25. Tetap Anak yang Sempurna

40 7 1
                                    

'Aku hanya memberikan apa yang berhak kamu dapatkan.'

Hidupkan Hidupmu

~Thierogiara

***

Ayana berhadapan dengan kedua orang tuanya, ya wajar sekali memang mereka sulit memaafkan Jarvis, pilihan hidup Jarvis tidak pernah sesuai dengan apa yang orang tua mereka inginkan. Sekarang Ayana menjadi anak tunggal dan selalu ada perasaan yang sangat sulit untuk dia jelaskan.

Makan malam sudah selesai, dia kemudian menarik napasnya, menatap wajah kedua orang tuanya, masalah ini tidak akan pernah ada ujungnya kalau tidak ada yang benar-benar berani untuk memulainya.

"Mama bener-bener nggak mau lihat keadaan abang?" tanya Ayana, dulu orang tuanya bahkan lebih sayang dengan Jarvis karena anak laki-laki.

Mamanya diam sejenak. "Memangnya dia kenapa?" tanya sang mama.

"Harus kerja keras banget, aku lihat dia juga kerja di SPBU sekarang," jelas Ayana, anak laki-laki yang dulu putih bersih sangat terawat, mau pinta ps seri berapa saja diberikan. Sekarang kulitnya menggelap, tidak terawat, tubuhnya juga kelihatan kurus.

"Itu pilihan hidup dia, selagi dia masih memilih perempuan itu, itu urusan dia," jelas sang mama, beliau langsung bangkit dari posisi duduknya, meninggalkan Ayana dan papanya di sana.

"Papa?" tanya Ayana, ya kalau mamanya semarah itu, belum tentu juga papanya sama kan?

"Istrinya sakit kan? Kemungkinan besar penyakitnya menular, itu keputusan Jarvis dan papa nggak mau ikut campur atas apa yang sudah dia putuskan, dia sudah dewasa sekarang," jelas papanya yang kemudian ikut bangkit dan pergi dari sana.

Sialnya Ayana selalu punya rasa kemanusiaan yang besar, dia kepikiran dengan apa yang terjadi dengan abangnya dan juga Hanna, karena memang Ayana mengenal keduanya jadi berat untuk Ayana mengabaikan keduanya.

Ayana menghela napas dan menyandarkan punggungnya ke kursi, bagaimana ini? Apa yang harus dia lakukan? Sayangnya dia bukan malaikat yang bisa jadi penolong manusia, dia hanya manusia biasa.

***

"Setiap hari kamu capek tapi kamu malah pijitin aku kak," kata Hanna merasa bersalah, setiap hari yang bekerja keras ke sana kemari adalah Jarvis, tapi dia masih begitu peduli dengan keadaan Hanna.

"Nggak apa-apa," jawab Jarvis, semakin ke sini hubungan mereka juga semakin lebih baik.

Hanna hanya menatap suaminya itu, tangannya mengelus perutnya sendiri.

"Hari ini masih nendang-nendang?" tanya Jarvis.

Hanna kemudian mengambil tangan sang suami, meletakkannya di atas perutnya dan membiarkan Jarvis merasakannya sendiri. Malah kalau ada tangan orang lain anak yang ada di dalam kandungan Hanna semakin aktif.

"Kerasa banget," kata Jarvis agak kaget. "Itu nggak sakit?" tanyanya, ya bagaimanapun dia juga khawatir dengan keadaan istrinya itu, bagaimana kalau Hanna tidak nyaman? Hanya Hanna yang bisa merasakannya, makanya Jarvis tanya.

"Nggak kok Kak, cuma ngilu aja kadang sedikit, tapi aman kok," jawab Hanna, dia terkekeh sendiri, karena ekspresi Jarvis yang sedang khawatir kelihatan lucu di matanya.

"Aktif banget bayinya," kata Jarvis.

Hanna mengangguk, padahal bukan anaknya, tapi bahkan tatapan Jarvis ke perut Hanna selalu sebaik itu, tatapan haru dan haru menjadi satu.

"Nanti ya kita tengokin pakai USG empat dimensi. Tunggu uangnya kekumpul dulu," ujar Jarvis, nikmat sekali hidup dalam kesederhanaan begini, mereka berdua jadi lebih menghargai uang, juga waktu yang ada.

"Iya kak, USG yang biasa aja juga nggak apa-apa kok, aku yakin bayinya sehat," jelas Hanna, feeling seorang ibu, ya semoga saja begitu. Semoga anak yang ada di dalam kandungan Hanna juga mengerti bagaimana kondisi orang tuanya sekarang ini.

"Nggak, kita harus memastikan keadaannya dengan sebenar-benarnya," jelas Jarvis.

"Anak ini mau kita lihat gimana juga, pasti kemungkinan lahir dengan bawa penyakit kak," ujar Hanna, ya dia tidak mau putus dalam harapan tapi juga tidak mau berharap lebih apalagi sampai berekspektasi yang ujung-ujungnya akan membuatnya merasa kecewa.

Jarvis mengambil tangan Hanna dan menggenggamnya, dia mengelus punggung tangan Hanna dengan ibu jarinya.

"Apa pun keadaannya, aku tetap sayang sama dia, anak kita," kata Jarvis, Hanna sampai susah payah menelan ludahnya sendiri, berusaha agar dirinya tidak sampai menangis, jujur semua hal yang Jarvis lakukan untuk dirinya benar-benar berhasil membuat Hanna terharu, benar-benar membuat Hanna tidak menyangka, bagaimana mungkin ada orang seperti ini di dalam hidupnya?

"Nggak ada anak yang lahir dengan kekurangan, itu hanya sudut pandang kita. Jauh sebelum dia lahir aku udah sayang banget sama dia, jadi dia lahir juga nggak akan ada yang berubah, apa pun yang dia bawa adalah apa pun yang memang harus aku terima sebagai ayahnya," jelas Jarvis.

Sangking dalam hidupnya Hanna nyaris tidak pernah bertemu dengan orang baik, hal-hal kecil, kalimat-kalimat sederhana yang Jarvis sampaikan cukup membuat perasaannya jadi sedih.

"Mama jangan sedih dong, entar anaknya sedih juga," ujar Jarvis.

Hanna kemudian tertawa. "Kamu baik banget kak, aku terharu sama kebaikan-kebaikan kamu."

"Lihat aku," pinta Jarvis, dia memegang kedua bahu Hanna. "Kamu itu desserve untuk ini semua, kamu berhak dicintai, kamu berhak disayangi dan kamu berhak diterima, jangan takut," ujar Jarvis.

Hanna kemudian mengangguk, dia bisa mendapatkan Jarvis di dalam hidupnya, sudah tentu kebaikan-kebaikan lainnya juga berkemungkinan dia dapatkan, Hanna hanya harus percaya, waktu akan membawa banyak hal baik ke dalam hidupnya yang berantakan.

***

Dikit dulu ya...

Aku mau coba kembaliin mood untuk nulis cerita ini, mau hidupin wattpad aku lagi hihi.

Semoga ya😭😭


Hidupkan HidupmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang