17. Sebuah Keputusan

180 27 8
                                    

'Bukan hanya sekadar keluar dari zona nyaman, bersamamu, aku akan berikan yang terbaik lebih dari yang aku bisa.'

Hidupkan Hidupmu

~Thierogiara

***

Mau sekuat apa pun disembunyikan nyatanya pada akhirnya Hanna tahu sendiri kalau dia sedang hamil sekarang ini. Dia semakin butuh usaha yang sangat ekstra untuk berdamai dengan kenyataan hidupnya sendiri, Jarvis masih menemaninya di rumah sakit, mencoba untuk selalu memberikan yang terbaik walaupun semakin ke sini keinginan Hanna untuk mati semakin kuat, apalagi dia sendiri juga tidak tahu siapa ayah dari anak yang ada di dalam kandungannya, Hanna selalu merasa menjadi tempat sampah para bedebah itu. Perjuangan mereka untuk melalui semua ini masih sangat panjang, karena selain masih harus minum obat, Hanna masih harus selalu kontrol ke dokter dan masih harus selalu ke psikiater untuk berobat dan harus ke psikolog untuk menenangkan isi kepalanya.

Menerima dirinya sendiri saja sudah sulit, apalagi harus menerima situasi ini, harus menerima anak yang sama sekali tidak dia inginkan. Mereka akan keluar dari rumah sakit sekarang ini, Jarvis benar-benar bertindak seolah dialah yang paling bertanggung jawab atas Hanna. Dia mengesampingkan kuliahnya hanya agar bisa memberikan yang terbaik untuk Hanna.

Semua hal yang sebelumnya dia tidak mau lakukan karena ribet, sekarang juga semuanya visa dia lakukan, packing baju Hanna dan berdiskusi dengan dokter soal bagaimana keadaan Hanna dan apa yang bisa dia lakukan karena dia yang tinggal bersama Hanna sekarang ini.

Jarvis merogoh kocek yang tidak murah, tapi tetap mau bertanggung jawab demi Hanna. Dia kemudian mengambil tangan Hanna, berjalan dengan memegang tangan Hanna di sepanjang lorong rumah sakit, setiap keluar dari tempat ini, satu hal yang akan Jarvis lakukan adalah meyakinkan Hanna kalau semuanya akan baik-baik saja, sampai kapan pun dia akan memberikan yang terbaik untuk Hanna. Hanna sendiri sampai saat ini masih memikirkan apa yang bisa dia berikan pada Jarvis untuk membalas segala kebaikan pria itu.

Keperawanan? Dia bahkan sudah tidak punya itu, malah sekarang ada virus mematikan di dalam tubuhnya yang jika Jarvis dekat-dekat dengannya maka kemungkinan tertular juga besar.

Jarvis membukukan pintu mobil untuknya bahkan mengemudi untuk mereka sampai di rumah bersama, semuanya Jarvis lakukan untuknya, benar-benar sesuatu yang sepertinya tidak akan pernah bisa Hanna balas.

"Jangan terlalu baik, setiap hari aku semakin merasa kalau aku nggak tau diri." Hanna masih menatap ke depan sana, ke jalanan yang ramai dengan kendaraan lain.

"Aku yang mau dan itu artinya kamu nggak perlu tau diri juga." Jarvis mengatakan itu dengan santai, dia memang sangat santai dan tidak peduli dengan semuanya, sekeras apa Hanna menolak, sekeras itu juga Jarvis akan tetap berusaha untuk menolong Hanna.

***

Keduanya sampai di rumah, di halaman sudah ada mobil lain, mobil mama Jarvis. Itu artinya sekarang ini di rumah itu ada mamanya, Jarvis masih santai sebab dia sudah punya rencana lain untuk dirinya dan Hanna.

"Kamu keluar sendiri, karena ada mama kamu." Hanna tidak keberatan juga kalau memang dia masih harus bersembunyi di dalam mobil.

Jarvis keluar dari dalam mobil, dia kemudian memutari mobil dan membuka pintu penumpang samping di mana Hanna duduk di sana. Hanna langsung menatap Jarvis, apa maksud pria satu ini?

Sementara mama dan Ayana, sudah keluar dari dalam rumah karena mereka agak heran Jarvis membawa mobil keluar dari rumah, rumah kosong seperti sudah beberapa hari, ada apa dengan Jarvis?

"Jangan gila!"

"Ayo keluar!" Karena untuk yang kali ini, menurut Jarvis ini adalah keputusannya sendiri, dialah yang berhak mengambil langkah di dalam hidupnya.

"Bang!"

Jarvis langsung mengambil tangan Hanna dan membawa wanita itu berdiri.

"Hanna?" Ayana bertanya, selama ini dia cukup kehilangan Hanna di kelasnya, bagaimana mungkin sosok itu ada bersama dengan abangnya?

Mama mereka masih diam, menunggu Jarvis berbicara dulu, memberitahukan apa yang terjadi.

"Aku selama ini tinggal sama Hanna di sini." Jarvis akhirnya membuat sebuah pengakuan, pengakuan yang cukup membuat Ayana membungkam mulutnya sendiri, dia tidak salah dengar?

Hanna sudah menundukkan kepalanya, hidupnya sudah ada banyak masalah dan Jarvis malah membuat sebuah pengakuan yang berpotensi akan menjadi masalah juga, Hanna tidak tahu bagaimana kehidupannya setelah ini. 

"Jadi, aku mau menikah sama Hanna karena sekarang dia sedang mengandung anakku." Jarvis mengatakan itu dengan sangat lancar, tanpa keraguan dan tidak gagap sama sekali. Seperti memang dia yang melakukannya padahal sama sekali bukan dia.

Hanna sampai menoleh ke arahnya, ada apa ini sebenarnya? Ada apa dengan Jarvis? Hanna berusaha untuk melepaskan dirinya dari cengkraman Jarvis, tapi pria itu ternyata jauh lebih kuat darinya.

Ayana juga terkejut setengah mati, dia masih menutup mulutnya dan menggelengkan kepalanya tidak percaya, temannya? Dan abangnya? Memiliki sebuah hubungan yang dia sama sekali tidak tahu, ini aneh sekali sih, Ayana tidak menyangka kalau kedatangannya membawa Hanna ke rumah abangnya itu membuat mereka malah memiliki hubungan di belakang Ayana, sebenarnya Ayana juga tidak akan masalah, mengingat abangnya sudah dewasa sudah punya kehidupannya sendiri, tapi sampai hamil?

"Gue nggak nyangka lo orangnya kayak gitu, Han."

Mama mereka masih fokus ke Jarvis, anak laki-lakihya yang sangat dia percaya.

"Untuk menikah kita masih harus memastikan bibit, bebet dan bobotnya. Kamu temui mama dan papa nanti." Mamanya membuat keputusan.

"Tapi, Hanna udah hamil dan dia hamil anakku, aku nggak mau kalau nggak bertanggung jawab! Kita udah nggak bisa tunda ini semua."

"Temui papa dan mama nanti di rumah."

***

Jangan lupa vote & comment!

Hidupkan HidupmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang