Eps. 9

325 48 3
                                    

Janitra pasrah saja saat sang kakak pulang ke rumah dan mengomelinya habis-habisan. Pemuda itu hanya bisa menunduk diam, Saka memang tahu adiknya merokok kemarin, tapi itu juga hanya setengah batang. Karena belum sempat habis, Saka segera merebut dan membuangnya sekaligus dengan sebungkus yang masih penuh.

Janitra itu pernah punya masalah dengan paru-paru nya. Saka menentang keras adik pertamanya itu untuk kembali mengkonsumsi si lintingan beracun.

"Kamu kok ya batu banget sih dek dibilangin? Gak denger kemarin mas ngomong apa?! Kamu pulang aja deh sana ke Jakarta kalo gak bisa mas bilangin. Udah bosen sehat kamu ya, Janitra?!" Saka jarang marah, dan jika sudah dipancing begitu, dia tidak akan keberatan untuk menjadi kejam.

Jonathan disebelahnya hanya bisa menenangkan dengan mengelusi punggung Saka yang tegang sejak mendapati postingan yang lebih muda di sosial medianya. Sang ibu pun hanya bisa menghela nafas berkali-kali, dia bahkan tidak tahu kalau Janitra berani merokok lagi.

Tarakan dan Janu mengintip dari balik tembok pembatas ruang tengah dah ruang tamu dimana Saka tengah menghakimi Janitra.

"Duh, gimana nih, Nu? Aku gak enak sama Tirta. Kalo tau mas Saka bakal marah banget. Aku bakal larang dia buat ngerokok tadi." Tarakan berbisik pada si bungsu Kusuma.

"Biarin aja, bukan salah mas Raka kok. Memang mas Tirta nya aja batu." Janu menyahuti dengan pandangan yang masih mengintip takut-takut. Dia tahu betapa mengerikannya sang kakak tertua jika sudah marah.


"Sayang, udah, udah. Tenangin diri kamu. Bentar lagi orang tua ku sampe loh, masa mood kamu jadi jelek gini, hm? Udah ya? Gak papa. Tirta pasti gak akan gitu lagi. Iyakan, Tirta?" Jonathan tersenyum, menatap pada yang lebih muda, dengan kalimat yang sedikit ditekankan.

Janitra meneguk saliva nya susah payah, kemudian mengangguk kikuk. "I-iya, mas Saka. Tirta janji gak ngerokok lagi. Tadi yang terakhir, udah ya, mas jangan marah-marah."

"Mas Saka, ke kamar dulu ya mas. Istirahat, habis itu makan siang bareng. Jo, ajak Saka ke kamar ya, nak?" Pinta sang ibu lembut.

Jonathan mengangguk, "iya, mi. Kami istirahat dulu ya, mi? Ayok, sayang." Jonathan bangkit, menggenggam dan menarik tangan kekasihnya untuk ikut. Saka tak menolak meski masih terlihat belum puas mengomeli adiknya.

"Tirta, kamu kenapa sih, sayang? Kenapa ngerokok lagi? Kamu kan tau mas Saka khawatir banget sama kesehatan kamu. Kita semua sayang sama Tirta, gak mau Tirta sakit lagi." Donna mulai bicara pada anak tengahnya.

Janitra menunduk, "iya, mi. Maafin Tirta."

"Hati Tirta lagi gak enak, tah? Cerita sama mami dong kalo ada apa-apa. Atau sama Raka, jangan di lampiasin ke Rokok. Ya, mas ya?" Donna menekankan tiap kata.

Janitra mengangguk, "iya, mi. Enggak lagi. Tirta gak kenapa-kenapa. Cuma memang lagi kangen aja dari kemarin, jadi iseng beli rokok."

Sang ibu menghela nafasnya, tak lagi ingin mendesak, jika memang hanya itu alasannya.

-

-

-



Sore hari, keluarga Jonathan sudah sampai di Las Vegas. Bertemu dengan calon besan, bercengkrama. Mereka terlihat cocok meski sedikit kesulitan berkomunikasi, beruntung Jonathan dan Saka membantu dengan baik.

Ayah, ibu dan adik Jonathan memilih untuk tinggal di hotel yang lebih dekat dengan lokasi pelaksanaan pesta pernikahan Jonathan dan Saka besok hari. Malam ini pun Jonathan ikut pergi bersama keluarganya. Mereka masing-masing harus bersiap, mereka akan kembali bertemu di altar besok pagi.

Tradisi [Yoonmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang