Bagian 9

1.2K 119 5
                                    

Gevariel

"To be honest, Gevariel Giovanni, I'm a newbie here. Gue bahkan lebih sering ke Jakarta daripada main di sekitar Bandung."

Oh iya ya, gue tertawa karena kebodohan gue sendiri dan Alex keliatan badmood. Benar-benar hidup lo, Gevariel.

"Sorry, Cas."

"Let me google what's around. Any specific request?" Harus banyak-banyak bersyukur gue sama hidup, terutama berteman sama Alex yang sabar banget sama gue.

"Apa aja yang pasti kopi. Lo gimana?" Gue bertanya balik.

"Sama. Mau ke coffee shop punya temen gue nggak? Tapi lumayan jauh sih, di dekat Padalarang." Kata Alex sambil meringis. Padalarang, salah satu daerah di Jawa Barat yang memang cukup jauh kalau dari kota Bandung.

"Santai aja. Kan naik mobil juga dan gue yang nyetir." Gue nyengir ke arahnya dan Alex tertawa.

Funfact about Alex, dia sangat benci menyetir mobil dan lebih suka berkendara dengan sepeda motor. Gue juga baru menyadari setelah memperhatikan beberapa kali dia bolak-balik Bandung-Jakarta naik Kereta atau Travel. Ketika gue bertanya, itu jawabannya.

"Thanks. Dari sini keluar lurus aja ke arah Cimahi. Nanti gue arahin. Tenang aja gue salah satu dari sekian banyak cewe yang bisa baca maps kok."

"Wow, that sounds impressive, lho." Gue menggodanya. Kami lalu tertawa karena jokes ini. Ini bercanda aja ya, wanita-wanita jangan pada baper. Semua wanita bisa baca maps kok jaman sekarang, yang nggak bisa mereka baca hanya intensi pria brengsek.

Jadi, gue sebagai sebagian kecil dari populasi pria baik-baik mohon maaf ya kepada semua wanta baik-baik bahwa di populasi kami banyak yang brengsek. Okay, gue udah mulai ngelantur jauh entah kemana.

***

"Btw, ini temen lo darimana, Cas?"

Dari sudut mata, gue bisa melihat dia sedang mengetik sesuatu di handphonenya. Mungkin memberi kabar ke temannya bahwa kami menuju kesana.

"Hm? Temen gue traveling bareng."

"You are so into it ya. Masih sama kayak dulu."  Gue tahu Alex sangat menyukai traveling. Dari SMA dia memang suka traveling, bersama kakak dan kedua orang tuanya. "So, what's your next destination then?"

"Well, you live only once, G. For the next destination, not sure sih apalagi post-pandemic kayak gini though it seems like everything's getting better. Gue ada rencana ke Phnom Penh by next month tapi belum tahu dapet cuti atau engga. Plus, utang nulis gue masih banyak."

"Oh, masih nulis? Gila, keren banget lo ditengah kesibukan ini."

Gue selalu kagem sama wanita ini. Dari dulu konsisten terus buat nulis dan gue selalu suka gaya bahasa yang dia pakai. Sangat mudah dimengerti bahkan untuk orang yang awam terhadap topik yang dia bahas.

"Biasa aja sih sebenarnya," kata Alex dengan sangat rendah hati. "Ih, serius gue. Keren banget itu lo masih bisa balance antara kerjaan, nulis, dan traveling. Apalagi di work culture Indo yang mayan parah. Lihat aja gue sekarang, waktu tidur aja nggak ada."

Wanita itu langsung tertawa, "Nggak jadi deh gue jadi dosen denger testimoni lo." Dia langsung mengurungkan niatnya yang tadi ingin jadi dosen karena jatah libur lebih banyak dari kerjaan biasa pada umumnya.

"Sekarang lagi nulis apa?"

"Tipis-tipis aja kok gue, pas lagi pengen aja. Nggak mau maksa yang gimana-gimana. For now I'm developing a novel." Dia tersenyum pada gue.

JAKARTA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang