Bagian 26

700 63 1
                                    

Warning:
Plot hole, typo.

***

"What do you mean?"

"Meet her, your ex girlfriend to make sure the feeling you have for Alex is love," Kata Grace tegas kepada Gio yang sekarang adalah pasiennya.

"That's so much effort. I have to fly to Papua just to meet her? Oh, come on! I'm not wasting my time," komentar Gio tidak suka akan saran yang diberikan oleh Grace. Menurutnya bertemu dengan Kezia tidak akan menyelesaikan apapun. Mereka sudah selesai dan tidak ada yang perlu dipastikan dari wanita itu.

"Sure. Then, you still love her apparently."

Skakmat.

Did he? Mungkinkah memang masih ada yang tersisa dari pria itu untuk Kezia?

"You probably want to ask why I suggest you to do that. You and your ex-girlfriend are not finished yet." Sebelum Gio sempat memotong dan membantah perkataannya, Grace melanjutkan, "Not your relationship but your feelings. Seperti yang lo ceritain, kalian putus dengan nggak baik-baik dalam artian kalian tidak bertemu dan berbicara di satu tempat yang sama. Hanya dari telepon, right?"

Gio mengangguk dan tidak menyanggah satupun perkataan wanita itu.

"Jadi lo harus pastikan apa yang lo rasakan ke Alex saat ini memang cinta seperti yang lo bilang atau hanya rasa kesepian karena adanya absence dari Kezia sebagai pasangan lo selama beberapa tahun belakangan ini."

"..."

Alex beberapa kali mengatakan hal yang sama kepada dirinya. Apakah benar apa yang dirasakannya itu adalah sebuah cinta atau memang rasa kesepian dari putus dari Kezia yang tidak baik-baik dan terjadi sangat cepat?

"I know, it's so much effort to meet her. But in my eyes, the way I see it, if what you said is really true that you love Alex then that is not so much. Because it is Alex."

Gio menatap tidak mengerti kenapa wanita itu harus memintanya melakukan hal ini.

"Selain itu... You know what, you also have to forgive yourself, Gio. It was not your fault that she was cheating on you and you should not hold that responsibility alone. We know the past is in the past, but you can not move on if you were still in the past."

But Grace knows what she's doing. It is not about Alex or anyone, it is about Gevariel Giovanni who never forgives himself because of Kezia.

Forgiving doesn't mean you let them hurt you again. Forgiving doesn't mean you have failed to protect yourself, instead it means you forgive yourself from expecting so much from other people.

You forgive...
for your own good.

***

Alex
2 months later

Di mata Chelly dan Grace, Alex adalah sosok perempuan paling ideal. Bukan hanya parasnya, tapi pemikiran dan kepribadiannya. Kalau seandainya keduanya tidak memiliki alat kelamin seperti wanita itu, mereka sudah bisa memastikan dirinya akan mengantri paling depan untuk memiliki wanita itu. Sayangnya, everything in life doesn't go as planned.

Well, apa sih di dunia ini yang berjalan sesuai rencana?

Sampai akhirnya kejadian 2 bulan yang lalu membuat mereka menyadari...

No one is perfect. Bahkan sesempurna apapun seseorang keliatannya, selalu ada luka dibalik itu. Alex mungkin bisa menipu mereka selama ini, tapi luka yang belum sembuh akan selalu kambuh –dan menjadi lebih parah karena tidak pernah diobati.

"Hi, how was your day?" Grace menyapa Alex yang sedang duduk dengan di meja makan wanita itu dengan laptop dihadapannya. Grace bisa menebak apa yang wanita itu sedang lakukan –menulis.

Wanita itu telah memutuskan resign dari tempatnya bekerja di Bandung dan memilih untuk fokus menulis. Kali ini bukan hanya menulis soal dunia, tapi menulis tentang kopi dan entah bagaimana mulai menulis novel.

"Gewwwwd. How was yours?" Alex menyambut Grace. Sudah pasti karena ia memilih numpang di apartemen wanita itu. Telinganya tidak sanggup mendengar ocehan oma di rumah, apalagi kesepian di unit miliknya sendiri.

"Pretty fun, cause my most handsome patient visited me today." Grace tersenyum geli nan misterius ketika mengatakannya. Memaksa Alex untuk bertanya pasien mana lagi yang wanita itu maksud.

"Who?"

"Your man," jawab Grace menggoda Alex. Lihat saja ekspresi wajahnya saat ini, sangat menyebalkan bagi wanita itu. Namun Alex tidak mengindahkan godaannya dan balik bertanya mengenai kondisi pria itu, "Is he getting better?"

"You should ask him yourself, Lex."

"..."

Grace tersenyum memaklumi wanita itu. "He will get better, and you'll too."

Dalam hubungan Gio dan Alex, Grace yang paling tahu apa yang terjadi dari sisi keduanya. Soal Alex, wanita itu tidak ingin lagi bertemu Gio. Karena ia tahu bahwa apa yang Gio inginkan tidak akan pernah bisa Alex berikan. Akan sangat jahat buat Gio, jika hubungan mereka dekat. Cause wanting was never enough.

Hal yang sama terjadi pada Gio. Pria itu tidak ingin menjadi jahat pada Alex. Setelah menemui Kezia di Papua, pria itu menyadari bahwa sesuatu yang ia rasakan ke Alex sebagian besar adalah kesepian. Terbiasa dengan kehadiran, Kezia, wanita disampingnya selama ini meninggalkan ruang kosong cukup besar yang harus segera diisi untuk membuatnya baik-baik saja.

Dan benar apa yang dikatakan Alex... Gio sampai tidak punya muka lagi untuk menemui wanita itu.

Grace hanya berharap yang terbaik untuk keduanya. Terbaik untuk Alex dan begitupun untuk Gio. Walaupun mungkin akan berakhir dengan tidak bersama...



JAKARTA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang