Sudah seminggu sejak dimana Januari mencium gue di lorong sekolah membuat gue menghindari semuanya. Gue pergi sekolah hanya dua hari dalam seminggu ini dan beralasan sakit demi mendapatkan ketenangan. Beruntung semuanya dibantu oleh Alin.
Dan hari ini tepat hari Minggu Jenny meminta gue mendatangi rumahnya ia bilang ada sesuatu. Gue pun hanya menuruti, mau bagiamana pun gue juga merindukannya.
Setelah siap gue pun berjalan menuju rumah Januari. Berharap dia tidak ada di rumah hari ini karena ia sedang menghindarinya namun demi Jenny ia harus mendatangi rumahnya.
"Hii, Bunda!!" Gue berteriak kecil ketika pintu pertama kali dibuka dan berhamburan ke pelukan Jenny dengan erat. Sedangkan Jenny mulai mengelus puncak kepala gue.
"Kangen Bunda..." ucap gue dipelukan Jenny
"Bunda juga kangen Lya," Jenny membawa gue yang masih berada dipelukannya masuk ke dalam.
"Gimana kabar Mamah Em?"
"Baik, katanya besok bunda suruh main ke rumah. Soalnya besok jadwalnya mamah free."
"Bunda mau-kan?" Bujuk gue
Jenny menatap gue geli "Mamah kamu tambah sibuk ya akhir akhir ini, kayaknya mau saingan nih sibuknya sama bunda." Gue tertawa menanggapinya
"Jadi gimana kabar bunda sendiri?"
"Baik, ada kamu bunda semangat tau."
"Ah bunda, bisa aja." Gue tersenyum lebar mendengarnya.
Gue melepaskan pelukan saat mencium aroma yang menggugah selera "Lya, kangen masakan bunda" gue menyengir kuda ke arah Jenny yang membuatnya mendengus ke arah gue.
"Kalo gitu ayok makan, kebetulan bunda habis masak tadi. Kita makan bareng."
Gue mengikuti Jenny ke arah dapur.
Pandangan gue menyapu atas meja yang sudah terisi penuh oleh berbagai macam hidangan. Menurut gue ini berlebihan dan seperti ada yang aneh.
"Bunda masak sebanyak ini memang bakalan ada tamu yang datang?" Gue mulai menarik salah satu kursi untuk duduk.
"Oh, bunda lupa kasih tah kamu. Hari ini Om Jefri bakalan pulang."
Gue terkejut sekaligus senang mendengarnya.
"Serius Bun?" Gue menatap genit ke arah Jenny membuat Jenny salting sendiri saat membereskan meja pantri.
"Apaan sih, kamu."
"Ciee bunda.." gue menaik turunkan alis ke arah Jenny nakal.
Wajah Jenny sekarang berubah merah dan itu membuat wanita itu bertambah sangat cantik. Lagi pula Jenny masih sangat muda untuk ukuran seorang ibu, dia pun baru memiliki anak satu. Siapa lagi kalau bukan Januari.
Ngomong ngomong teringat Januari, gue sedari tadi belum melihat batang hidung cowok itu. Meski gue masih berusaha menjaga jarak darinya tetap saja ada rasa ingin tahu selama seminggu ini.
Januari adalah orang yang selalu berada di dekat gue dari kecil. Kehadirannya selalu berada disekitar gue dan kali ini berbeda tidak sama seperti dulu.
Hendak bertanya namun segera gue urungkan. Seharusnya bagus tidak ada dia saat ini.
"Bunda hari ini harus tampil perfect dong.." Lya terus menggoda Jenny
"Nggak perlu, gini aja bunda udah cantik." Jenny tersenyum bangga ke arah Lya balas menggoda anak itu.
"Ahh bunda, kalo ngomong suka bener." Keduanya tertawa bersama hingga suara bel berbunyi menghentikannya.
"Bun" Lya meledek Jenny dengan tersenyum jahil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Friendzone!
Teen FictionDON'T COPPY MY STORY!! [SLOW UPDATE & REVISI BERLANGSUNG] Januari Gefana dan Julya Karina adalah teman semasa kecil karena kedua orangtuanya yang dari awal saling bersahabat. Januari memiliki masalah kelam saat remaja karena pergaulannya. Itu semua...