'Cukup tetap menjadi bagianmu dan duniaku akan baik-baik saja.'
Hidupkan Hidupmu
~Thierogiara
***
Waktu berlalu, sampai kandungan Hanna besar juga Ayana jadi sering datang ke rumah mereka, beberapa kali menemani Hanna dan Jarvis ke rumah sakit, entah itu untuk cek kandungan atau cek kesehatan Hanna.
Ayana jadi mengerti kenapa mereka kelihatan susah, karena gaji Jarvis yang kecil itu harus dicukupkan untuk biaya berobat. Vitamin untuk ibu hamil ternyata mahal dan belum lagi kebutuhan nutrisi yang lain, menurut Ayana Jarvis dan Hanna kuat sekali menjalani semua ini.
"Gila ya, kuat banget lo berdua," kata Ayana, mereka sudah keluar ruang pemeriksaan dan sekarang berjalan keluar dari rumah sakit.
Hanna menipiskan bibirnya tersenyum, Jarvis justru mengelus perut Hanna, dia tampak selalu bangga dengan istri dan anak yang ada di dalam kandungannya.
"Bukan kita yang kuat, tapi emang kehidupan yang harus tetap dijalani," ujar Hanna.
Ya, sejauh ini bisa dibilang mereka berdua sudah cukup berdamai dengan keadaan, baik Hanna maupun Jarvis sudah tidak menangis lagi perihal apa-apa yang terjadi, mereka sudah menerima dan sudah jauh lebih tenang menjalani semuanya.
"Malah nggak sabar nunggu anaknya lahir," ujar Jarvis, anak yang ada di dalam kandungan Hanna sampai kapan pun adalah anaknya, Jarvis akan selalu menanamkan itu di dalam dirinya.
Ayana tersenyum, ternyata abangnya benar-benar hidup dengan seseorang yang dia inginkan, seharusnya sebagai keluarga Ayana hanya mendukung sesuatu yang memang sudah menjadi pilihan abangnya itu.
Bahagia itu mungkin memang belum menjadi bagian dari mereka, tapi keduanya benar-benar kelihatan saling jaga, saling mengasihi dan saling mengayomi satu sama lain. Bukankah sebagai pasangan memang itu yang dibutuhkan? Kadang cinta tidak sepenting itu.
Ayana menghela napasnya, air matanya kurang ajar sekali karena terus-terusan berusaha untuk luruh, padahal Ayana sedang tidak ingin menangis, tidak ingin menangis di hadapan dua orang ini.
***
Jarvis adalah satu-satunya orang yang tidak masalah sekalipun dekat-dekat dengan Hanna, semua orang juga tahu kalau penyakit Hanna berbahaya, tapi Jarvis adalah satu-satunya yang memilih tetap stay bersama Hanna.
"Enak kak?" tanya Hanna, malam ini di masak spaghetti carbonara untuk Jarvis, Jarvis yang request katanya ingin makan itu.
"Enak banget," jawab Jarvis, ya semoga saja masakan-masakan Hanna bisa setidaknya membuat tubuh Jarvis lebih berisi, sedikit saja juga tidak masalah.
Hanna tersenyum. "Kamu nggak takut makan masakan aku?" tanya Hanna, memastikan saja sebenarnya, memancing, padahal kalau jawaban Jarvis mungkin salah, Hanna sendiri juga yang sakit hati.
Jarvis langsung merubah ekspresi wajahnya, dia benar-benar tidak suka kalau Hanna menyinggung hal semacam ini. Kenapa harus takut? Sementara Jarvis sendiri sudah membawa Hanna menjadi bagian dari hidupnya?
"Kenapa harus takut? Kamu bagian dari hidup aku, bahkan kalau yang ada di tubuh kamu bisa kamu bagi ke aku, aku nggak keberatan," jelas Jarvis, jika segala penyakit Hanna bisa berpindah padanya, Jarvis tidak takut. "Bahkan, kalau yang bawa bayi bisa aku, mending aku aja, aku benar-bener nggak mau kamu capek," jelas Jarvis.
Hanna diam sejenak, dia mengelus perutnya dan mengatakan pada anak di dalam kandungannya bahwa anak itu sangat beruntung karena punya Jarvis di dalam hidupnya.
Hanna mengangguk. "Makasih ya kak nggak pernah takut sama aku," ucap Hanna.
"Orang cantik gini, sekarang hamil tambah gemoy, kenapa harus takut?" tanya Jarvis, dia mencubit pipi Hanna yang memang sekarang bertambah lebar.
Hanna tertawa mendengar itu.
"Kamu mau bilang aku gendut kan?" tanya Hanna.
"Aku mau bilang kamu paling cantik di dunia ini," kata Jarvis.
Hanna tertawa lagi. "Dasar!"
***
Mereka juga sudah tidak pernah lagi pisah kamar, ya untuk apa juga? Kalau saling memeluk ternyata rasanya jauh lebih nyaman, kenapa mereka harus memisahkan diri dengan satu tembok?
"Boleh peluk?" tanya Jarvis.
Hanna mengangguk, Jarvis mungkin satu-satunya suami di dunia ini yang tidak bisa mendapatkan haknya, hubungan mereka sebatas peluk, pegang tangan dan tidur bersama, benar-benar hanya tidur, tidak ada hal lain yang terjadi.
"Maaf ya kalau apa yang aku kasih masih kurang banget, Ayana sampai miris lihat kita," ujar Jarvis, kalau memang seumur hidup Jarvis harus meminta maaf atas kehidupan yang Hanna jalani, maka Jarvis tidak akan pernah keberatan.
"Nggak kurang kok, hanya karena aku punya kamu aja aku udah sangat bersyukur," ujar Hanna, dia yang semula membelakangi Jarvis akhirnya merubah posisi menghadap Jarvis.
Jarvis tersenyum, dia kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Hanna, masalahnya posisi mereka ini sudah sangat pas. Jarvis menempelkan bibirnya ke bibir Hanna.
Untuk sesaat Hanna hanya diam, menikmati apa yang Jarvis lakukan.
Sampai akhirnya Hanna sadar bahwa ini tidak boleh, Jarvis akan tertular, Hanna langsung mendorong tubuh Jarvis.
"Kenapa Han? Bibir aku nggak ada luka, aman," ujar Jarvis.
"Nggak kak! Aku nggak mau kamu kenapa-napa, aku sayang sama kamu!" ujar Hanna, biarlah dia tanggung semuanya sendiri, Jarvis harus hidup dan melanjutkan hidupnya saat Hanna tidak ada nanti.
Jarvis kembali menarik tubuh Hanna, kembali menempelkan bibirnya tanpa peduli dengan pemberontakan Hanna, mereka suami istri, sah secara agama bahkan negara, memangnya apa yang salah dari semua ini?
***
Duh makin gaje ya? Maaf ya guys, rencananya mau cepet-cepet aku tamatin, mau garapan cerita yang lain lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidupkan Hidupmu
RomanceBagaimana jika seorang gadis datang ke hidupmu dengan segudang masalah? Masalah lainnya adalah kamu merupakan manusia yang kebanyakan memakai hati dalam bertindak, hingga tidak kuasa untuk tidak menolongnya. Itulah yang terjadi pada Jarvis dan Hanna...