20. Hari Pertama

116 22 9
                                    

'Kalau tidak bisa membuatmu aman, setidaknya pelukku akan membuatmu tenang.'

Hidupkan Hidupmu

~Thierogiara

***

Seperti biasa, saat Hanna merasa ketakutan maka Jarvis akan langsung memberikan pelukannya, Hanna diam di dalam pelukan Jarvis, dia memikirkan banyak hal, salah satunya adalah hanya untuk sebuah pelukan yang membuat Hanna merasa nyaman, Jarvis harus menerjang badai di dalam hidupnya, Jarvis harus melakukan banyak hal yang sebenarnya tidak mau dia lakukan.

Jarvis juga mengelus perut Hanna, memang masih belum terlalu besar, tapi ketika di sentuh sudah lumayan berasa.

"Mimpi buruk lagi ya?" tanya Jarvis.

Hanna menghela napasnya, karena memang itu menjadi hal yang lumrah terjadi di dalam hidup Hanna, mimpi buruk yang tidak hanya sekadar mimpi buruk.

Hanna memeluk tangan Jarvis, dia kemudian menganggukkan kepalanya, karena jujur saja Hanna takut, takut dengan isi kepalanya sendiri, takut dengan semua hal yang akan dia hadapi di kehidupan ini.

"Tenang ya, ada aku di sini," kata Jarvis.

Kata orang, cinta yang paling tulus adalah cinta yang berdasar pada sebuah rasa kasihan, mungkin memang sekarang Jarvis masih belum mencintai Hanna, tapi mungkin cinta Jarvis untuk Hanna akan bermula dari rasa kasihan.

Jarvis menelan ludahnya sendiri, menikahi Hanna hanyalah modal nekat yang dia lakukan, sebenarnya dia tidak tahu setelah ini akan bagaimana, keluarga Jarvis tidak menerima Hanna dengan baik, bahkan tidak mau menerima Hanna, entah apa yang akan terjadi pada mereka berdua setelah ini, Jarvis hanya berharap kalau mereka berdua bisa melalui semua ini dengan baik.

Hanna masih ketakutan, tubuhnya masih gemetar, Jarvis semakin menyimpulkan bahwa yang selama ini Hanna alami adalah sesuatu yang benar-benar menyakitkan untuk Hanna.

Entah sampai kapan hal ini akan terjadi, tapi Jarvis akan selalu berusaha untuk ada agar Hanna sembuh.

"Ini malam pertama kita," kata Jarvis.

Hanna lantas mengangkat kepalanya untuk menatap Jarvis, Jarvis benar-benar tidak boleh mengharapkan apa pun, di dalam diri Hanna sekarang ini ada penyakit menular.

"Jangan Kak," kata Hanna.

"Kenapa?" tanya Jarvis, Hanna istrinya kan?

Hanna menarik napasnya. "Aku ini punya penyakit, kamu punya masa depan, lebih baik jangan," kata Hanna.

Lagipula mungkin Hanna tidak bisa, hal berbau sexual di dalam hidup Hanna rasanya tabu sekali, selain itu juga membuat Hanna trauma dan sepertinya Hanna tidak bisa karena dia masih trauma, dia mungkin akan berteriak atau bahkan mendorong tubuh Jarvis?

Jarvis menarik kepala Hanna dan mencium kening wanita itu, Jarvis tidak benar-benar serius dengan apa yang dia katakan, dia akan menghargai keputusan Hanna, bahkan kalau Hanna hanya mengatakan bahwa dia tidak siap, maka Jarvis tidak akan melakukannya.

Jarvis memegang pipi Hanna, Hanna menundukkan kepalanya.

"Maafin aku," ucap Hanna.

Jarvis mengangguk dan memeluk tubuh Hanna, masalah soal sex adalah masalah paling dasar di dalam perjalanan mereka kali ini, jadi sebisa mungkin Jarvis tidak akan mempermasalahkan itu dan tidak akan ambil pusing soal itu.

***

Hanna bangkit dari kasurnya dan berjalan cepat menuju ke kamar mandi, sekarang dia sudah tidak pisah kamar dengan Jarvis, sudah tidak lagi menempati kamar pembantu jadi bisa langsung ke kamar mandi karena memang ada kamar mandi di kamar.

Hanna berjalan cepat dan memuntahkan isi perutnya, morning sickness, hal yang lumrah terjadi pada ibu hamil, termasuk juga Hanna mengalami hal ini karena dia sedang hamil.

Hanna berusaha mengeluarkan sesuatu dari perutnya, tapi semakin diusahakan ternyata semakin tidak ada yang keluar, hanya cairan putih bening yang keluar.

Jarvis yang mendengar pergerakan Hanna langsung bangkit dan menyusul Hanna ke kamar mandi, dia memijat tengkuk Hanna untuk menenangkan istrinya itu.

Faktanya adalah Jarvis tidak pernah sepeduli ini dengan seseorang, dia bahkan terhitung sebagai sosok yang tidak bisa peduli dengan orang lain, tapi dengan Hanna, Jarvis benar-benar menemukan dirinya yang baru.

Hanna terduduk lemas di lantai, dia muntah di closed dan lantai kamar mandi mereka lumayan kering.

"Udah?" tanya Jarvis.

Hanna menghela napasnya, sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya. Jarvis juga mengangguk dan akhirnya memutuskan untuk membopong tubuh Hanna. Hanna sempat terkejut tapi akhirnya merilexkan dirinya sendiri, Jarvis menggendongnya karena mungkin tidak tega, padahal Jarvis sendiri juga sebenarnya baru bangun tidur, mungkin masih berusaha mengumpulkan nyawanya.

"Aku bisa jalan sendiri Kak," kata Hanna, dia hamil bukan sakit, masih mampu kalau hanya jalan dari kamar mandi ke kamar.

Jarvis menganggukkan kepalanya.

"Aku cuma nggak mau kamu capek," kata Jarvis, dia kembali menarik selimut untuk menutup tubuh Hanna.

Hanna menghela napasnya, dia memutuskan menerima perlakuan Jarvis, Jarvis terkekeh sejenak, dia kemudian mengulurkan tangannya untuk mengelus perut Hanna.

"Nggak pernah aku begini sebelumnya, demi anak kita nih!" kata Jarvis.

Hanna terdiam, anak ini bahkan tidak tahu siapa bapaknya, kalau dipikir-pikir dia ada karena sesuatu yang menjijikkan, Hanna bahkan sepertinya akan membencinya, Jarvis malah menyayangi anak itu, seolah dia tidak sabar dengan kelahirannya.

Setelahnya Jarvis bangkit dan kembali ke posisinya yang sebelumnya, di sebelah Hanna, tanpa sungkan Jarvis memeluk tubuh Hanna dari samping, kenapa juga harus sungkan? Hanna adalah istrinya sendiri!

Hanna diam, menatap langit-langit kamar mereka, untuk apa Jarvis melakukan semua ini?

Padahal kalau Jarvis mau tentu ada banyak perempuan yang bersedia menjadi pendampingnya, Jarvis ini memiliki segalanya di usianya yang terbilang muda, keluarganya juga dari keluarga baik-baik, kenapa dia malah harus bertemu dengan Hanna?

Hanna menoleh, dia melihat Jarvis yang sedang memejamkan matanya, entah akan sampai kapan mereka begini, entah akan sampai kapan Hanna harus menenangkan dirinya dari rasa bersalah pada Jarvis karena harus menghabiskan hidup dan menentang banyak hal hanya demi Hanna.

Wajah tenang Jarvis malah membuat Hanna semakin merasa tidak tenang, semakin merasa bersalah.

"Tidur Han, dunia masih gelap," kata Jervis, benar sih dunia masih gelap, masih pagi sekali soalnya.

***

Lama ya?

Maaf ya wkwkwk

Jangan lupa dukungannya!

Hidupkan HidupmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang