TFZ | 26

538 42 0
                                    

POv : Julya
"Pak, berhenti disini."

Taksi pun berhenti dipinggir jalan dan gue segera membuka pintu.

Gue menatap jalan lurus di sebrang sana yang lumayan sepi dan untuk sekian kalinya gue menatap layar ponsel guna memastikan alamat yang diberikan Alin benar dengan yang saat ini gue berhenti.

Gue menyebrangi jalanan yang sepi dan masuk ke dalam gang yang cukup luas. Tepat ketika gue masuk perlahan gue menemukan sebuah rumah besar dihadapan gue yang masih berjarak sekitar 1km. Rumah itu terlihat dua kali lipat melebihi besarnya rumah Januari yang bahkan sangat besar.

Apakah itu rumah Alin?

Atau gue sudah salah alamat?

Namun makin gue ke dalam sana makin gue berhadapan dengan rumah itu yang terbatasi oleh gerbang tinggi dan hanya rumah itu yang gue lihat. Seolah olah gang ini dibuat hanya khusus untuk jalan menuju rumah itu.

Gue berdiri dihadapan gerbang rumah itu dan menatap sekeliling yang sangat sepi.

"Neng?"

Gue terlonjak kaget ketika suara dari dalam sana terdengar. Gue menatap seorang satpam yang berjalan mendekati dari balik gerbang.

"Cari siapa neng?" Tanya satpam itu yang sudah berdiri di depan gue dari balik besi.

"Emm-- cari.." gue seketika bingung.

Apa bener ini rumah Alin? Atau gue salah rumah?

Ini rumah pasti milik pejabat gue pasti salah rumah. Fiks

Tiiinn

Gue reflek menoleh begitu pun dengan satpam itu ketika suara kalkson bernada tinggi itu terdengar. Sang satpam yang menoleh segera berlari untuk membuka gerbang.

Gue terdiam menatap seseorang yang berada di dalam mobil itu, sepertinya gue kenal. Namun suara kalson kembali mengagetkan gue, dengan cepat gue menyingkir untuk memberi jalan. Tetapi pandangan gue terus tertuju pada si pengendara di dalam mobil yang perlahan melewati gue.

Mobil itu pun melesat dengan sangat cepat.

"Lya!"

Gue kembali menoleh, disana Alin berdiri menatap gue.

"Al," Alin berjalan mendekati gue dan segera memeluk gue dengan erat. Detik itu pun gue mendengar suara isakan kecil.

Gue perlahan membalas pelukannya "Lo nggak apa-apa kan?" Alin hanya mengangguk kecil dibahu gue.

Alin melepaskan pelukannya dan menatap gue dengan mata merahnya. "Ayo masuk." Ajaknya dan membawa gue masuk ke dalam gerbang yang setelahnya ditutup kembali oleh sang satpam.

Ternyata ini beneran rumah Alin dan gue nggak salah. Tapi yang membuat gue nggak yakin karena dari gaya Alin saat di sekolah itu seperti anak seperti gue. Sederhana dan tertutup.

Gue jadi inget kata-kata bara 'jangan melihat Seseorang dari penampilan', ternyata sejelas itu efeknya buat gue.

Kita berdua masuk ke dalam rumah itu yang tampak seperti mansion. Mungkin memang pantas disebut mansion dari pada rumah. Hahaha gue tertawa dalam hati atas kebodohan gue sendiri.

Desain ruangan demi ruangan sangat berkelas ketika gue melewatinya. Hingga akhirnya kita berhenti disebuah pintu setelah menaiki tangga.

Gue menatap Alin di samping gue yang juga sedang menatap gue. Kita belum memulai percakapan setelah insiden Alin menangis dibahu gue.

Dia perlahan membuka pintu dihadapannya dan kami melangkah masuk.

Begitu banyak pertanyaan yang sangat ingin gue lontarkan namun gue masih menutup mulut berniat menunggu waktu yang tepat untuk membicarakannya nanti.

Terjebak Friendzone! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang