios, lelaki berambut pirang itu adalah Kepala Divisi Sales & Marketing, sebenarnya semua agenda yang berkaitan dengan penjualan produk hotel termasuk makanan harus melewati diskusi dengan Celios, sehingga laki-laki agak nyentrik tersebut juga ikut dalam demo menu baru siang ini.

"Dua, sih. Tapi apa ajanya belum ditentuin, biar Pak GM aja yang milih." Sahut Doni santai.

Mereka memulai beberapa makanan yang telah disajikan di sana, sembari sesekali mengobrol ringan mengenai pekerjaan serta kesulitan di masing-masing divisi. Akibat pekerjaannya Hujan menjadi jarang langsung berada bersama semua staf bawahannya, Hujan memiliki kesibukan untuk mondar-mandir bertemu klien atau investor sehingga momen seperti ini akan sangat dimanfaatkan untuk sekadar bertanya bagaimana situasi rekan-rekannya dan kesulitan apa yang sekiranya dapat Hujan bantu.

Sekitar 20 menit mereka mencicipi makanan dan berdiskusi, akhirnya Hujan sudah menentukan 2 makanan utama yang akan ditambahkan ke daftar menu Hotel. Keduanya memiliki cita rasa yang bertolak belakang, yang satu adalah makanan dengan dominan manis dan yang satunya adalah makanan dengan dominan rasa gurih. Kalau kata Hujan sih agar tidak jomplang atau seimbang. Atas keputusan itu, Doni sebagai kepala koki mengangguk paham dan menerima setiap saran tentang masakannya dari semua staf yang hadir pada acara demo menu baru tersebut.

Mereka berjalan keluar dapur utama untuk melanjutkan waktu istirahat yang belum habis, "Hujaaaaan!" Celios berjalan beriringan dengan Hujan dan asistennya

"Lo dapet undangan dari Cenan gak?" Hujan mengerutkan dahi, lalu menoleh ke arah Winda asisten pribadinya, bermaksud bertanya.

"Tadi pagi ada undangan untuk Bapak dari Pak Cenan. Sepertinya beliau akan menikah." Winda membuka buku agendanya dan mengambil kartu undangan, menyerahkannya pada Hujan.

"Udah mau nikah aja si, Cenan" Gumam Hujan saat membaca baris-baris tulisan di undangan tersebut.

"MBA katanya tau, Jan" Bisik Celios. Masih terus mensejajarkan langkah keduanya.

"Master in Business Administration?" tanya Hujan, dibalas helaan nafas Celios dan Winda yang sudah lelah dengan pola pikir General Manager mereka satu itu.

"Married by Accident!" ucap keduanya bersamaan. Membuat Hujan memasang wajah masam kemudian tertawa kecil.

"Kompak banget kalian. Masih lusa, kan? Bisa diatur lah." Celios mengangguk, matanya melirik Winda yang juga sedang melirik Celios kemudian keduanya saling mengangguk seperti mengirim kode. Hujan tidak sengaja memperhatikan keduanya kemudian mengernyit. "Kalian ngapain? Ada yang mau ditanyain?"

"Plus One, Jan?" Ucap Celios, mengingat Hujan adalah bujangan di hotel mereka karena hampir semua kepala divisi sudah memiliki pacar atau terdengar pernah punya gandengan. Hanya Hujan saja yang masih belum terdengar memiliki kekasih. "Masa sendirian lagi, Jan"

"Emang biasanya sendirian kan gue?" Ucap Hujan tanpa beban. Lagi pula bukan kewajiban membawa plus one ke suatu acara pernikahan seseorang, kalau masih bisa sendiri kenapa tidak.

HUJAN & KALILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang