Sepanjang Sore hingga malam Kakek Lim terus menggoda Hujan tak habis-habis karena kejadian yang ia lihat dimana Hujan dan Kalil berboncengan mesra. Ya setidaknya itu di perspektif Kakek Lim padahal tidak ada suatu alasan boncengan itu dianggap mesra atau tidak. Mereka hanya berboncengan selayaknya orang berboncengan.
"Kamu kalau mau minta dinikahkan sama Kalil bilang aja, Jan." Ucap Kakek Lim sambil bergurau sesaat setelah Hujan kembali dari mengantar Kalil sampai jalan besar.
"Loh lukisan Hujan kok di sini." Ujar Hujan saat melihat lukisannya sudah terpajang di tembok samping tangga menuju kamar lantai atas. Kakek Lim memutar bola mata jengah, kenapa sih Hujan suka sekali mengalihkan topik pembicaraan.
"Bagus kan? Tadi kata Kalil juga kamu berbakat sekali."
"Hmm, bagus. Sudah ya Kek, Hujan mau istirahat." Kakek Lim mengangguk setengah malas, dia sendiri sudah lelah harus membangun sebuah pembicaraan yang panjang dengan cucunya yang paling berbakat itu, karena tidak akan pernah terjadi. Hujan selalu punya cara untuk mengalihkan topik yang sedang dibahas dan itu lama-lama membuat Kakek Lim jengkel.
Kalil menyukai kegiatannya di rumah Kakek Lim, memasak dan membereskan rumah bukan pekerjaan rumit baginya, seharian ini ia terus memikirkan ajakan Hujan kemarin malam mengenai menjadi plus one lelaki itu ke pesta pernikahan rekan kerjanya. Kalil jelas memiliki banyak pertimbangan untuk menyetujui ajakan itu, lagi pula ia siapa dan ia jelas tidak mengenal rekan-rekan kerja Hujan di kantornya, rasanya tidak nyambung kalau dia tiba-tiba ada di pesta itu.
Opsi yang paling mungkin untuk dipilih Kalil jelas menolak ajakan itu, tapi itu kembali mejadi masalah mengenai bagaimana ia akan menolaknya, apa kalimat yang pas untuk menolak ajakan Hujan. Jika diingat kembali Hujan sangat baik padanya, kalau tidak baik mungkin saat ini Kalil sudah mendekam di jeruji besi karena kasus pencurian. Tapi lihatlah dia sekarang, menghirup udara bebas dan makan makanan sehat setiap hari. Bukankah akan sangat tidak tau diri jika ia menolak ajakan Hujan.
Suara mobil di sore itu menghancurkan lamunan Kalil, gadis itu segera menuju pintu depan ia ingat terakhir kali ia mengunci pintu itu karena Kakek Lim masih tidur di kamarnya sejak pukul 2 siang. Kalil membuka pintu dan di sambut wajah lelah Hujan, hanya sebentar karena sesaat setelah obsidian keduanya bertemu senyum Hujan kembali mengembang.
"Kakek sedang apa?" Kalil mengikuti Hujan dari belakang, menjawab bahwa Kakek Lim masih tidur siang. Kalil kembali ke dapur setelah melihat punggung Hujan berlalu masuk ke kamarnya, membuat Kalil kembali berpikir apakah ia akan menerima saja ajakan Hujan.
"Aku kan gak punya baju yang pantas untuk dipakai ke pesta." Kalil menggeleng, sudah ia putuskan untuk menolak ajakan Hujan. Setelahnya Kalil mengangguk dan berbalik untuk bicara pada Hujan.
"Aaaa!" Hujan ternyata berdiri tepat di belakangnya sehingga saat Kalil berbalik membuat mereka hampir bertabrakan dan hal tersebut tentu saja mengejutkan Kalil.
"Maaf." Ujar Hujan dengan setengah panik karena sudah mengejutkan anak orang, Hujan juga sempat menahan pinggang Kalil saat melihat gadis itu hampir terjengkang ke belakang. Hanya sebentar, langsung ia lepaskan dengan wajah bersalah.
"Maaf Mas Hujan."
"Saya yang ngagetin kamu. Oh ya bisa buatin saya makanan gak? Saya belum makan siang, laper banget, Kalil." Hujan tersenyum manis mengakhiri aduannya, hanya dibalas anggukan Kalil. Gadis itu kembali fokus ke rutinitas masaknya.
"Mas Hujan ada yang diperlukan lagi?" tanya Kalil kepada Hujan karena lelaki itu tak kunjung beranjak dari tempatnya, pertanyaan Kalil membuat Hujan terperanjat dan buru-buru keluar dari dapur menuju meja makan, duduk kaku di sana menunggu hidangannya disiapkan. Semua tingkah itu tidak luput dari penglihatan Kalil membuat gadis itu mengulum senyum.

KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN & KALIL
FanficHari dimana Hujan berulang tahun adalah hari dimana ia harus menerima musibah bahwa kakeknya mengalami serangan jantung. Siapa sangka keesokan harinya ia bertemu dengan seorang gadis yang mengaku telah menjual jam tangannya secara diam-diam dengan...