Bab 6

1.4K 289 43
                                    

A/N : Cerita ini masih berlanjut di Wattpad. Untuk versi Ebook telah tersedia di Google Play, cari judul : Perfect Chemistry/ Tilly D. Pemesanan versi PDF Perfect Chemistry WA : 082124089124

Versi Karya Karsa per bab Perfect Chemistry cari : @iamtillyd

Judul baru yang juga tersedia di Google Play :
1. When We Kiss
2. Under His Control

***

Dia tidak bisa bernapas, semuanya gelap.

Kedua kaki Blair bergerak di dalam air. Tangannya mengudara, berusaha untuk menggapai apapun yang mampu dia gapai. Namun, Blair tidak menemukan apapun. Semakin dia bergerak, tubuhnya justru kian ditelan oleh pusaran air danau.

Semua yang ada di depan mata Blair hanyalah air yang berwarna biru. Lalu digantikan oleh warna biru pekat kala tubuhnya kian tertarik ke bawah. Berulang kali Blair berusaha, pada akhirnya seluruh tubuhnya menyerah oleh rasa sakit dan perih di lengan. Blair tenggelam dengan air yang terus memasukki hidung dan mulut.

Apa dia akan mati?

Felicity dan Rhysand selalu mengatakan bahwa Blair payah. Ya, dia sadar dia memang sangat payah. Dibandingkan kedua adiknya, ia satu-satunya yang tidak bisa berenang sama sekali. Bahkan untuk menahan napas di dalam air, Blair tidak mampu untuk melakukannya lebih dari tigapuluh detik.

Dia payah, Rhysand benar.

Kedua mata Blair terpejam rapat. Dia menghitung dalam hati; membiarkan rasa takut menguasainya hingga ia benar-benar menyerah. Tapi tiba-tiba seseorang menariknya dengan kuat ke permukaan.

Tapi tetap sulit baginya untuk membuka mata.

"Blair?!"

"Blair? Apa kau mendengarku?"

Dadanya ditekan, Blair berusaha menarik napas, namun tetap terasa sesak.

"Blair, stay with me. I'm here. Blair, i'm here."

"Bernapaslah, Blair," suara itu kembali terdengar di antara kesadarannya. Blair kembali merasakan tekanan, kemudian bibir pria itu menempel di atas bibirnya dan Blair merasakan udara mengalir.

Blair terbatuk-batuk. Ia memuntahkan seluruh air yang semula memenuhi tenggorokannya. Pandangan Blair terasa berputar ketika ia membuka mata lebih lebar. Langit yang benderang, Alvaro yang menatapnya dengan panik kemudian orang-orang berpakaian pelayan dan paramedis wanita mendekat perlahan.

"Your Highness, dokter istana saat ini sedang berada di luar—"

"Oksigen," potong Alvaro tajam.

"Your Highness—"

"Apa kau mendengarku?! Siapkan selang oksigen sialan!"

Jari jemari Alvaro mengusap pipi Blair. Blair membalas tatapan pria itu dengan sayu. Perlahan ia nyaris kembali kehilangan kesadarannya, tapi jemari Alvaro menggenggam jemarinya erat.

"Jangan memejamkan matamu," ujar Alvaro. "Tetaplah terbangun okay?"

"Saya akan membawa ranjang kemari untuk membawa Yang Mulia Putri—"

"Aku bisa melakukannya dengan tanganku, kalian terlalu lambat dan bodoh."

Tubuh Blair mengudara. Alvaro menggendongnya menyusuri lorong istana. Samar-samar Blair mendengar suara teriakkan dan makian Alvaro yang panik. Langkah kaki di belakang mereka yang pelan mendadak kian cepat dan nyaring.

"Tapi pakaian Anda basah, Yang Mulia. Kesehatan Anda—"

"Aku tidak mengalami luka apapun, pakaianku hanya basah. Apa kalian buta?!"

Perfect Chemistry (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang