Bagian 29

867 70 6
                                    

Warning:
Grammatical errors, plot hole, typos.

Thanks for reading!

***

Alexandra Clarissa

Impulsivitas macam ini, Alexandra Clarissa?

Gue nggak tahu apakah ini keputusan yang benar. Tapi yang pasti gue nggak ingin menyesal.

Apapun yang terjadi diantara gue dan Gio harus diselesaikan sekarang.

Entah apa yang dilakukan semesta, dari sekian besar wilayah Indonesia dan dunia ini, sangat kebetulan mereka bertemu di Bali. Yang bahkan wilayahnya juga sangat besar. Gue yakin ini sebuah kebetulan. Karena gue tahu sebocor apapun mulut Timothy, suami sahabat gue itu bukan tipe orang yang ngurusin hidup orang lain.

Bukan pria itu, dan tidak ada orang yang membocorkan keberadaan gue di Bali kepada Gio. Lalu, kenapa kami bisa bertemu kalau bukan si semesta sialan ini yang melakukannya?

Di umur gue yang nggak mudah lagi, gue selalu percaya sama sebuah quote yang bilang, "If it meant for you, it will be."

He keeps coming back effortlessly.

I just don't have any idea, disaat gue nggak mau lagi sama pria yang sejak tadi diam di samping gue ini, semakin nekat pun semesta mempertemukan kami.

"Where are we going?" Pasti pria ini akan bertanya.

Gue baru saja melakukan aksi penculikan. Iya benar, seorang Alexandra Clarissa secara terang-terangan menculik Gevariel Giovanni dan membawanya ke Villa pribadinya.

"My villa," balas gue sambil melepaskan seat belt dan bersiap-siap turun dari mobil itu. Sementara Gio masih mematung di kursi penumpang. Gue bisa tekerjutannya.

Yah, siapa yang nggak bakalan terkejut sih kalau diposisi ini?

***

Gevariel Giovanni

Alex membawa gue ke Villa milik wanita itu. Kalian tidak salah baca. Benar ke Villa milik wanita itu dan saat ini ia sedang sibuk membuat sesuatu di pantry.

Sejak tadi, wanita itu belum membicarakan apapun selain menyuruh gue untuk masuk, duduk dengan tenang, dan diam –jangan mengganggu kesibukannya memasak.

Wow, gue serasa melihat wisata masa depan melihatnya. Terasa sangat menyenangkan melihat seseorang yang lo sayangin memasak buat lo. Cocok banget jadi istri dan ibu dari anak-anak gue.

Gue tersenyum geli atas pemikiran absurd gue tadi. Udah syukur dia nggak ngehindarin gue, ini malah mikir aneh-aneh.

"Are you okay with something cheesy?"

Dia tiba-tiba berbalik dengan tatapan perhatian. Sial, gue nggak siap ditatap seperti itu. Seperti orang bodoh, gue sempat nge-freeze sampai Alex harus bertanya kedua kali, "Aku bakal masukin banyak keju, are you okay?"

"Uhm," gue mengangguk, "I'm okay with anything." Dia mengangguk-angguk dan mengubah posisinya kembali membelakangi gue.

Wait... what did she say? "Aku?"

Ingin rasanya gue mastiin, biar nggak penasaran. Tapi sekarang bukan waktunya. Don't rush man, don't rush. Good things take time.

Ngomong-ngomong soal keju, bukan rahasia kalau Alex sangat menyukai semua hal yang berbau keju dan masakan yang memiliki rasa asam. Level kesukaannya pada kedua hal itu melebihi orang normal pada umumnya.

"I thought we were going to talk," gue nggak tahan lagi untuk menanyakan ini.

"..."

Hening. Hanya terdengar suara hasil dari pertemuan minyak dan makanan yang dimasak oleh Alex. Sampai wanita itu selesai, lalu mematikan kompor yang tadinya ia gunakan.

"Yes, but we must eat first. Then, we are going to talk," jawabnya sudah menatap gue dan belum sempat gue menjawabnya, dia sudah bergerak mencari sesuatu di kitchen set bagian atas.

It's too high. She will not reach it and she will not ask for help. Gue terlalu mengenal wanita ini.

"Need help?" Akhirnya gue bersuara untuk membantu.

"Do you mind?"

"Just say it."

"Yes, please," katanya yang mengizinkan gue membantunya. Mudah kan, Cas? Kenapa nggak dari tadi?

Gue langsung berdiri meninggal tempat duduk dan membantunya mengambil beberapa barang yang diperlukan Alex.

"2 piring aja, ada disebelah kiri."

"Yang ini?" Gue bertanya memperlihatkan 2 piring yang ada di genggaman untuk meyakinkan bahwa 2 piring ini yang dia maksud. "Yes, thank you." Alex sudah memegang bagian ujung piring-piring itu untuk memindahkannya dari tangan gue ke miliknya.

Kalau diingat-ingat ini pertama kalinya kami sedekat ini, terakhir kali di apartemen miliknya. Saat masih di Bandung. Setelah itu... you know what happened...

Gosh, she should know how desperate I am to meet her. She should know how beautiful she is... How I regret the time I took her for granted... How I would be on my knees if she asked me to...

Katakan gue lebay, karena memang sesuatu 'itu' terasa selebay ini.

Sekarang gue mengerti kenapa cinta itu buta dan kadang-kadang bikin lo jadi tolol.

Alex menatap gue dengan tatapan bingung khas miliknya, "G?"

Gue balik menatapnya bingung. "Why?" Alex tertawa geli. Alis gue semakin menukik satu sama lain karena semakin bingung.

"Your hand."

Buset! Ternyata tangan gue masih memegang erat piring-piring itu.
"Eh, sorry-sorry."

Alex tersenyum, sangat sangat cantik di mata gue, "It's okay. Thanks ya."

Sialan, bucin banget lo, Giovanni! But I can't help.

Alexandra Clarissa

"Kamu udah berapa lama disini?"

Jujur gue cukup terkejut karena Gio masih berdiri nggak jauh dari gue. Masih diposisinya terakhir kali saat membantu gue tadi. Dia bersandar pada pantry.

Kapan ya terakhir kali kami sedekat ini? Sepertinya saat di Bandung...

"Belum lama," gue menjawabnya dan menatap pria itu sekilas, lalu kembali fokus untuk menyiapkan makanan untuk kami.

"Since you're running away from me?"

Gue bisa mendengar nada frustrasi dari pertanyaannya. As expected he asks about it.

Badan gue berbalik dan menatapnya dimana dia sudah menyambut dengan tatapan yang sulit gue jelaskan.

"Later, ok? Setelah ini. I thought you were agree."

Seingat gue, tadi dia sudah setuju untuk berbicara mengenai hal ini setelah makan.

"I think I can't wait," katanya dan berjalan mendekat.

Dia sudah berdiri di depan gue.

"I'm sorry, I can't wait," katanya lagi dan meminta maaf. Buat apa?

Detik berikutnya kebingungan gue terjawab. Kedua tangannya sudah menyentuh tubuh gue, satu di pipi dan satu lagi di pinggang untuk menarik diri gue mendekat padanya.

Dan bibir kami telah bertemu.

JAKARTA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang