'Tidak ada manusia yang sempurna, buat kesalahan setelah itu tumbuhlah lebih hebat.'
Hidupkan Hidupmu
~Thierogiara
***
Hari ini Jarvis dan Hanna ke rumah sakit untuk cek kandungan. Pokoknya rumah sakit, obat-obatan dan fasilitas kesehatan lainnya sangat amat dekat dengan mereka belakangan ini, meski begitu keduanya tetap sabar menjalani semuanya.
Mereka tahu bahwa meratap tidak akan pernah ada ujungnya, jadi yang harus mereka lakukan adalah bersabar dengan keadaan.
Pemeriksaan hari ini kondisi anak yang ada di dalam kandungan Hanna cukup baik, Hanna juga baik. Karena sekarang setiap hari minum obat, jadi kondisi tubuh Hanna juga jauh lebih baik, maksudnya jarang lemas dan tetap bisa beraktivitas sama seperti sebelumnya.
Keduanya makan siang dulu sebelum pulang ke rumah karena tidak mungkin kalau Hanna harus masak dulu, jadi baiknya mereka langsung makan.
"Habis ini aku masih harus kerja, kamu pulang sendiri nggak apa-apa?" tanya Jarvis, dia tidak tega sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi? Waktunya sudah mepet.
"Nggak apa-apa kok Kak, udah biasa juga aku sendiri," jelas Hanna, malah kalau bisa Hanna tidak mau sedikit pun merepotkan Jarvis.
Dia sendiri saja atas semuanya, maka dia tidak akan keberatan. Jarvis terlalu banyak melakukan hal baik untuk Hanna dan Hanna tidak tahu akan membalasnya bagaimana.
Bayangkan saja kurang sabar apa Jarvis? Cari nafkah sendiri, uangnya selalu habis untuk pengobatan Hanna, mengurus anak yang bukan anaknya, nafkah batinnya juga tidak terpenuhi karena Hanna takut menularkan penyakitnya pada Jarvis.
Sungguh Hanna tidak mau merepotkan Jarvis dalam hal apa pun.
Jarvis menghela napasnya. "Maaf ya," ucap Jarvis, bagaimanapun dia adalah seorang suami dan egonya terluka dengan hal semacam ini.
"Nggak kok, ya ampun kak aku tuh udah biasa," jelas Hanna, sebelum-sebelumnya juga sudah terbiasa, Hanna hanya menjadi manja saat dia sudah bersama Jarvis.
"Tapi, kan banyak kejadian di dalam hidup kamu sebelumnya," ujar Jarvis.
Hanna menatap Jarvis. "Kan, semuanya udah ditangkap, sekarang pasti udah aman," ujar Hanna, dia tersenyum, agar Jarvis yang melepaskannya juga merasa tenang.
"Tenang ya, aku baik-baik aja, lagian kan nggak sendiri. Ada anak kita di sini," kata Hanna mengelus perutnya.
Akhirnya Jarvis tersenyum, Hanna bisa melihat betapa tampan pria satu ini, yang harus rela kulitnya lebih gelap hanya demi Hanna.
"Ya udah kalau gitu, kalau ada apa-apa kabari," ingatkan Jarvis.
***
"Gue datang bukan mau marah-marah sama lo," kata Ayana.
Hanna menganggukkan kepalanya, Ayana menghela napasnya karena yang ada dia malah prihatin melihat bagaimana kondisi Hanna sekarang ini, bersama abangnya pula, mereka harus tinggal di kontrakan kecil di lingkungan yang lumayan kumuh begini. Padahal selama ini kehidupan Jarvis serba enak.
"Gue nggak nyangka kalau abang bisa kerja keras banget buat seseorang yang dia sayang," jelas Ayana.
Hanna mengangguk. "Dan aku nggak bisa kasih apa-apa, selain selalu bilang makasih sama dia," ujar Hanna, karena bohong kalau Hanna tidak merasa bersalah, jelas sekali dia merasa bersalah dan seharusnya memang dia tidak masuk ke dalam hidup Jarvis dan menghancurkan banyak hal.
Ayana menelan ludahnya dengan susah payah. "Seharusnya kita nggak ketemu dan berteman," ujar Ayana, kalau bukan karena dirinya, pasti Hanna dan Jarvis tidak akan pernah bertemu juga.
Hanna mengangguk, dia juga setuju dengan itu, harusnya mereka tidak pernah bertemu.
"Harusnya gue hancur sendirian," ujar Hanna, lebih baik dia mati mungkin di tangan para bajingan tersebut, daripada menyeret Jarvis sejauh ini.
Ayana mengangguk setuju, memang harusnya begitu. Tapi, apa mereka akan terjebak di momen itu selamanya?
Ayana akhirnya menarik napasnya dan mengembuskannya.
"Ini gue bawain susu hamil, beberapa vitamin juga buat lo dan bang Jarvis," ujar Ayana, kedatangannya memang untuk memperbaiki hubungan, tidak ada salahnya kan?
Hanna menatap Ayana, sejak awal Hanna selalu tahu kalau Ayana adalah sosok yang baik, karena dari dulu memang hanya Ayana yang mau berteman dengan Hanna, padahal hidup Hanna tidak sebaik itu.
"Gue sebenarnya masih benci sama lo, gue nggak terima sama apa yang terjadi sama abang gue. Maka dari itu, gue akan bantu kalian sebisa gue," jelas Ayana. "Lo lagi sakit juga! Mana bisa gue diem aja," lanjut Ayana, ya sialnya itu, Ayana tidak bisa mengabaikan semuanya.
Hanna tersenyum menatap Ayana, kemarahan Ayana sebelumnya itu wajar sekali, Ayana hanya manusia biasa, menerima situasinya tidak pernah benar-benar mudah.
"Makasih banyak Na," ucap Hanna.
"Jangan sampai nular ke abang gue, masa depannya masih panjang banget Han," ingatkan Ayana, sakit jadi Hanna pasti, tapi mau bagaimana lagi? Mereka sama-sama tahu kalau apa yang ada di dalam diri Hanna itu bukan sesuatu yang biasa, bukan sesuatu yang bisa mereka abaikan.
Hanna mengangguk. "Aku juga nggak mau hancurin hidup kak Jarvis, dia udah baik banget sama aku," ujar Hanna, dia sangat tahu diri dan sangat sadar posisinya.
"Gue bakal rutin kunjungin kalian, satu hal kalau semua ini jangan sampai ketahuan orang tua gue," ujar Ayana.
Hanna mengangguk, dia tidak diterima orang tua Jarvis dan Ayana, tidak mungkin bertemu sepertinya.
***
Dikit-dikit dulu ya, semoga selalu suka
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidupkan Hidupmu
RomansaBagaimana jika seorang gadis datang ke hidupmu dengan segudang masalah? Masalah lainnya adalah kamu merupakan manusia yang kebanyakan memakai hati dalam bertindak, hingga tidak kuasa untuk tidak menolongnya. Itulah yang terjadi pada Jarvis dan Hanna...