#14

416 32 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


3 hari lewat setelah gue nolongin Yayan, kini dia lagi digembleng banget sama abangnya diajarin bela diri gitu. Setelah kejadian itu, Jevan sempat hampir melakukan pencarian Yayan pakai bantuan polisi. Tapi batal pas Yayan berjalan dengan polosnya sampai ke rumahnya. Gue sempat ngira, abangnya bakal marah-marah sama Yayan. Tapi ... dia langsung peluk Yayan dengan erat, dia marah... tapi, nggak ngamuk-ngamuk yang gimana gitu. Dari dalam mobil waktu itu gue lihat, Jevan sayang banget sama Yayan. Bahkan mamanya aja juga nangis-nangis pas Yayan balik itu.

Kalo inget kejadian itu, gue jadi pengen nangis. Hati gue sih sedih, karena Yayan masih punya keluarganya yang nungguin dia di rumah. Seberapa kayanya keluarga Yayan itu, keluarga seakan nomor 1 bagi mereka. Hilang satu, rasanya bencana alam yang buat mereka panik setengah mati. Beda dengan gue, bahkan nyokap gue sendiri aja nggak pernah nyariin gue. Gue sendiri udah putus asa cari dimana keberadaan nyokap gue. Kakek dan nenek gue udah pada meninggal, entah dari pihak mama atau papa. Saudara-saudara gue pun, gue nggak deket. Gue inget setelah nolongin Yayan itu, di rumah gue nangis-nangis di kamar. Gue bener-bener kehilangan banyak sosok penting di hidup gue. Nggak lain dan nggak bukan, yaitu keluarga gue sendiri.

Siang itu, gue di meja luar kafe kampus. Gue sibuk ngegambar buat klien. Hari itu ada orderan bikin gambar buat orang tuanya si klien. Gue ikutin bentuk wajah lewat foto yang dikasih klien gue itu. Sampai nggak lama, Wina pun datang sambil ngomel-ngomel nggak jelas. Dia pun duduk di kursi sebelah gue. Dengan hp nya ditangan, dia ngedumel.

"Lo kenapa marah-marah sih?." Kata gue sambil mengarsir gambar.

"Gue lagi sebel banget, Ken!." Wina ketus.

"Julian?." Tebak gue.

"Bukan, eh itu juga sih. Tapi bukan soal dia."

"Terus?."

"Ini, tadi pagi kan gue lagi meeting sama sodara-sodara gue di HEMA. Buat meeting nikahannya bang Jevan. Tahun ini dia mau married, nah pas lagi seru ngobrol. Tiba-tiba ada orang gitu, gue nggak kenal siapa. Dia negur gue di depan sodara-sodara gue yang lain."

Till I Get You: Friendly Fire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang