Kedua mata Blair membulat ketika dia mendengar ucapan pria itu. Untuk beberapa detik, Blair tertegun dan pria itu masih terus memandangnya. Blair segera mengalihkan pandangannya dari pria di hadapannya. Lalu berdeham dengan salah tingkah, ia berusaha untuk setenang mungkin.
Blair mungkin salah mendengar.
"Maaf, apa Anda tersesat? Saya akan mengantarkan Anda kembali ke ballroom—"
Pria itu terkekeh pelan dan menggeleng. Senyuman di bibirnya masih terlukis, menambah ketampanan pria itu menjadi dua kali lipat. Pria itu melangkah mendekati Blair dengan topeng yang berada di tangannya. Tubuhnya lebih tinggi dari Blair. Wajahnya tampan dan ketika pria itu berkata, bahasa Inggrisnya diseret dengan aksen bahasa lain yang kental.
"Meskipun Anda mengenakan topeng, saya dapat mengenali Anda dari kedua mata Anda, Your Highness."
"Terima kasih Anda telah meluangkan waktu untuk datang menemui saya kemari."
Blair mengerjapkan kedua matanya. "Kau..."
Pria itu mengangguk, menyetujui ucapan Blair meskipun Blair belum menyelesaikan apapun.
"Benar." Kekehannya terdengar renyah. "Perkenalkan nama saya Rafael."
"Maafkan saya selama ini saya lancang mengirimkan Anda bunga dan memantau Anda dari Kerajaan Spanyol."
Kedua mata Blair seketika membulat. Ia menunduk hormat sekilas pada pria tampan itu. "Senang berkenalan dengan Anda, Your Highness. Terima kasih atas hadiah yang Anda kirimkan."
Pangeran Rafael kembali terkekeh pelan melihat tingkah laku Blair. Ia meraih pundak Blair agar Blair tidak menunduk kepadanya. "Please, bisakah kita bersikap non formal? Tadinya aku pikir aku bisa membuatmu takut jika bahasaku tidak formal. Namun rupanya ... aku lebih takut jika kita terlalu formal seperti ini."
"...bisakah kita memulai seperti dua orang biasa?"
Kedua pipi Blair merona mendapati tatapan pria itu yang penuh sorot kelembutan. Betapa lucunya dia bahkan merona untuk hal yang sama karena pengaruh kiriman bunga dari Pangeran Rafael dan baitan kata yang ditulis pria itu. Selain itu, Blair merasa malu karena tingkah lakunya yang tidak sopan sama sekali.
"Panggil saja aku Rafael dan aku akan memanggilmu dengan namamu. Jika kau tidak keberatan, Your Highness."
"Tentu saja, tidak apa-apa! Panggil saja dengan namaku." Blair menyelipkan anak rambut ke belakang telinganya, ia melepaskan topeng di wajahnya dan tersenyum kecil. "Namaku Blair—"
"Blair, ya, aku sudah tahu," canda Rafael. "Blair, selamat ulangtahun, semoga semua keinginanmu tercapai. Aku berharap bisa memberikan hadiahnya langsung, tapi kurasa ballroom terlalu dipenuhi orang-orang."
"Terima kasih." Blair berdeham dengan gugup. "Aku tidak keberatan mengenai hadiah. Tidak perlu repot-repot. Kau mengirimkan banyak bunga ... dan kau tahu itu lebih dari cukup."
"Apa kau menyukainya?"
Apa Blair menyukainya?
"Bunganya sangat indah."
Blair hanya mengangguk. Dia menyukainya tentu saja, tapi Blair tidak tahu apakah cara seperti itu—walaupun kedua pipinya kadang memerah—bisa memenangkan hatinya.
"Ah, maaf. Apa kau ingin kembali ke pesta? Acara dansa pasti sudah dimulai," ujar Blair ketika dia mendengar musik mengalun dari ballroom.
"Aku menyukai pestamu tapi seperti yang kubilang di awal—aku ingin memberikanmu sesuatu, tapi aku harus memberikannya tanpa ada orang lain di antara kita."
![](https://img.wattpad.com/cover/318169890-288-k958905.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Chemistry (On Going)
Roman d'amour[Kisah tentang Blair Kataleya] 21+ "Damn, kau tahu kau sangat menggairahkan, Your Highness." Pria itu berbisik di depan bibir Blair, dengan pandangan yang sangat gelap di balik topeng yang dia kenakan. Napas Blair tercekat ketika pria itu kembali me...