Bab 10

621 79 4
                                    

"Blair, dari mana kau mendapatkan berkas itu?"

"Apa Kahlo memaksamu untuk menandatanganinya?" cerca Nessa tidak sabar, "beritahu aku, Your Highness. Kau terpaksa menandatanganinya, kau tidak menginginkan ini bukan, Blair?"

"Apa dia mengancammu? Siapa yang mengancammu untuk memilih Eclat di istana ini?"

"Ibu..."

"Nessa, kau tidak bisa menuduh seperti itu," tegur Theo. "Seseorang bisa mendengarmu."

"Aku akan melaporkannya sekarang, aku tidak peduli apakah dia memiliki kedudukan tinggi, ini konyol—"

"Ini adalah keputusanku," potong Blair, membuat Nessa terdiam seketika.

"Tidak ada yang memaksaku untuk memilih menerima Eclat. Tidak siapapun dari istana ini yang menekan atau mengancamku, aku menandatangani berkas itu atas keinginanku sendiri," jelas Blair.

"Blair, apa kau bahkan mengerti apa yang akan kauhadapi? Pria yang kaupilih kelak akan kau dampingi seumur hidupnya, dan seharusnya dia adalah satu-satunya yang kaucintai," ujar Nessa.

"Kenapa tiba-tiba? Apa yang ingin kaulakukan lagi sekarang Blair?"

Blair hanya terdiam. Kedua matanya menatap lekat pada Ayahnya, Theoden Trevisan, dan Blair merasa bahwa dia memang seharusnya bungkam.

"Katakan sesuatu, Blair," desak Nessa. "Kenapa kau diam saja?"

"Maafkan aku," jawab Blair lirih. "Keputusanku sudah bulat."

Blair dapat merasakan dengan baik tatapan Nessa yang kecewa. Ibunya tidak mempercayai apa yang ia dengar, wanita itu masih ingin mendesak Blair untuk berbicara, tapi Ayahnya menarik Ibunya keluar.

"Ibumu benar," celetuk Ayahnya ketika Ibunya sudah pergi. "Ini adalah keputusan yang besar, Blair. Eclat bukan hanya untuk menyatukan kehidupanmu dengan seseorang, menjalaninya di sisa hidupmu dengan sosok yang sama, tapi juga akan menyatukan dua Kerajaan dan dua pihak dengan isi kepala yang berbeda."

"Aku tidak akan berbohong kepadamu bahwa aku tidak marah. Aku sangat terkejut, sama seperti Ibumu aku juga kecewa, Blair."

"Selama ini kami sebagai orangtua berusaha menyembunyikan Eclat—bahkan Ibumu yang memperjuangkan agar perjodohan lama itu dilupakan—karena dia ingin melindungimu. Kami ingin kau memiliki pilihan sendiri, bukan diatur oleh Kerajaan. Tapi kau tiba-tiba membuat keputusan sepihak disaat kita seharusnya kembali ke Belgia dan membuatmu merasa aman," ujar Theoden panjang lebar.

"Blair, ketika kau menerima pernikahan dari salah satu dari ketiga calon Raja di Spanyol, secara otomatis kau dinyatakan mundur untuk menjadi Ratu di Belgia. Apa kau tahu resiko seperti ini?"

Blair membalas tatapan Ayahnya dan mengangguk. Kilat mata Theoden tampak terkejut, tapi meredup dalam seperkian detik.

"Kenapa? Apa kau merasa takut? Aku akan berada di sisimu jika Hakim Agung menekanmu nanti—"

"Aku tidak pernah ingin menjadi Ratu," jawab Blair. "Sejak awal, aku tidak pernah menginginkan posisi ini. Dan Ayah, tolong berhenti bekerja keras sendiri. Semua yang terjadi berawal dari masalahku, biarkan aku menyelesaikannya sekarang."

"Apa yang kaupikir dapat kaulakukan dengan perjodohan Blair? Kau tidak mengerti. Masalah ini bisa kuselesaikan nanti—"

"Kumohon, berhenti terlalu keras pada dirimu sendiri, Ayah. Berhenti membohongi dirimu sendiri bahwa kau mampu dan berhenti melindungiku karena kesalahan yang kuperbuat."

"Parlemen sedang mendesakmu untuk turun takhta, dan banyak tuduhan lain yang ditujukan padamu juga padaku—karena kejadian di kelab malam itu—posisi takhtamu terancam. Dengan Eclat, aku bisa meminta perlindungan dari Kerajaan Spanyol, aku juga bisa membuat alasan di hadapan Hakim Agung dan membantumu agar tidak turun takhta—"

Ucapan Blair terhenti ketika tiba-tiba pintu diketuk cukup nyaring. Aria melangkah masuk dan menundukkan kepalanya hormat pada Blair dan Ayahnya.

"Your Majesty, Your Highness, maaf saya menyela." Tatapan Aria tertuju pada Blair, "Your Highness, sudah waktunya dokter memeriksa kondisi Anda."

"Sebentar," bisik Blair, "sebentar," perintahnya membuat Aria undur diri dan kembali menutup pintu.

"Terima kasih karena kau tidak menjelaskan apapun di hadapan, Ibumu," ujar Ayahnya, menyadari bahwa Blair menahan diri dengan baik. "Tapi Blair, kebohongan untuk membela diri atas kesalahan yang diperbuat tidak selalu membantu, meskipun hal itu ditujukan untuk kebaikan banyak orang."

"Beritahu aku sebelum nanti malam jika kau berubah pikiran."

Blair terdiam, Theoden melangkah melewatinya setelah mengusap pundaknya sekilas.

"Kau bisa membiarkan mereka masuk untuk memeriksa Her Highness, Aria."

Saat Aria melangkah masuk dengan dua perawat di sisinya, Blair pikir setelah itu ia akan melihat senyuman dokter Taliyah. Tapi lima menit menunggu, bukan dokter Taliyah yang melangkah masuk.

"Apa yang kaulakukan di sini—"

"Tinggalkan kami berdua," perintah Alvaro.

Blair membuka bibirnya untuk menyela, tapi mereka telah memberikan ruang bagi pria menyebalkan itu untuk memeriksanya.

Blair mendengus, "aku ingin Dokter Taliyah yang datang, bukan kau—"

"Dokter Taliyah memiliki jadwal di luar sana."

"Kalau begitu, aku akan mendapatkan dokter lain di istana ini."

"Pengumumanmu pagi ini benar-benar kejutan yang luar biasa," sindir Alvaro, tidak berniat untuk keluar dari ruangan itu sama sekali.

Blair menjauhkan diri dengan gugup, menatap Alvaro tajam dengan harapan pria itu sadar bahwa dia merasa kesal, alih-alih membuat Alvaro menyadari dirinya yang salah tingkah.

"Aku tidak menginginkan takhta," Alvaro mengerutkan kening. "Eclat juga hanya membuang waktu—asal kau tahu. Apa kau ingin balas dendam kepadaku?"

"Tampaknya kau masih berpikir bahwa aku memang melakukan publikasi itu dengan sengaja—"

"You're not interesting," potong Blair mengelak.

Apa yang baru saja kaukatakan Blair?

Blair segera melanjutkan, "aku memilih cara terbaik untuk bersikap adil. Lagipula, aku tidak akan menerima pernikahan permainan yang didasari dengan penuh pemaksaan seperti itu."

"Aku tidak memaksamu, aku menawarkan opsi terbaik. Apa bedanya memilih Eclat?"

Blair sadar Eclat lebih rumit; membutuhkan waktu dan tenaga. Tapi tawaran Alvaro yang terang-terangan dan menyebalkan benar-benar membuatnya merasa terhina. Apa pria itu pikir dia adalah wanita murahan?

"Apa kau tidak sadar dengan tingkah lakumu yang sembrono ketika menyelinap ke kamarku?" desis Blair kesal.

Alvaro tersenyum tipis. Pria itu tiba-tiba mendekat dan meraih pergelangan tangan Blair. Tatapan matanya yang setajam elang—bersitatap dengan kedua mata Blair—seiring pria itu mendorong Blair untuk duduk di pinggiran ranjang.

"Duduk, Your Highness. Apa kau begitu gugup hanya karena tunanganmu yang akan memeriksamu?"

Tunangan? Apa pria itu menyetujui eclatnya?

"Selamat datang di permainan yang sesungguhnya, Putri Blair. Mulai hari ini, aku akan mengejarmu dan mendapatkan hatimu, bersiaplah untuk itu."

TBC

Perfect Chemistry (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang