Ponsel Baru?

9 0 0
                                    

"Pertemuan pertama kita terlalu sempurna. Seperti dongeng pangeran dan Cinderella di atas lantai dansa."
-Arunika

"-Arunika♧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


















°~♡~°

{Kembang Perawan - Gita Gutawa}

01:40 ━━━━━⬤──────── 03:18
ㅤ ⇆ ◁ || ▷ ↺

°~♡~°














◈ ━━━━━━━ ⸙ - ⸙ ━━━━━━━ ◈

Gebrakan pintu sontak membuat Netra Arunika membulat sempurna. Gerakan memotong bayam untuk persiapan sarapan pagi besok, terhenti. Ia berbalik cepat, pupil matanya melebar. Sosok dengan postur tinggi 172 cm itu tergesa-gesa mendekat, meraih pinggang Arunika kemudian memeluk erat.

Gadis itu mendorong sekuat tenaga lelaki dengan bau alkohol yang menyengat, namun nihil. Meski mabuk, tenaga abangnya tetap lebih besar. Ia merintih memohon dalam isak tangis, berharap kegiatan menggerayangi leher dengan lidah lelaki itu dapat segera terhenti.

"Ck, bisa diem kagak, lo? Gua perkosa sekarang, mau? Mumpung mama sama papa ga ada di rumah."

Arunika semakin terisak dan menggeleng cepat. Mulai memasrahkan diri ketika tubuh atasnya di jamah secara agresif. Bukan pertama kali, gadis berambut panjang itu menjadi pemuas nafsu oleh abangnya sendiri. Semenjak kenal dunia malam usai perayaan ulang tahun ke-20, lelaki bernama Wildan itu sering pulang mabuk dan mencarinya, sekedar menyalurkan gairah seksual.

"Aduh, please deh. Lagi-lagi ...." suara Sandra menghentikan gerakan mulut yang sedang asyik menghisap. Membuat Arunika sedikit menghela napas lega.

Lelaki itu berdecak, menoleh ke arah gadis yang kini bersandar pada dinding sambil melipat tangan. "Ganggu banget sih, lo!"

Sandra memutar bola mata jengah. "Kalo babu ini sampe hamil, gua ga mau ikut campur."

Wildan mendorong tubuh Arunika menjauh, hingga tubuh kurus itu tertantuk ujung meja dapur. Ia menggigit bibir, menahan rasa perih di bagian punggung akibat cambukan papanya beberapa jam lalu.

"Gua ga sudi juga kali ngehamilin cewe kayak dia."

"Ya, terus? Kenapa setiap mabuk lo pasti nyamperin dia?"

Ucapan Sandra membuat mata sayu Wildan sejenak tertegun. Kemudian bibir tipis miliknya tertarik, membentuk seringaian tipis. "Ya, karena cuma dia yang bisa di pake secara gratis."

Mendengar ucapan Wildan, rongga dada Arunika mendadak sesak. Padahal, ujaran benci dan umpatan terbiasa terdengar oleh Indra pendengarannya. Namun entah mengapa, jika Wildan yang menghina, jejak sakit yang tercipta terasa luar biasa.

RakabumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang