Toko roti Kakek Pan sudah berdiri sejak 40 tahun yang lalu, dulu Kakek Pan berjualan roti di toko ini dibantu oleh sang putra, semenjak putra-putranya berkeluarga mereka memilih untuk menjalankan bisnisnya masing-masing atau berkarir di bidang-bidang yang mereka tekuni. Salah satu putra Kakek Pan membuka tempat pembuatan sepatu kulit di pusat kota dan yang lainnya sudah memiliki pekerjaan sendiri. Kakek Pan memang memiliki gagasan untuk tidak tinggal bersama anak atau cucunya, ia ingin menikmati hari tua dengan menjual roti melanjutkan hobi mendiang istrinya yang sudah meninggal sekitar 1 tahun lalu.Hidup sendiri tanpa seorang yang mendampingi kadang membuat Kakek Pan merasa kesepian.
Dua tahun lalu Kalil ingat sekali saat ia pergi sendirian menyusuri taman kota pertama kali menggunakan sepeda pada malam hari, karena masih asing dengan beberapa labirin gang di taman kota yang terlihat mirip-mirip gadis itu akhirnya tersesat dan lagi saat itu hujan tiba-tiba turun deras. Kalil yang tidak tau jalan pulang memilih mencari tempat berteduh dan ia berteduh di depan toko roti milik Kakek Pan.
Kalil saat itu tidak memiliki uang sepeserpun, jadi ia memilih untuk menunggu di luar alih-alih masuk ke dalam. Kalil tidak berbohong aroma roti dari dalam toko roti Kakek Pan tercium dari tempatnya berdiri saat itu, baunya lezat dan hangat membuat siapapun pasti akan tertarik untuk masuk sekadar membeli beberapa potong roti. Di tengah lamunannya menunggu hujan reda, pintu toko roti terbuka dari dalam itu adalah kali pertama Kalil bertemu dengan istri Kakek Pan.
"Ayo masuk, Nak. Kenapa nunggu di luar?" Kalil yang merasa tidak enak saat itu menolak dengan halus, ia merasa malu untuk masuk tapi tidak membeli apa-apa.
"Ayo masuk, di dalam ga ada siapa-siapa. Mau bantu Nenek dan Kakek tidak?"
"Bantu apa, Nek?" Kalil bertanya sopan, ternyata hari itu Kakek Pan membuat menu baru dan Kalil diminta menjadi tester menu tersebut, awalnya Kalil menolak namun akhirnya ia mau setelah Kakek Pan ikut turun tangan membantu membujuknya. Sejak saat itulah Kalil menjadi sering ke toko roti Kakek Pan, kadang saat pulang kerja ia akan menyempatkan diri mampir dan membelikan Lila serta Kakaknya beberapa potong roti. Lila bilang roti buatan Kakek Pan adalah yang paling enak di dunia.
Hujan & Kalil
Pertemuan tak terduga Hujan dan Kalil di toko roti milik Kakek Pan menarik perhatian Kakek Lim, Kakek dari Hujan. Kakek Lim langsung membombardir cucu semata wayangnya itu banyak pertanyaan. Seperti kenapa bisa Hujan mengenal Kalil bahkan sampai tuduhan bahwa Hujan dan Kalil memiliki hubungan percintaan yang sengaja Hujan rahasiakan dari sang Kakek.
"Sudah Lim, sepertinya mereka juga baru ketemu. Kenapa kamu jadi menggebu-gebu begini?" tanya Kakek Pan pada teman lamanya tersebut yang terlihat sangat antusias karena rasa penasaran terhadap Hujan dan Kalil.
"Wah, kamu gak tau aja Pan. Cucuku yang paling berbakat itu mana pernah dia menyapa perempuan duluan. Ini kali pertama Pan. Kaget aku. Pasti mereka berdua ada sesuatu!" Kakek Lim masih tetap dengan nada yang menggebu-gebu.
Sementara Hujan, lelaki yang hari ini menggunakan setelan kemeja hitam dan celana dasar itu hanya menghela nafas mendengar gerutuan Kakeknya. Hujan memilih berjalan menghampiri Kalil dan mengambil duduk di depan gadis itu.
"Ga usah di dengerin. Kamu apa kabar?"
"Eh? Baik Mas, Mas Hujan sendiri?"
Hujan mengangguk dan menggumamkan kata baik. "Saya ga hubungi kamu karena sehari setelah saya ketemu kamu di rumah sakit itu smartphone saya hilang, entah saya lupa naroknya atau jatuh di jalan." Hujan memberikan penjelasan kenapa ia tidak kunjung menghubungi Kalil. Kalil ingat saat Hujan meminta nomor telepon dan alamatnya, Hujan mengetik informasi tersebut pada smartphone mahalnya. Jadi ponsel itu hilang dan membuat Hujan juga kehilangan informasi tentang Kalil.

KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN & KALIL
Fiksi PenggemarHari dimana Hujan berulang tahun adalah hari dimana ia harus menerima musibah bahwa kakeknya mengalami serangan jantung. Siapa sangka keesokan harinya ia bertemu dengan seorang gadis yang mengaku telah menjual jam tangannya secara diam-diam dengan...