Bab 14

292 34 2
                                    

A/N : Readers! Untuk PDF Perfect Chemistry sudah ready versi full (Prolog + epilog + 6 bab side story), total halaman 1.030, pemesanan  dilakukan ke WA : ‪+62 858‑6347‑4083‬

Selain itu, pembelian bab terpisah bisa dilakukan dukungan di Karya Karsa @iamtillyd.

***

Blair nyaris menghembuskan napas lega ketika mendengar panggilan mendadak untuk Alvaro. Pria itu pergi meninggalkannya. Melihat waktu yang terus bergulir seperti roda berputar, harapan untuk berkencan dengannya mungkin akan dianggap gugur. Dengan begitu, Blair merasa lega bahwa ia dapat menghindari Alvaro.

Namun, pukul tiga sore, Alvaro tiba-tiba datang menjemputnya. Seluruh ekspektasi Blair buyar; mau tidak mau ia harus menepati pemaksaan berkedok kencan itu. Duduk bersisian dengan Alvaro membuatnya merasa sesak, kesal sekaligus penuh adrenalin. Sejak memasuki mobil jantungnya tetap berdetak kencang. Walaupun demikian, Blair tidak bosan memasang wajah cemberut dan kesal, semata-mata ingin membuat pria itu sadar bahwa dia tidak menyukai hari ini.

Blair sangat membenci pria itu, ya dia sangat membenci Alvaro. Jantungnya berdebar kencang karena dia dilanda emosi, bukan masih merasakan gugup atau salah tingkah karena Alvaro menggodanya beberapa jam lalu—dalam hati Blair terus menanam kekesalan itu.

Tapi setelah selama lima belas menit perjalanan dalam keheningan bersama Alvaro berlalu, raut wajah Blair secara refleks mencair, perhatiannya ditarik pada pemandangan indah Oase di sepanjang jalan setelah melewati sebuah gerbang.

Rasa ingin tahunya membuat Blair melirik ke luar kaca mobil dengan berbinar.

"Kau bisa tersenyum jika kau ingin melakukannya, Bee," sindir Alvaro membuat Blair seketika kembali merubah raut wajahnya.

"Jika kau cemberut terus menerus seperti itu, orang lain mungkin akan berpikir bahwa kau marah padaku," tambah Alvaro lagi.

"Apa aku bisa berbohong?" balas Blair dengan suara datar, sengaja agar Alvaro terusik.

Tapi seperti biasa, Alvaro justru membalas Blair begitu santai.

"Well, tidak. Tentu saja tidak, tetaplah cemberut jika kau mau."

"Persepsi mereka tidak akan jauh karena kau kesal, aku memiliki kesibukan lain sehingga waktu kencan kita menjadi sedikit—aku juga bisa memakluminya," ujar Alvaro.

"Tidakkah kau tahu? Semakin sedikit waktunya, aku semakin menyukainya," balas Blair dengan rasa jengkel yang kian menumpuk.

Alvaro tampak tidak tersinggung dan terkekeh pelan. "Besok, aku akan memastikan bahwa waktu kita akan full—kita akan menghabiskan waktu bersama lebih banyak lagi."

"Aku tidak berpikir demikian."

Perdebatan di antara mereka seperti dihembuskan angin ketika perhatian Blair sepenuhnya teralihkan. Mobil yang dikendarai Alvaro benar-benar berhenti, tepat di sisi Oase dan bukan itu yang membuat Blair tidak lagi tertuju pada Alvaro. Bukan Oase dan pepohonan hijau di sepanjang jalan sebelumnya memanjakan mata. Tapi sebuah bangunan besar di mana keseluruhan dinding bahkan atapnya terbuat dari kaca.

Blair terkesiap merasakan jemari Alvaro menggenggam jemarinya lembut. Pria itu menuntunnya untuk berjalan beriringan—karena seorang pria berpakaian pelayan telah mendekat pada mereka—Blair tidak sempat berpikir untuk melepaskan diri.

"Yang Mulia Pangeran Alvaro, selamat datang di Palacio de Cristal, bagaimana kabar Anda? Sudah lama sekali sejak terakhir kali Anda datang kemari," sambut pelayan yang tampak berumur itu dengan hangat.

"Esteno," balas Alvaro. "Aku menghadapi banyak pasien, seperti biasa. Bagaimana denganmu?"

Esteno tersenyum. Tatapan pria yang disebut Esteno itu beralih pada Blair, dan dia menunduk hormat.

Perfect Chemistry (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang