Dead Meat!

5 0 0
                                    

"Amor fati, begitu mantra terucap. kemudian langkah kecil itu beranjak dari satu duri ke duri lain, dengan percaya diri."
-Arunika

♧♧♧

♧♧♧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




°~♡~°

{Apakah ini cinta - Judika}

01:40 ━━━━━⬤──────── 03:18
ㅤ ⇆ ◁ || ▷ ↺

°~♡~°










Arunika mengucek mata, tanpa sengaja terbangun dari tidurnya. Ia menoleh ke arah Jam, pukul sembilan malam. Entah mengapa akhir-akhir ini ia mudah sekali terlelap. Ia memijit bahunya yang terasa sedikit sakit, kemudian beranjak ke kamar mandi. Membasuh muka.

One, two, three, one, two, three, drink
Throw 'em back 'til I lose count

I'm gonna swing from the chandelier
From the chandelier

Gadis yang sedang menggosok gigi itu menoleh ke belakang, kemudian menatap cermin dengan terbelalak. Ia menepuk dahi, menyadari bahwa besok adalah hari penting bagi kakaknya, Elvy! Dengan segera ia berkumur-kumur dan menyelesaikan rutinitas bangun tidur kemudian melangkah ke luar, sambil mengelap bulir air yang menempel pada wajahnya.

I'm gonna live like tomorrow doesn't exist
Like it doesn't exist
I'm gonna fly like a bird through the night
Feel my tears as they dry
I'm gonna swing from the chandelier
From the chandelier


Arunika tersenyum antusias, berdiri di ambang pintu sambil bertepuk tangan, menyaksikan Elvy yang tengah bernyanyi. Gadis tomboy itu menoleh ke asal tepukan, kemudian garis senyum terukir tipis dengan semburat merah menghiasi kedua pipinya. Arunika berjalan menghampiri, tangannya terulur mengusap kedua bahu Elvy.

Sebuah tarikan membuat wajah gadis itu kini tenggelam dalam dekapan. Ia tersenyum, membalas pelukan. "Semoga besok gua berhasil ya, gua bener-bener berharap dapet kesempatan. Setidaknya satu mimpi aja di hidup gua terkabul," bisiknya pelan, penuh harap.

Arunika mengangguk. Iapun melepas pelukan kemudian mengepalkan kedua tangan, berusaha menyemangati dengan meninju angin. Elvy terkekeh kecil, tanganya terulur membelai rambut lurus Arunika yang terikat. "Gua bahagia banget kenal lo, Runi. Lo kesayangan gua. Melebihi Papa gua sendiri, haha. Papa bajingan. Bahkan sampe sekarang dia ga peduli keberadaan gua. Malah lebih percaya sama omongan mak lampir. Padahal, bukan gua yang nyuri. Gua bukan pencuri. Sumpah ...."

RakabumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang