Lingkar Masa lalu

3 0 0
                                    

"Tenangkan langkahmu, ruangannya mudah retak. Penghuni hanya satu, namun raungan pilu itu terdengar menggema di segala penjuru. Sebaiknya berhenti, atau di setiap sudut kau akan melihat beling penuh darah sedang asyik menari."
-Arunika

♧♧♧

♧♧♧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.












°~♡~°

{Kembang Perawan - Gita Gutawa}

01:40 ━━━━━⬤──────── 03:18
ㅤ ⇆ ◁ || ▷ ↺

°~♡~°


















◈ ━━━━━━━ ⸙ - ⸙ ━━━━━━━ ◈

"Papa ini gimana, sih?!"

Jam menunjukkan pukul 12 malam. Dibalik pintu kamar yang tak tertutup rapat, Arunika menghentikan langkah. Entah mengapa telinganya berminat untuk menyimak perdebatan dua pasangan suami istri di rumah ini -orang tua angkatnya- yang sejak dulu terkesan begitu romantis.

Bahkan saking romantisnya, tak pernah sekalipun Arunika melihat mereka berseteru hebat. Baru kali ini gadis itu mendengar bentakan dari wanita paruh baya yang biasanya hanya tertuju pada Arunika, terlontar pada orang selain dirinya. Gadis itu tersenyum getir. Meminimalisir perih, mengingat, betapa banyak hinaan yang ia terima.

"Kerugiannya besar!! Kita bahkan ga punya tabungan sebanyak itu! Lagipula, ngapain Papa ikut investasi yang udah jelas abal-abal gini?!" raut wajah Wanita itu memerah, penuh amarah.

"Tapi kan, ada Arunika. Dia bisa kita jual, Ma."

Hampir saja botol minuman Sandra terjatuh mengenai lantai jika saja tangan Arunika tidak gesit menangkap. Jantung gadis itu berpacu lebih cepat, benar-benar tak percaya obrolan yang ia dengar. Tubuhnya mendadak kaku dengan peluh dingin yang perlahan mengucur. Telinga Arunika masih fokus menajamkan pendengaran, mengais informasi lain yang mungkin masih bisa ia dapatkan.

"Arunika? Bocah itu bisa apa, Pa!" Wanita di hadapan menyandarkan punggungnya ke dinding. Memijit pelipis yang terasa mulai pening.

"Temen kantor Papa cari istri kedua yang masih muda dan perawan. Katanya, dia bakal bayar mahal kalo sesuai selera. Papa iseng menunjukkan foto Arunika. Dan katanya cocok. Ma, ini satu-satunya jalan biar kita terlepas dari semua hutang dan kerugian."

Arunika sontak mundur beberapa langkah, menggeleng perlahan. Tidak. Apa-apaan yang ia dengar malam ini. Di jual untuk kepentingan pribadi? Tidakkah mereka merasa iba atas perbudakan yang selama ini Arunika terima? Dan sekarang? Tubuh serta keperawanannya menjadi jaminan untuk membayar seluruh kerugian dan hutang perusahaan? Penghuni rumah ini benar-benar seperti iblisyang kehausan.

RakabumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang