Disinilah gue menemukan Januari. Disebuah rooftop rumah sakit. Setelah tadi gue mencari-cari keberadaannya lalu seorang suster mengatakan ia melihat seorang laki-laki yang gue maksud menaiki tangga ke atas.
Gue menatap punggungnya lalu berjalan mendekati. Januari segera berbalik saat menyadari kehadiran gue. Gue berhenti melangkah, menatapnya dalam diam saat dia juga sedang menatap gue.
"Lo bener, seharusnya gue dengerin apa kata Lo." Ucap gue akhirnya memecah keheningan.
Januari tidak menjawab, sebaliknya dia malah kembali membelakangi gue.
"Tapi...- kita berdua punya perasaan yang sama."
Januari kini berbalik menghadap gue dengan seringai yang tercipta dibibirnya. Menatap remeh gue "cinta? Kalo memang kenyataannya seperti itu, dia nggak akan ninggalin Lo sekarang." Balasnya tetapi gue hanya diam menunduk, membenarkan ucapannya. Berarti selama ini gue sudah tertipu? Sungguh miris
"Gue yakin suatu saat dia bakalan balik lagi." Ucap gue terdengar seperti meyakinkan diri sendiri.
Kali ini Januari menatap gue dengan belas kasihan. Ia kemudian berjalan mendekati gue lalu menyodorkan sebuah ponsel ditangannya.
Gue menatap Januari namun ia hanya mengisyaratkan gue untuk mengambil ponsel ditangannya itu. Gue pun meraih ponsel itu lalu melihat apa yang tertera dilayar ponselnya.
Yesterday, 20.10 pm
Bara : Lo akan hancur setelah ini.Gue membaca pesan itu dengan tidak percaya. Apakah itu benar-benar Bara yang mengirim pesan itu. Gue mantap tak percaya pada Januari yang hanya membuang mukanya kesamping. Tak sedikitpun melihat gue dihadapannya.
Mata gue sudah berkaca-kaca meminta penjelasan lebih dari hanya sekedar ini. "Ini apa Jan?" Januari hanya diam tak menjawab
"Apa ini, gue nggak ngerti..." Ucap gue dengan lirih. Kedua kaki gue sudah lemas, lalu Januari tiba-tiba memeluk gue dengan erat.
Saat itu juga air mata gue jatuh disaat bersamaan dengan dekapan yang menyelimuti tubuh gue.
"enggak Jan, Lo nggak salah. Apa yang sebenarnya terjadi?" Tuntut gue meminta penjelasan dibahunya.
"Sorry, Ly."
Gue melepaskan pelukan dengan keras. "Bisakan Lo cerita sama gue apa yang sebenarnya. Kenapa Lo tiba-tiba minta maaf?" Suara gue kali ini terdengar lebih tegas.
Tidak peduli dengan wajah gue yang sudah basah dengan air mata. Gue segera melepaskan pelukan lalu menatapnya dengan tajam.
Januari hanya diam menatap gue dalam keheningan membuat gue semakin tak mengerti.
Oke, gue kehabisan akal dengan sikapnya.
"Jan!" Teriak gue sambil memukul-mukul dadanya dengan keras.
"Oke." Januari menahan kedua lengan gue dengan kuat.p
"Bara sama Serena pernah ada hubungan." Ucapnya kemudian
"Kenyataannya, sampai saat ini Bara masih belum bisa jauh dari itu." Lanjutnya
Untuk sejenak gue terdiam mencerna kalimat yang baru saja gue dengar dan detik itu juga air mata gue jatuh. Gue mengerti sekarang.
Tidak mungkin.
Gue menggeleng menatap Januari tak percaya namun Januari tetap mengangguk. Rasanya jantung gue seperti tertusuk belati saat mengetahui kebenaran ini.
Sakit, dan kecewa.
Jadi semua ini hanya permainan?
Permainan balas dendam?
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Friendzone!
Teen FictionDON'T COPPY MY STORY!! [SLOW UPDATE & REVISI BERLANGSUNG] Januari Gefana dan Julya Karina adalah teman semasa kecil karena kedua orangtuanya yang dari awal saling bersahabat. Januari memiliki masalah kelam saat remaja karena pergaulannya. Itu semua...