Panti

2 0 0
                                    

"Ada cinta yang seperti belati. Semakin kau bertahan, semakin jantungmu tertusuk oleh bilahnya."
-Arunika

"-Arunika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









°~♡~°

{Kembang Perawan - Gita Gutawa}

01:40 ━━━━━⬤──────── 03:18
ㅤ ⇆ ◁ || ▷ ↺

°~♡~°

















Arunika menatap sekumpulan kado menggunung pada kaca spion dan membaca satu persatu nama yang tertera. Kemudian, netranya teralihkan ke arah luar jendela mobil. Ia terdiam tanpa respon apapun semenjak satu jam lalu dikerubungi banyak siswa siswi yang menyampaikan salam perpisahan pada Rakabumi.

Sebuah perpisahan yang akan disesali, dirindukan dan dikenang bagi sebagian orang. Arunika kemudian mempertanyakan bagaimana ketika dadu takdir perpisahan merujuk ke arahnya. Seperti kematian yang tak pernah tertebak, Mungkinkah akan ada orang menangisi pemakamannya? Atau justru, sepi tanpa kehadiran satupun yang menabur bunga.

Arunika tersenyum tipis. Setidaknya ia tidak akan menghabisi nyawa dengan tangan sendiri.

"Arunika!!" Panggilan Rakabumi sontak membuat gadis itu menoleh cepat.

Ia mengangkat alis, mempertanyakan.

"Kamu melamun."

Arunika hanya membalas dengan anggukan kepala. Ia memang terbiasa larut dalam pikiran sendiri, hal yang mungkin bisa disebut hobi. Karena baginya, menjatuhkan jiwa pada lamunan panjang, melegakan sekaligus membuat tenang. Andai, mulutnya dapat berbicara. Mungkin, orang orang akan menganggapnya gelandangan gila. Karena akan terus berbicara pada diri sendiri, selayaknya teman mengobrol.

Konyol.

Netra gadis itu mematung menatap gerbang menjulang tinggi ketika mobil itu mulai menepi. Tubuhnya mendadak kaku. Arunika menoleh ke arah Rakabumi, tangannya menunjuk tegas ke arah bangunan itu. Seolah meminta penjelasan.

Rakabumi tersenyum hangat, "Kita ke panti asuhan dulu, ya? Aku mau ngebagiin kado kado yang temen-temen sekolah kasih."

"Rakabumi emang sering ke sini, pas dapet bejibun kado dari para fansnya," Andre nyeletuk sambil membuka pintu.

Arunika melangkah keluar dari mobil dengan gugup, ia menatap bangunan megah di hadapannya. Bangunan yang ia rindukan selama lebih 15 tahun. Bangunan yang berusaha ia cari selama hidupnya di rumah orang tua angkatnya. Berkat Rakabumi, Arunika berhasil pulang tanpa perlu bersikeras.

Beberapa langkah kecil menyambut dengan riang, seolah akrab dengan suara deru mesin yang dimatikan. Arunika menatap dari kejauhan ketika Andre dan Rakabumi membagikan kado pada satu persatu anak. Satu tetes air mata mengalir tanpa permisi, rasanya tangisan gadis itu seolah ingin meledak saat ini.

RakabumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang