"Sudah kukatakan, ruangan ini pengap. Bisakah kau bayangkan melangkah setapak demi setapak dalam lorong semerah darah? Aku sudah mengizinkanmu masuk sejenak, waktunya kau bergegas pergi. Jangan menetap dan jangan berhenti."
-Arunika♧♧♧
°~♡~°
{Kembang Perawan - Gita Gutawa}
01:40 ━━━━━⬤──────── 03:18
ㅤ ⇆ ◁ || ▷ ↺°~♡~°
◈━━━━━━━ ⸙ - ⸙ ━━━━━━━ ◈
Dermaga pelabuhan terlihat ramai pagi ini. Arunika dengan segenggam roti di tangan sebagai sarapan, hanya duduk meringkuk. Tidak seperti rata-rata penumpang yang membawa koper dan tas-tas besar pada umumnya, gadis itupun tak butuh lama diperiksa. Ia melahap roti, mengabaikan tatapan tak mengenakkan dari sekitar.
Tentu saja.
Pakaian kusut serta rambut acak-acakan Arunika dengan wajah khas bangun tidur membuat siapapun yang pertama kali melihat, menganggapnya gelandangan. Meski memang kedepannya ia akan benar-benar menjadi gelandangan untuk bertahan hidup. Tapi setidaknya masih belum. Syukurlah tiket yang ia genggam membantu menyelamatkannya dari pengusiran tak pantas oleh petugas.
Arunika memang belum mandi. Ojek online yang ia pesan menurunkannya agak jauh dari dermaga, bensin habis katanya. lokasi rimbun penuh pohon dan rumput merambat, membuat gadis itu kesulitan mencari tempat berteduh dan istirahat. Tak butuh lama untuk Arunika mulai menenangkan diri. Semua tanah yang ia pijak, adalah tempat peristirahatan. Tuhan akan melindunginya dari marabahaya, ia rapal dengan yakin. Tanpa basa-basi Arunika melipat tas selempangnya membentuk bantal, kemudian merebahkan diri. Rasa lelahnya membantu gadis itu terlelap lebih cepat, meski dingin malam benar-benar menusuk dengan dengungan nyamuk-nyamuk mengerubungi.
Matahari menghangatkan wajah hingga ia terbangun tadi, gadis itu bangkit kemudian mengedarkan pandangan. Arunika tersenyum. Ya tersenyum. Meski beberapa orang menatap, seperti menganggapnya gila, ia tak peduli. Kali pertama gadis itu keluar dari rumah, sejauh ini. Ia menghirup oksigen dalam-dalam. Memenuhi rongga dada dengan udara segar bercampur aroma laut yang menurutnya sangat menyengat.
Roti dalam genggamannya tandas. Ia meraih sebotol air yang dibeli sesaat sebelum ke tempat check in, kemudian menenggak separuh. Baru setelah jam menunjukkan kesiapan kapal untuk berangkat, gadis itupun bangkit. Sesaat Arunika sempat menoleh ke bawah kursi, mencari sandal. Namun ia meringis, mengingat. Malam itu, ia bahkan tak beralas kaki ketika berusaha kabur melompati pagar pembatas rumah, saking paniknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rakabumi
Novela Juvenil"ketiadaan kisah kita dalam cerita hidupku bukanlah kemauanku, maka kini kujabarkan betapa hebatnya angan masa depan yang kunostalgiakan padamu, dulu." ◈ ━━━━━━━━ ⸙ - ⸙ ━━━━━━━━ ◈ [Jadi kau akan tetap menyukaiku?] Anggukan mantap dari lelaki di samp...