TFZ | 39

280 20 1
                                    

Sore ini gue meminta Alin untuk datang membantu gue mempersiapkan semuanya. Yah , gue bingung harus memakai gaun apa malam ini untuk menemui Bara.

Gue tahu ini adalah dinner pertama kali gue dengannya. Maka dari itu gue harus menyiapkan segalanya dengan baik.

Alin sedang sibuk mencari-cari gaun ditoko online saat ini. Ia sibuk dengan layar laptop didepannya.

"Liat ini deh Ly!" Alin berteriak pada gue yang sedang berdiri membuka semua lemari baju gue untuk mencari gaun yang dapat dikenakan malam ini.

Gue menghampirinya lalu melihat sebuah gaun berwarna silver tapi gue melotot saat potongan belahan dada itu sangat rendah. Gue memukul punggung-nya. Alin meringis kesakitan.

"Itu bagus, Ly. Coba Lo liat, ini cocok banget buat type cowok kayak Bara. Keren, kaya, berkelas." Alin menaik turunkan alisnya bangga dengan pencariannya.

"Alin, gue nggak yakin Bara bakalan suka sama gaun itu. Mending Lo cari yang lain aja." Gue menolaknya lalu kembali merapihkan baju-baju gue yang berantakan. Semuanya tidak ada yang bagus menurut gue.

"Okey, kalo yang ini?"

Alin menunjukkan sebuah gaun berwarna biru dongker. Lengannya pendek potongan dadanya segitiga namun tidak terlalu rendah, bawahannya pas selutut. Itu elegan dan menawan. Gue mengambil laptop dari tangannya, langsung mengkonfirmasi gaun itu untuk dikirim hari ini juga.

Alin membulatkan matanya tak percaya. "Oke, jadi bilang apa?"

"Thanks." Ucap gue

"Tapi ly," Alin bergumam namun gue masih fokus pada layar laptop.

"Mmm"

"Lo yakin mau jadian sama Bara?" Ucap Alin dengan polosnya. Gue hanya mengangguk mengiyakan.

"Julya! Lo serius??" Teriak Alin kemudian

"Lo kira gue becanda?" Gue memasang wajah datar.

"Ly, gimana sama Januari?" Perkataan Alin sontak membuat gue terdiam.

"Lya---"

"Lin, Januari udah punya Serena. Kita masih akan terus sahabatan walaupun gue pacaran sama Bara, sama kayak dia dengan Serena." Gue menjelaskan

"Okey," alih hanya mengangguk-angguk mengerti, tidak mengatakan apapun lagi setelahnya.

Tepat sekali hanya butuh waktu 20 menit paket sampai. Kita berdua membuka kotak paketnya dan melihat gaunnya secara langsung.

"Ya ampun, ini bagus banget. Cocok banget buat Lo." Ucap Alin histeris

Gue teringat gaun yang pernah mamah gue berikan. Gaunnya hampir mirip, maka dari itu gue langsung tertarik dengan gaun ini. Bedanya gaun yang mamah punya gue rasa lebih bagus lagi dari ini. Tapi gue nggak tahu disimpan dimana gaun itu. Malam kemarin hampir aja gue memakai gaun itu tapi waktu berkata lain.

"Sana coba gaunnya. Gue yakin itu cocok banget di Lo." Gue hanya menurut perintah Alin jadi gue mencobanya. Ukurannya sangat pas ditubuh gue.

"OMG! Your beautiful. Wonderful!!!" Alin bertepuk tangan ceria.

"Kira-kira Bara bakalan kasih hadiah apa buat Lo?" Alin bertanya. Tiba-tiba matanya memicing curiga menatap gue dari atas sampai bawah.

"Apa?" Tanya gue mulai was-was.

Alin berdehem ringan. Lalu menelisik gue dengan detail. Coba gue liat alamat kafenya. Gue dengan cepat memberikan ponsel gue ke tangannya. Setelah melihat kafe yang dimaksud Alin langsung mencari nama kafe itu ke internet. Gue hanya membiarkan dia berkutat dengan pemikirannya saja.

Terjebak Friendzone! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang